Makan siang Bersama
“Em..tuan, saya minta maaf kalau saya membuat salah lagi, tolong jangan pecat saya tuan, saya sangat memerlukan pekerjaan ini untuk membantu biaya hidup keluarga saya.”
“Saya juga minta maaf tuan, karena sudah berbicara yang tidak pantas didepan anak tuan.” Cicit Ica dengan takut.
Melihat Ica yang ketakutan, Greg pun tidak memperpanjang lagi. “Ya, tidak apa, lupakan saja dan jadikan pelajaran buatmu.” ucap Greg dengan dingin.
Tiba-tiba saja terdengar bunyi kriuk yang nyaring, Ica menunduk malu, perutnya berbunyi. Semenjak berangkat ia belum sempat menelan nasi hingga cacing-cacing dalam perutnya demo minta diisi.
Greg tertawa terbahak-bahak, ha...ha...ha..., lalu digendongnya Lili, “Kita ajak nanny makan, kasihan nanti nanny pingsan dan orang-orang akan menyalahkan daddy.”
Greg menatap Ica, diajaknya Ica untuk makan siang, “Ayo, makan bersama kami, saya tidak ingin kamu jatuh pingsan karena kelaparan. Itu akan menjatuhkan harga diri saya sebagai orang kaya.”
Icapun mengikuti Greg dan Lili masuk ke dalam rumah, ia mengira Greg akan menyuruhnya makan di dapur, seperti kata Soraya kalau para pekerja di rumah Greg akan makan di dapur.
“Mulai sekarang dan seterusnya Kamu makan bersama kami, sekarang duduklah!,” perintah Greg kepada Ica.
Ica lalu duduk diseberang Lili. Kemudian datanglah seorang pelayan, yang ternyata bude Kasimah membawa semangkuk besar sup dan ayam goreng.
Bude Kasimah terkejut melilhat Ica duduk satu meja dengan Tuan mereka. Ditegurnya Ica, “Ca, kamu makannya di dapur bukan di sini, ayo sini bude antarkan ke dapur.”
Greg memotong ucapan bude Kasimah, “Ica makan disini bersama saya dan Lili, dari sekarang hingga seterusnya,” kata Greg dengan nada dingin.
Bude Kasimah yang merasa di tegur Greg menundukkan kepalanya, “Baik tuan, saya mengerti.” Bude Kasimah kemudian tersenyum ke arah Ica.
Ica lalu berdiri untuk mengambilkan nasi dan teman-temannya ke piring Lili, setelahnya ia mengambil untuk dirinya sendiri. Setelahnya ia duduk kembali ke kursinya.
“Kamu ini benar-benar tidak peka, piring saya masih kosong, cepat ambilkan juga buat saya!,” perintah Greg.
Ica berdiri kembali dari duduknya diisinya piring Greg dengan nasi, sayur dan lauk pauk.
Melihat Lili yang langsung makan tanpa membaca doa, Ica pun mengingatkannya untuk membaca doa terlebih dahulu sebelum makan. Ica tahu kalau bosnya adalah seorang muslim dari cerita bude Kasimah kepadanya.
Lili menatap bingung ke arah Ica, “Baca doa nanny, Ica tidak tahu baca doa untuk makan itu apa nanny,” tanya Lili dengan polos.
Ica merasa miris, ternyata putri bosnya tidak pernah diajarkan untuk membaca doa. “Sebelum makan kita harus berdoa sayang, agar setan tidak ikut memakan makanan kita,” terang Ica kepada Lili.
Ia lalu mengajak Lili untuk menirukannya membaca doa makan, yang kemudian diikuti Lili dengan suara terbata-bata, karena ia belum pernah diajarkan untuk membaca do’a makan sama sekali.
Greg menatap Ica dengan senang, karena ia akui sebagai seorang muslim ia telah jauh meninggalkan ajaran agamanya. Sementara putrinya, tidak mendapatkan ilmu agama darinya.
Setelah membaca doa makan bersama, mereka makan dengan sesekali diiringi celutukkan kecil dari Lili.
“Nanny, selesai makan siang temani aku bermain ya, aku mau bermain boneka.”
Mendengar kata boneka Ica dan Greg saling bertatapan, Greg mengedipkan sebelah matanya kearah Ica. Sementara Ica, merona malu. Dimanyunkannya bibirnya ke arah Greg.
“Iya, nanny akan menemanimu bermain boneka.”
“Hati-hati sayang!, jaga dengan baik boneka pandamu, karena sepertinya ada yang ingin menculik boneka panda milikmu.”
