SAMBIL memayunkan bibir, Faren mengentakkan kakinya kesal selagi ia berjalan menuju kelasnya, cewek itu lalu mendaratkan bokongnya di bangkunya setelah sampai. Air mukanya nampak jutek, tangannya ia gunakan untuk menyangga dagunya. Saat ini suasana hatinya sedang kacau balau seolah baru saja di porak-porandakan oleh angin p****g beliung.
"Salah Faren apaan sih sebenarnya sampai belum dapat pacar sampai sekarang? Kulit udah glowing gini masih belum ada yang ngebet," omel Faren kesal.
"Kenapa lagi lo? Ditolak untuk yang ke tiga puluh lima kalinya?" Nata mencibir singkat seraya mengunyah permen susunya. Ia menghela napas pendek, lalu melanjutkan, "udahlah ya, nggak usah capek-capek gitu, lo nemenin gue aja yang masih jomlo. Jodoh mah udah ada yang ngatur Ren, lo cuma perlu sabar.
Mendengar wejangan Nata, Faren pun memusatkan pandangannya pada sahabatnya itu. Ekspresi masih murah, dan setelah Nata berhenti berucap, barulah Faren menyahut. "Tapi mau sampai kapan Faren nunggu? Sampai dinosaurus muncul lagi di bumi? Kurang sabar seberapa coba Faren, udah nunggu dari dulu juga."
Nata menggeleng takjub bersamaan dengan napasnya yang terhembus lelah. Setiap hari ia memakan keluhan Faren yang seperti tiada habisnya. Jika seandainya Nata tidak mempunyai kesabaran yang ekstra, mungkin sejak lama ia akan mem-blacklist Faren dari daftar sahabatnya.
"Terserah lo deh Ren, pusing gue. Cewek itu harusnya nungguin cowok, bukan ngejar cowok. Lo yang gini, gue yang capek. Hadeh ... Mampus deh."
"Kalo Faren diem aja dan nunggu cogan nembak Faren, mau kapan itu terjadi? Mending Faren yang cari. Lagian nih ya Nata, Faren itu punya selera tinggi buat mereka milih cowok buat jadi pacar Faren, jadi Faren harus milih-milih dulu yang cocok," celetuk Faren panjang lebar.
Nata mencebikkan bibir, kemudian memutar bola matanya dengan malas. "banyak maunya lo, pacaran sama oppa Korea aja sana kalo gitu."
"Nata mah gitu, semangati Faren kek, kasih dukungan biar Faren nggak nyerah gitu aja. Nah ini Nata malah bodo amat gini."
"Lo yang aneh Ren. Udah deh, ikuti saran gue aja. Lo duduk manis, pasti bakal ada cogan yang mampir. Mereka bakal ilfeel kalo elo yang datangi mereka duluan, terlebih lagi dengan sikap lo yang terlaku hiperaktif," saran Nata, menatap Faren lekat-lekat.
Faren langsung menggeleng. "Nggak mau! Nunggu itu kelamaan. Pokoknya Faren nggak bakal nyerah buat nyari cogan yang mau jadi pacar Faren! Sekarang Faren harus tetep semangat!" ujar cewek itu dengan serius, tanganku terkepal dan terjulur ke udara.
"Ngapain cari sih, bukannya lo pernah di tembak sama cowok itu waktu itu?" tanya Nata akhirnya, ia baru ingat kalau seminggu yang lalu ada cowok yang meminta Faren menjadi kekasihnya. Karena tidak tahu menahu dengan informasi selanjutnya, jadi mungkin saja sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengklarifikasinya.
Mendadak ekspresi Faren berubah masam. "Ih Nata! Jangan ngomongin itu dong. Faren nggak suka sama Andi, dia bukan tipe Faren, nggak ganteng juga! Faren itu punya tipe sendiri dalam milih pacar tauk!"
Lama-lama, Nata semakin geregetan dengan tingkah sahabatnya satu ini. Ia pun mendengus jengkel, meniup poninya dengan udara dari mulutnya.
"Banyak maunya lo, udah di kasih, malah nolak. Lo terlalu banyak pilah-pilih," komentar Nata kesal.
