bc

Kukira Rumah

book_age16+
3
FOLLOW
1K
READ
dark
fated
drama
twisted
bxg
highschool
first love
secrets
school
sacrifice
like
intro-logo
Blurb

"Kukira kau rumah ternyata hanya tempat singgah" Novelia.

Novelia Larisa gadis yang mendapat beasiswa di SMA elit dikotanya.

Semenjak bersekolah disana Risa sering mendapat perundungan, bukan hanya dia namun semua anak bewasiswa yang ada disekolahnya. Namun tak banyak yang tak tau bahwa dia adalah pacar dari most wanted yang ada disekolahnya.

Risa dan Aksa menjalin kasih hampir satu tahun namun mereka memilih untuk backstreet dengan alasan Aksa malu memiliki pacar seperti Risa yang hanya anak beasiswa.

"Mau kita backstreet atau nggak, lo tetap milik gue! jangan kegatelan dengan pria lain!" ucap Aksa penuh penekanan.

chap-preview
Free preview
Awal
Namaku Novelia Lariska, aku adalah anak remaja yang kini sedang bersekolah di salah satu SMA yang ada di Ibu Kota, aku bisa bersekolah disana karena mendapatkan beasiswa. Sekolahku adalah SMA elit yang isinya orang-orang kaya, mereka saja kalau berangkat sekolah tak ada tu yang menggunakan angkot sama sepertiku, dan karena itu aku sering dipandang sebelah mata oleh mereka bahkan aku sering dibully disana hanya karena aku siswa beasiswa yang kata mereka aku bisa sekolah disana karena uang yang orang tua mereka keluarkan. "He anak udik sini lo!" teriak gadis bernama Bianca, dia adalah salah satu dari banyak siswa kaya di sekolahku. Orang tua Bianca adalah pemilik hotel bintang lima dan jika sekolah sedang mengadakan pentas seni pasti hotel Bianca yang dipakai untuk acara. "Iya, kenapa Bi?" Ucapku sembari berjalan mendekat padanya. "Bi bi! emang gue teman lo seenaknya lo manggil gue nama!" pekiknya tak suka, sangking tak sukanya ia bahkan menjolak tubuhku kebelakang yang sontak saja aku terjatuh kelantai dengan p****t ku duluan yang kena. Aku meringis kesakitan namun hal itu tak dihiraukan oleh mereka, bahkan siswa lain yang melihatku di urung seperti itu tak dari mereka yang membela. Seolah hal yang seperti ini sudah lumrah di SMA kami. "Maaf, kenapa kamu manggil aku?" Tanyaku sembari mencoba berdiri. "Tugas gue sudah lo kerjakan belum?" "Tugas? tugas yang mana?" aku kebingungan soalnya dari kemarin Bianca tak ada memintaku untuk mengerjakan tugasnya. "Lo lupa ya!" "Maaf, tapi aku nggak tau" "Halah ! bilang aja nggak lo kerjakan" timpal Sissy teman karib Bianca yang punya rambut setengah ikal dan jangan lupakan poni lurusnya yang tak akan pernah goyah meskipun badai menerjang. "Aku serius Bianca" "Gue nggak mau tau lo harus ngerjakan tugas gue, SEKARANG!" pekiknya lalu melempar buku tulisnya kedepanku setelahnya pergi bersama dengan segerombolan mereka. Aku yang ditinggalkan segera memungut buku yang dilempar Bianca tadi. Saat aku berjalan menuju kelas tak sengaja aku melihat 'dia'. Pria yang mengecap bahwa aku miliknya namun orang tidak ada yang boleh mengetahui tentang ini dan bodohnya aku malah mencintainya. Bahkan disaat aku dirundung oleh banyak orang tak ada niatannya untuk membantuku, pacarnya sendiri. "Risa" panggil Novi teman sebangku ku, dia adalah seorang pianis yang terkenal karena itu ia jarang sekolah, dan Novi juga orang kaya namun untungnya ia tidak punya tabiat seperti siswa lainnya yang suka merundung anak-anak penerima beasiswa. "Eh Nov, sekolah hari ini" ujarku ramah "Iya, lo nonton nggak perlombaan gue semalam" kami berbicara sembari berjalan menuju kelas. "Iya aku nonton dilayar TV Cafe, jadi semua pembeli aku pada nonton deh waktu kamu main" ucapku penuh semangat. Novi memelukku lalu mengucapkan "Terimakasih" "Sama-sama" jawabku lalu ia pun melepaskan pelukannya sambil berdumel. "Badan kamu kenapa keras banget sih, nggak pernah dipeluk ya" "Enak aja pernah dong" Belaku "Alah jujur aja, kamu kalau bohong ketahuan tau Ris" "Iya ya?" Tanyaku sembari menggaruk leherku yang sebenarnya tidak gatal. "IYA! Yaudah ayok masuk kelas nanti bel la-- "Oh iya aku lupa, aku duluan ya Nov" ucapku tergesa gesa karena keasyikan ngobrol dengan Novi aku sampai kelupaan mau buat tugas dari Bianca tadi. Kalau tidak dikerjakan anak itu pasti akan marah-marah nggak jelas. Jam keluar main. Aku dan Novi berjalan beriringan menuju kantin, jangan tanyakan bagaimana kesalnya gadis itu sekarang, karena beberapa jam yang lalu bundanya mengirim pesan bahwa ia besok sudah harus ikut lomba lagi padahal ia barusaja beristirahat hari ini dan harus bersiap lagi untuk perlombaan besok. "Jangan ngambek ah nanti cantiknya luntur" ucapku menghiburnya. "Jangan ajak aku bicara RISA" jawbanya dengan penekanan diujung kata. "Iyadeh, kalau gitu aku mau makan bekal aku dulu. Oh iya aku sampai lupa kasih tau kamu kalau hari ini aku buat sarapan nasi goreng kesukaan kamu loh Vi" Novi yang tadi membuang muka padaku kini berbalik dengan mata berbinar menatap kotak bekal yang aku bawa. "Aku mau" "Maaf, aku cuma bawa satu aku pikir kamu nggak datang sekolah" "Eh pelit banget sih! bagi dong" "Sesuap aja ya" tawarku padanya "Mana terasa sesuap Risa" ucapnya kesal. "Hahah, iya iya maaf ini untuk kamu aja semuanya" ucapku sembari memberi kotak bekal nasi gorengku. "Wih serius ni, emang kamu pengembali moodku. Terimakasih nona risa" ucapnya senang, kami pun tertawa bersama namun tawa itu luntur kala pria yang berstatus milikku sedang berjalan bersama dengan wanita cantik yang menggandeng tangannya lekat. Sakit, tentu saja. Aku menatap mereka tak suka, mungkin dia tau itu namun bukannya melepas pegangan wanita itu ia malah bersikap acuh dan duduk di bangku yang biasa ia duduki. "Kenapa Ris?" tanya Novi dengan mulutnya penuh dengan nasi goreng buatanku. Aku menatapnya balik, "Eh nggak nggak ada kok Nov, gimana enak nggak?" tanyaku mengalihkan pembicaraan. Novi tidak tau tentang hubungan aku dengan dia dna aku harap Novi tak perlu tau karena aku malu bisa terlalu jatuh pada pria sepertinya. "Wih sudah officially nih" teriak Rian, teman Aksa, pacarku. "Heboh banget lo setan" sela Biansa, wanita yang menggandeng Aksa tadi. "Eh kok lo mau sih Sa sama mak lampir modelan gini" ucap Rian kembali yang langsung dapat tonyoran dikepalanya yang dihadiahkan langsung oleh Bianca. "Jangan heboh, cepat duduk" ucap Dewa yang juga stau geng dengan mereka. "Iya mas kulkas" jawab Bian, kembaran Rian yang sifatnya hampir sebelas dua belas dengan Rian. Oh iya kalau si Dewa dia kulkas banget bahkan lebih dingin dari Aksa, kalau ngomong bahkan bisa dihitung dalam sehari. Meski begitu Dewa termasuk kedalam anak-anak pintar di SMA Genius, dia bahkan sering membanggakan nama sekolah kami di kanca Nasional bahkan sampai Internasional pun ia sambet. Jika dia bukan anak oang kaya mungkin dia juga bisa dapat beasiswa jalur prestasi sama denganku. Aku sering bertemu dengannya saat kami sedang persiapan lomba LCC atau Mipa. Aku memutuskan tatapanku cepat kala mata aku beradu pandang dengan Aksa, pacarku. "Lo lihatin apa sih dari tadi Ris?" "Eh, oh aku lihat ibu kantin" ucapku mengeles "Oh aku pikir lo lagi lihat anak-anak Vandalas" "Mana berani aku" "Iya juga ya" "Eh bel sudah bunyi, ayok ke kelas" ajak Novi sembari membawa bekal makanku kamu berjalan bergandengan menuju kelas. Dulu aku sempat bertanya dengan Novi kenapa dia tak malu berteman denganku katanya dulu dia juga sempat susah jadi untuk apa sok-sokan kaya toh itu juga bukan uangnya melainkan uang hasil kerja keras mamanya. Iya Novi hidup hanya dengan mamanya karena papanya sudah meninggal saat ia berusia tujuh tahun. "Habis pulang kamu ada kerja ya?" "Iya Nov" ucapku sambil mengangguk saaat aku mau memasukkan ponselku kedalam tas tiba-tba ponsel itu berdering tanda pesan masuk dan saat aku cek ternyata dari 'dia'. Dia ❤ Pulang sekolah gue tunggu di tempat biasa Aku Oke To Be Continue

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook