Tita melenggang begitu saja. Benny mengejarnya dan menarik tangannya.
"Kamu itu senang banget ya narik-narik tangan Orang?!" Ketus Tita sambil menepis tangan Benny.
"Kamu mau kemana? Jangan pergi dulu." Benny memohon. Dia celingak celinguk. "Kamu naik apa tadi?" Tanya Benny.
"Naik angkot." Kata Tita asal.
Benny menelisik penampilan Tita. Tita tersadar. "Aduuuhhh... Bodohnya Aku." Tita memejamkan matanya.
"Kalau becanda jangan kelewatan. Masa naik angkot gak pegang uang?!" Selidik Benny. Dia tahu Tita berbohong.
"Tadi Aku bareng sama teman kampus. Rencananya mau makan di resto yang sudah dibooking. Eh mendadak teman Aku dapat telpon. Ya gak jadi, Dia buru-buru turun. Ongkos Aku dibayarin. Aku pikir resto yang tadi tempatnya ternyata temanku bilang salah. Ya gitu deh..." Tita menggedikkan bahunya.
"Harusnya Kamu jadi Pengacara, bukan Staff Keuangan." Cibir Benny.
"Maksudnya apa?" Ketus Tita.
"Kamu kebanyakan ngelesnya, pasti banyak boongnya." Kata Benny.
"Terserah... Mau percaya syukur, gak juga Aku gak rugi." Tita kembali berjalan meninggalkan Benny.
"Tita... Jangan pergi dulu dong." Benny kembali mengejarnya.
Tita menghentikan langkahnya. "Kamu kenapa sih? Ini sudah malam. Aku harus pulang." Kata Tita.
"Aku antar ya?" Benny kembali memohon.
"Eh.. Jangan. Gak usah." Tita menolak.
"Kenapa? Apa Kamu sudah ada yang punya?" Tanya Benny terlihat kecewa.
"Bukan gitu... Emang Kamu mau antar pakai apa? Aku gak lihat mobil Kamu dari tadi." Kata Tita.
"Ya ampuuunnn..." Benny menepak keningnya sendiri. Dia teringat Mamanya yang masih di resto atau mungkin sudah pulang diantar Supir. "Kita bisa naik taxi online." Kata Benny.
"Hhmmm... Gak usah. Kos-kosan Aku dekat kok. Tinggal jalan kaki sebentar." Kata Tita.
"Kalau gitu, Aku antar." Kata Benny.
"Mau ngapain?" Tita tambah kalut. Dia harus ke kosan siapa? Dimana?
"Aku mau tahu Kamu tinggal di mana, Jadi Aku tahu di mana mencari Kamu." Kata Benny.
"Memang ada apa, Kamu mencari Aku? Aku gak ada salah kan sama Kamu?" Tanya Tita mencoba mengalihkan pembicaraan. Dia terus berjalan dengan Benny berada di sisinya.
Benny menghalangi langkah Tita. "Aku serius dengan ucapan Aku. Aku cinta Kamu. Aku ingin menikahi Kamu." Benny sudah bersimpuh dengan bertumpu satu lututnya.
"Ya Tuhan!" Tita menepuk keningnya. "Kamu itu benar-benar sudah gila ya?!"
"Iya... Aku gila sejak melihat Kamu. Aku gila jika mengingat Kamu. Aku gila jika Kamu tak mau menerima cintaku." Benny memohon sambil menggenggam tangan Tita.
Tita menghela nafas. "Aku tidak pantas untuk Kamu." Akhirnya.
"Kenapa?" Tanya Benny.
"Lihatlah dirimu.... Lihat Aku." Kata Tita menunjuk Mereka berdua.
"Memang Kamu kenapa?" Benny gagal fokus.
"Status Kita, Benny. Aku yakin Kamu pasti Orang berada. Sedangkan Aku?" Tita menggantung kalimatnya.
"Iya... Kenapa dengan Kamu?" Benny segera berdiri.
"Ah... Sudahlah..." Tita kembali berjalan.
"Tita..." Benny tak juga menyerah.
Tita membuka gerbang sebuah kos-kosan. Tita ingat, teman kampusnya tinggal di sana. "Maaf... Aku masuk duluan." Kata Tita.
"Aku gak Kamu suruh mampir?" Tanya Benny.
"Maaf... Udah malam. Nanti Aku dimarahi Pemilik kos. Terima kasih untuk makan malamnya." Kata Tita.
"Tunggu...!" Cegah Benny.
"Ada apa lagi?" Tita memutar bola matanya.
"Boleh kan Aku minta nomor ponsel Kamu?" Benny menyodorkan ponselnya.
Tita nampak ragu. Tapi akhirnya Tita mengetikkan nomornya di sana. Benny tersenyum.
"Terima kasih. Nanti Aku telpon Kamu." Kata Benny senang. "Aku pamit ya?"
Tita mengangguk. Tita menghela nafas. Benny meninggalkan kos-kosan itu.
Tita mengaktifkan ponselnya. Sebuah pesan masuk.
"I Love You, Tita❤️" By Benny."
"Ya Allah..." Tita menepuk keningnya.
Ponselnya berdering. Tita langsung mengangkatnya.
"Lo di mana?" Tanya Tito.
"Jemput Tita, dong Bang, please..."
"Ok, tapi ada syaratnya. Lo hutang penjelasan sama Gw!" Tito terdengar kesal.
"Iya... Nanti Tita pasti cerita. Sekarang jemput di kosan Dewi, ya.. ya... Please..." Mohon Tita.
"Tunggu... Jangan kemana-mana lagi."
"Iya Abangku yang paling ganteng." Kata Tita.
*******
"Benny Puteranya Almarhum Om Jimmy Darmawan, suka sama Tita." Tita menunduk. Dia sedang diintrogasi Kedua Orangtua nya dan Tito.
"Lalu, kenapa harus kucing-kucingan begitu?" Tanya Vita sangat lembut.
"Tita gak mau Benny tahu tentang Tita. Tita mau tahu, Benny serius atau hanya main-main." Kata Tita lagi.
Atala dan Vita hanya geleng-geleng kepala. Tito dari tadi hanya diam saja padahal Dia tadi yang paling ngotot mengintrogasi Tita.
"Sudah lah... Ma... Pa... Biarkan saja. Tito setuju-setuju aja. Gak ada salahnya juga kan?" Tito membela saudara kembarnya.
"Kamu sedang tidak mempermainkan perasaan Orang kan Tita?" Tanya Atala.
"Ya gak lah Pa... Mana pernah Tita menyakiti perasaan Orang. Malah Tita yang pernah disakiti." Tita kembali tertunduk. Ada duka dalam suaranya.
Tito langsung merangkulnya. "Sudah... Jangan diingat-ingat lagi. Udah ke laut juga kan Orangnya." Kata Tito yang paham, siapa maksud Tita.
"Lalu, Kamu nya sendiri, gimana?" Tanya Vita.
"Hhmmm... Tita..." Tita nampak ragu.
"Kenapa? Lo suka juga, kan?" Tito ceplas ceplos.
"Tito...." Tegur Atala.
"Maaf Pa... Tapi benar kan?" Tanya Tito.
Tita mengangguk. Wajahnya sudah bersemu merah.
Atala dan Vita menghela nafas. Tapi terbesit senyum di wajah Mereka. Mereka tahu siapa Benny Putera Jimmy Darmawan.
*******
"Mama maluuuuu... Benny...!!!!" Mama Intan histeris.
"Mau ditaruh di mana muka Mama ini, Hah?! Kamu seenaknya saja meninggalkan acara makan malam yang penting itu!" Mama Intan benar-benar murka.
"Maaf Mam..." Benny tertunduk. Dia tahu dirinya salah.
"Dari awal sudah Mama ingatkan, jauhi Tita!! Kita tidak tahu siapa Tita itu? Siapa Orangtua nya? Asal usul nya?! Kamu mau bikin Mama malu?! Haaahhh??!!!" Mama Intan tidak juga mereda amarahnya.
"Tapi Benny juga sudah bilang sama Mama, kalau Benny sukanya sama Tita, Mam. Benny yakin, Tita itu wanita baik-baik, cerdas, mapan." Benny membela diri walau masih terus menunduk.
"Tita lagi... Tita lagi... Kamu ini kenapa sih?" Mama Intan mendengus.
"Benny benar-benar sudah jatuh cinta sama Tita, Mam! Benny gak bisa tidur memikirkan Tita." Benny tak berani menatap Sang Mama.
"Mama penasaran, seperti apa sih Si Tita Tita itu, sampai-sampai Kamu ngotot banget mau dekat Dia." Akhirnya Mama intan sedikit mengalah.
Benny mendongak. "Mama pasti akan suka dengan Tita, Dia sederhana tapi terlihat berkelas, Mam. Mama gak akan kecewa kalau bertemu Tita." Kata Benny antusias.
"Seyakin itu, Kamu?" Tanya Mama Intan.
Benny mengangguk dengan mantab.
"Ok... Kali ini Mama kasih Kamu kesempatan. Besok, Kamu bawa Tita kesini. Mama mau bertemu Dia." Kata Mama Intan.
"Besok Mam?! Mama serius? Mama mau terima Tita?!" Mata Benny berbinar.
"Eits... Jangan terlalu yakin, Kamu. Kalau Tita bisa menyenangkan hati Mama, Mama akan merestui hubungan Kalian." Kata Mama Intan.
"Yes..." Gumam Benny. "Hhmmm... Baik Mam, besok Benny ajak Tita kesini." Benny terdengar sangat senang.
Mama Intan menghela nafas. "Heehh... Cinta pada pandangan pertama?" Mama Intan menggelengkan kepalanya.