"Kan tipe pacar Faren paling utama itu harus cogan. Sih Andi nggak ganteng Nat, dia itu item kayak abis mandi di comberan, tubuhnya juga nggak ideal, gembrot kayak gitu mana Faren suka?"
"Terus lo maunya yang kayak apa?" tanya Nata kesal, sebenarnya sedari tadi ia sudah menahan dirinya agar tidak memberikan Faren jitakan maut.
Senyuman Faren yang begitu manis kini sudah terlukis di wajahnya yang cantik. Dengan perasaan berbunga, ia menjelaskan. "Nomor satu pasti cogan dong! Yang kedua harus sispek! Udah, itu aja cukup kok. Nata bayangin aja deh punya pacar yang ganteng, ditambah perutnya yang sispek! Beeeuhh ... Nggak kuat atuh!"
"Halah, kebanyakan ngimpi lo!" Nata tidak bisa menahan dorongan untuk memberikan Faren tampilan dipipi cewek itu. "Jangan terlalu over halu deh Ren, baca wetped aja sana!"
Tak mau kalah, Faren memprotes. "Halu adalah bagian dari hidup kali Nat, kalo halu bisa bikin kita seneng, ngapain enggak boleh? Iya kan?"
"Tapi jangan terlalu over dong, nanti jadi stress lo," sanggah Nata.
"Nggak!"
Nata memilih menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin berdebat dengan Faren lagi, sudah bisa dipastikan bahwa dirinya bakal kalah apapun itu masalah yang tengah dibahas. Jadi, seringkali Nata yang mengalah, hanya semata-mata agar Faren tenang dan diam. Menyebalkan menang, tapi Faren adalah sahabat yang paling care dengannya, meskipun kadang sifatnya yang aneh dan barbar, terlepas dari itu, Faren merupakan sosok cewek yang baik hati dan pengertian. Dia selalu ada saat Nata membutuhkan sesuatu, Faren juga bisa menjadi pendengar yang baik jika Nara sedang curhat.
"Nata," panggil Faren pelan sambil mengguncangkan tangan Nata dengan pelan.
"Hmm..." jawab Nata malas, pandangannya masih terarah pada ponselnya yang berada digenggaman tangannya.
"Nata, tolongin Faren dong!" ucap Faren lagi, nada suaranya lirih dan terdengar memelas. Nata pun berdecak, meletakkan ponselnya di atas meja, kemudian menolehkan wajahnya dengan satu alis yang naik ke atas.
"Minta tolong apa? Minta gue nyomblangin lo? Ogah banget, gue aja masih jomlo gini."
Faren mendengus kesal. "bukan itu, dengerin Faren dulu makanya!" omelnya.
"Iya iya."
"Tolong bilangin Rere sama Hendi dong, itu tuh!" Dengan menggunakan isyarat dagunya, Faren seraya menunjukkan doa orang di bangku depan. Ekspresi Faren nampak kesal melihat dua orang tersebut.
Kening Nata kemudian berkerut sebelum akhirnya ia membelokkan sorot matanya mengikuti petunjuk Faren. "Emang mereka berdua kenapa?"
"Nata pura-pura nggak tahu ih! Faren kesel lihat mereka, mentang-mentang udah pacaran, pakek pamer kayak gitu! Berasa dunia punya mereka sendiri, yang lain mah ngontrak!"
"Biarin aja napa sih? Lo sirik aja bawahannya, terserah mereka dong, lo kok jadi sewot gini?" omel Nata.
Bukannya membela sahabatnya sendiri, Nata malah mendukung dia sejoli yang sedari tadi asik berpacaran, hal itu membuat Faren bertambah kesal. "Sahabat Faren itu Nata, harusnya Nata dukung dan bantuin Faren.
"Lo yang salah, mana mau gue dukung lo. Gue mah adil orangnya, mau elo sahabat gue kek, nyokap gue kek, ataupun kakek buyut gue sekalipun, kalo lo salah, ya gue bakal nggak bantuin lo. Gue dukung yang bener!" jawab Nata mantap.
Faren menggeram, menatap Nata lebih sinis. "Oh jadi mereka berdua bener? Mata Nata perlu di kasih insto, bikin Faren cemburu gitu dibilang bener! Nggak ada akhlak nih Nata. Kalo nggak mau bantuin, ya udah Faren bakal tegur mereka sendiri!"