“Ibu, nuwun sewu. Saya mau bikinkan Mas Déra wedang jahe. Gula merahnya di mana ya? Saya sudah menemukan jahenya,” kata Tya di dapur sehabis makan. “Sik, kamu enggak boleh panggil Ibu, panggil Mama dan Papa seperti Déra,” ucap Aruna. Dia tahu Tya masih agak kikuk tiba-tiba menjadi menantunya. Bahkan dari Déra, Aruna tahu bahkan pada putranya saja Tya masih tak mau didekati sama sekali. “Mama ingat-ingat dulu, takutnya gula merah habis deh. Nanti sebentar, ada tapi di mana Mama juga jarang ke dapur,” jawab Runa. Sik artinya tunggu dulu atau tunggu sebentar. Tya tertawa karena biar bagaimanapun mertuanya adalah nyonya besar manalah dia mau ke dapur. Dia hanya duduk menunggu. “Nah ini ini gula merahnya. Jahenya kamu sudah dapat?” akhirnya Aruna mendapat apa yang menantunya butuhkan. “