“siapa yang ingin mengambil boneka panda milikku, Dad?, kau tidak akan mengijinkan ada yang mengambil bonekaku bukan dad?, tanya Lili.”
“Daddy tidak tahu siapa yang mau menculik bonekamu sayang, tentu saja daddy tidak akan mengijinkan satu orangpun untuk mengambil boneka kesayangan putri daddy.” Kata Drake sambil menatap tajam ke arah Ica.
“I love you dad, kamu daddy yang terbaik.”
Greg terharu mendengar pernyataan putrinya, Daddy love you more Princess, ucap Greg kepada putrinya.”
Ica merasa kesal dengan Greg yang selalu saja mengolok dirinya. Ia melanjutkan makannya dalam diam, tidak ikut berpartisipasi dalam percakapan daddy dan anak.
‘”Sebenarnya, kamu seharusnya memakai seragam, seperti nanny-nanny sebelumnya. Namun, khusus untukmu, kau tidak perlu memakai seragam. Aku mau kamu merubah penampilanmu,” kata Greg sambil melihat ke arah baju yang dipakai Ica. Baju yang tampak sederhana dengan warna yang sudah mulai kubas akibat terlalu sering di pakai dan di cuci.
Ica mengikuti arah tatapan mata Greg yang melihat kearah pakaian yang dikenakannya. Ia menunduk merasa rendah diri, karena pakaian yang dikenakannya tidaklah sebagus pakaian yang dikenakan oleh Greg dan putrinya.
“Lili sayang, apakah kamu mau jalan-jalan dengan daddy, kita akan menemani nanny mu untuk membeli pakaian baru.
Lili bersorak kegirangan, “Mau dad, hore jalan-jalan!,” teriak Lili kesenangan.
“Aku juga mau baju baru, kata Lili. Aku mau yang ada gambar princessnya, seperti di film Frozen, Dad,” teriak Lili penuh kegembiraan.
“Tentu saja, princess daddy juga akan mendapatkan baju baru dengan gambar Princess Ana.”
Ica menatap ke arah Greg dengan mata yang berkaca-kaca, dengan suara lirih ia berkata,”Maaf tuan, saya tidak memiliki uang untuk membeli baju baru. Baju saya memang sudah pudar warnanya, tetapi masih layak pakai tuan,” ucap Ica sambil menatap ke arah Greg.
Belum sempat Greg menjawab ucapan Ica, putri kecilnya telah terlebih dahulu bersuara.
“No, nanny!, nanny harus beli baju baru. Daddyku yang akan membayar, uang daddyku banyak sekali, se lemari banyaknya, benarkan dad?. Tanya Lili kepada daddy nya.
Greg mengelus dengan sayang kepala putrinya,”Tentu saja, daddy yang akan membayar semua baju untukmu dan juga nanny,” kata Greg sambil menatap ke arah Ica.
“Saya tidak menerima penolakan darimu, Ca!,” kata Greg melihat Ica yang sepertinya akan menolak.
Ica menganggukkan kepalanya, “Terimakasih tuan dan juga nona Lili, kalian baik sekali dengan saya, padahal saya baru bekerja disini,” ucap Ica terharu.
“Ayo cepat dihabiskan makannya!, agar kita segera berangkat membeli baju baru.” Perintah Greg kepada Ica dan Lili.
Selesai makan, mereka segera menuju deretan ke mobil Greg yang terparkir rapi di basement rumahnya.
Greg membuka pintu mobilnya dan duduk di kursi pengemudi, karena hari ini ia akan mengemudikan sendiri mobilnya.
Saat Ica akan membuka pintu mobil bagian belakang, Greg memperingatkan dirinya.
‘Saya bukan sopirmu, duduklah di samping saya bersama dengan putri saya!.”
Setelah Ica dan putrinya duduk di jok mobil di sampingnya, Greg pun mengemudikan mobilnya dengan pelan. Greg ingin bersenang-senang bertiga saja dengan Lili dan Ica. Mobil meluncur menuju kearah mall terbesar yang ada di kota Singapura.
Setelah mobil terparkir dengan baik, mereka segera turun dan menuju lift yang membawa mereka ke toko-toko pakaian yang ada di mall tersebut.
“Silahkan kalian pilih pakaian yang kalian suka, berapapun banyaknya saya tidak keberatan, termasuk kamu juga princess daddy, kata Greg sambil membungkukkan badannya ke arah Lili.
“Boleh 10 dad,” tanya Lili dengan manjanya,sambil memperlihatkan puppy eyesnya kepada daddy nya.
Greg berpura-pura berseru kaget, “Astaga princess daddy, apakah kamu mau membuka toko baju di rumah kita?, tanya Greg.
Lili terkikik geli menanggapi perkataan daddy nya, “Lili 10, nanny juga 10, bolehkan dad?.
“Tidak sayang, buat nanny cukup 1 saja, kalau 10 nanti kebanyakan.” Sahut Ica cepat, karena ia tidak mau dianggap memanfaatkan kebaikan bosnya.
“Pilihlah berapapun banyaknya baju yang kamu suka, aku tidak mau penampilan nanny putriku diejek orang saat menemani putriku,” bisik Greg ditelinga Ica.
“Kami pergi ke toko sebelah, yang menjual khusus pakaian anak-anak,” kata Greg kepada Ica.
Greg lalu menggendong putrinya menuju ke toko yang menyediakan perlengkapan pakaian untuk anak-anak. Sesampainya di toko itu, dibiarkannya putrinya untuk memilih baju yang disukainya.
Greg terkekeh geli melihat tingkah putrinya yang tampak kebingungan karena banyaknya baju-baju yang bagus dengan gambar Princess. Greg pun kemudian berjalan kearah putrinya, dibantunya Lili untuk memilih baju.
Setelah Greg membayar baju-baju yang dibeli Lili, ia mengajak putrinya kembali ke toko tempat Ica berada.
Ica merasa kebingungan saat memilih-milih baju, karena banyaknya baju-baju yang bagus. Ia kemudian berdiri di depan sebuah gaun yang tampak cantik. Panjang gaun itu selutut, gaun itu tanpa lengan, dirabanya kain gaun tersebut, terasa lembut di tangannya.
“Cobalah gaun itu diruang ganti, aku ingin melihat. Apakah gaun itu cocok untukmu,” bisik Greg ditelinga Ica.
Ica melonjak kaget, ia tidak menyadari kalau tuannya berdiri disampingnya. “Tuan, mengapa mengagetkan saya terus?,” tanya Ica kepada Greg.
“Kamu saja yang tidak menyadari kedatangan saya, untung saja saya bukan orang jahat, sudah sana coba dulu gaun itu. Saya mau melihat kamu mencoba gaun itu.” Perintah Greg kepada Ica.
Ica mengambil gaun tersebut dari manekin, lalu ia berjalan menuju ke arah ruang ganti. Setibanya di dalam kamar ganti Ica mencoba gaun tersebut. Ica menatap tidak percaya ke arah penampilan dirinya melalui cermin yang ada di ruang ganti tersebut.
“Apakah ini benar diriku?,” tanya Ica kepada pantulan dirinya di cermin, “Mengapa aku terlihat berbeda ketika memakai gaun ini?,” tanya Ica lagi pada dirinya sendiri.
Greg berdiri tidak sabar, karena Ica belum keluar-keluar juga dari ruang ganti. Iapun berjalan menuju ke arah ruang ganti, untuk melihat Ica secara langsung. Namun, langkah kaki Greg dihentikan oleh petugas yang berjaga.
“Maaf pak!, ini ruang ganti perempuan, kalau bapak mau mencoba baju untuk laki-laki ada di sebelah sana,”kata penjaga toko pakaian tersebut,memperingatkan Greg sambil menunjuk ke arah samping kanan dari ruang ganti yang dimasuki Ica.
“Wanita yang ada di dalam itu istri saya, saya khawatir ia mengalami kesulitan saat mencoba gaunnya. Tolong jagakan putri saya,” perintah Greg sambil menunjuk kearah putrinya Lili.
Greg kemudian memasuki ruang ganti pakaian. Dilihatnya Ica sedang berdiri menghadap ke arah cermin, membelakangi dirinya. Tatapan mata Greg dan Ica bertemu melalui cermin.
Greg meneguk salivanya melihat penampilan Ica yang sangat memukau memakai gaun tersebut. Dihampirinya Ica, ia lalu berbisik di telinga Ica.
“Saya suka penampilan kamu dengan gaun ini. Ambillah gaun ini, dan cobalah lagi beberapa gaun saya menunggu kamu di luar untuk melihat apakah kamu pantas mengenakan pakaian-pakaian yang kamu pilih.”
Setelah mengatakan hal tersebut, Greg berlalu pergi, “Jangan lupa, untuk memperlihatkan pakaian yang kamu pilih ke luar, atau saya akan masuk lagi kemari,” ancam Greg kepada Ica.
“Baik tuan!,” ucap Ica.
Setelah Greg ke luar, Ica melepas gaun yang dikenakannya dan mencoba beberapa pakaian lainnya yang diperlihatkannya ke arah Greg.
“Pakailah salah satu pakaian yang baru kamu coba. Kamu tidak perlu lagi memakai pakaian lamamu,” perintah Greg kepada Ica.
Selesai membeli pakaian untuk Ica dan Lili, Greg mengajak Lili dan Ica untuk segera kembali pulang, karena sepertinya Lili sudah sangat kelelahan dan mengantuk.
Sesampainya di rumah Greg menggendong Lili yang telah tertidur, dengan Ica berjalan di sampingnya.
“Biarkan dia tidur dulu, setelah Lili terbangun kamu dapat menyiapkan air hangat untuknya mandi. Jangan lupa permintaan anakku agar nanny nya tidur di sampingnya.” Kata Greg sambil beranjak ke luar meninggalkan kamar Lili.
“Baik tuan, saya akan menemani nona Lili tidur.” Sahut Ica
Ia kemudian melepaskan sepatu yang dikenakan Lili. Lalu ia menuju ke arah wastafel dicucinya wajahnya dengan air dingin. Setelahnya ia berbaring di samping Lili.
“Mengapa penampilan Ica dapat berubah menjadi memukau, ia menjadi cantik seperti itu,” gumam Greg.
Setelah beberapa saat disibukkan dengan berkas di tangannya Greg memutuskan untuk melihat Lili, di kamarnya.
Dibukanya pintu kamar dengan perlahan, dilihatnya Lili dan Ica sedang tertidur dengan lelap. Tangan Lili memeluk Ica dengan possessive.
“Sepertinya kamu lebih cocok menjadi putri tidur,daripada seorang nanny,” gumam Greg, “Sedang tidurpun kamu tetap terlihat cantik.”
Greg lalu merebahkan badannya di samping Ica, tangannya dengan nakal melingkari pinggang Ica yang sedang tertidur. “Sepertinya tidak apa aku tidur sebentar bersama dengan mereka, dan bangun sebelum mereka terbangun,” gumam Greg dalam hatinya.
Ica bergerak dari tidurnya, karena merasa terusik.
Greg diam membeku, di belakang tubuh Ica, “Jangan bangun, Ca!,” rafal Greg dalam hatinya. Dan syukurlah ternyata Ica tidak terbangun dari tidurnya ia hany menggerakkan badannya.
Ternyata yang pertama kali bangun adalah Lili, dan ia berseru kesenangan melihat daddy nya tidur bersama dengan nanny nya.
Ia lalu berseru membangunkan daddy dan nanny nya.
“Daddy, nanny, ayo bangun!,” teriak Lili dengan kencang.
Mendengar teriakan kencang Lili, Ica terbangun dari tidurnya, dan saat ia ingin bergerak bangun ada tangan yang memeluknya erat mencegah ia untuk bangun.
Ica menahan teriakkan nya, karena tersadar kalau tuannya memeluk dirinya, “Tuan, tolong lepaskan tangan tuan,” pinta Ica kepada Greg dengan suara tertahan.
“Tahan sebentar Ca, aku masih ngantuk,” sahut Greg,
“No!, daddy jangan tidur lagi,” teriak Lili sambil menggoyang-goyangkan badan daddy nya.
“Oke...oke, daddy akan bangun,” sahut Greg dengan kesal. Ia lalu melepaskan pelukannya di perut Ica dan bangun.
Ica mendesah lega, ia lalu mengajak Lili ke kamar mandi.
“Kita mandi dulu, ya sayang!, tadi kan Lili sudah bermain-main, sambil bercanda Ica mencium badan Lili, “Ih badan Lili bau asem,” katanya.
Lili terkikik geli mendapat ciuman dari Ica, “No, nanny aku wangi, benarkan dad?, tanya Ica kepada daddy nya.”
“Iya badanmu selalu wangi, sayang,” sahut Greg, “Sepertinya badan nanny yang bau asem,” tambah Greg.
“Kalau begitu nanny juga harus mandi, nanny mau, kan" Mandi bersama denganku?.
“Baiklah, nanny akan menemanimu mandi,” sahut Ica.
“Dad, aku mau nanny menjadi mommy ku!, aku sayang nanny,” ucap Lili sambil memeluk Ica.