Pada saat ini, Su Ying sudah bernapas terengah-engah. Dia menjepit kepala penisku dengan jari-jari kaki kanannya yang dicat kuteks merah cerah. Pada saat yang sama, jari-jari kaki kirinya bergerak ke leherku. Dia lalu menggesek perlahan di antara bawah telinga dan daguku. Aku melirik kaki yang mulus serta kelima jari kaki yang menawan. Mereka bergerak beberapa sentimeter di bawah mataku. Tiba-tiba, aku menjadi bersemangat. Kedua tanganku segera meraih kaki yang mulus itu, lalu menciumnya dengan mulutku. Aku mencubit jari kaki seksi Su Ying, menggaruk telapak kakinya dengan lembut, lalu menggunakan tanganku untuk menggoda kelima jari kaki mulusnya yang hangat dan dicat kuteks merah cerah. Kemudian, aku membuka perlahan-lahan jari-jari kaki yang melekat erat. Sehingga, memperlihatkan dagi