“Jangan bilang cuma ini resto mu, aku yakin kamu punya banyak resto,” Christine tak sadar sejak perkenalan tadi mereka tak menggunakan kata saya tapi sudah langsung aku kamu dan mereka benar-benar terasa akrab selayaknya kawan lama, bukan baru kenal. “Enggak kok, memang cuma ini. Malas saja buka cabang, kayaknya terlalu ambisi lah. Ini saja sudah bikin repot, mungkin kamu juga tahu ritme kerja penyedia masakan kan? Satu usaha ini hasilnya lumayan buat kebutuhanku yang sendirian. Enggak perlu ambisi karena enggak ingin ribet juga. Santai saja sesuai kemampuanku.” ‘Sendirian?’ pikir Christine dalam hati. Tapi dia tentu tak mau berpikir lebih jauh. Bukan kapasitasnya untuk menerka-nerka tentang kenalan barunya. “Kamu cuma pesan pangsit rebus?” kata Maurits saat melihat makanan yang diantar