Bab 73. Bercak Merah. Menikmati Takdir

2733 Words

Lama ia bergeming, memikirkan siapa pria yang menghubungi istrinya. Sampai lamunannya tersadar dengan suara ketukan pintu kamar. Khalid segera membukanya. “Wa’alaikumussalam. Iya, Umi.” Membuka pintu, senyuman Khalid mengembang. “Kalian sudah tidur, Nak?” tanya Asiyah masuk ke dalam sambil membawa sebuah nampan berisikan segelas s**u rasa vanilla. “Belum, Umi. Baru saja selesai witir. Sini, Umi. Biar Khalid bawa.” “Iya, Nak. Di mana putri Umi?” “Masih di kamar mandi, Umi. Lagi buang air.” “Oh, ya sudah. Oh, iya, Nak. Kata Buya, bahas soal itunya besok pagi aja setelah shubuh. Soalnya ini Buya lagi belajar. Dia gak mau diganggu dulu.” “Iya, Umi. Besok pagi aja.” Khalid memeluk sang Umi, mengecup keningnya. “Kalau tidur, jangan lupakan istri kamu, Nak. Peluk dia. Sering-sering tany

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD