48. Ultimatum Papa

1821 Words

Pertanyaan Mas Rifqi tadi belum jadi kujawab karena ternyata Papa dan Mama datang lebih cepat. Yang ada, mereka malah bingung kenapa aku menangis. Agar tidak terjadi kesalahpahaman yang serius, kubilang saja kalau aku baru cerita tentang pengalamanku saat disekap. Itu membuatku emosional, jadi sampai menitikkan ari mata. Untungnya, Papa dan Mama percaya. Mereka langsung mengiyakan tanpa bertanya apa pun lagi. Lagi pula, tidak mungkin juga aku mengatakan yang sebenarnya. Karena kalau sampai iya, bisa panjang ceritanya. Aku juga akan malu karena Mama pasti meledek habis-habisan. Mas Rifqi pun akhirnya pamit. Dia bilang ada urusan, tetapi aku yakin itu bukan alasan sebenarnya. Dia pasti pamit karena canggung jika harus berada di ruangan yang sama dengan kedua orang tuaku. Belum lagi, atmosf

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD