"Bagus...!" Mama Intan berdiri di ambang pintu, tangannya bersedekap. Tita dan Benny baru saja pulang dari makan pecel lele pinggir jalan. "Mama belum tidur?" Tanya Benny. "Bagaimana Mama bisa tidur? Perut Mama lapar. Gara-gara Istri Kamu masak keasinan!" Hardik Mama Intan. "Ma.. Cukup ya! Masakan...." Belum lagi Benny menyelesaikan kalimatnya. "Mas...." Tita menahan Benny. Benny menghela nafas. "Sudahlah... Ayo Sayang... Lebih baik Kita istirahat." Benny menarik tangan Tita agar meninggalkan Sang Mama. Dan Mereka tidak perlu mendengarkan kemarahan Mama Intan yang Beliau buat sendiri. "Benny...!!" Mama Intan teriak. Benny kembali menghela nafas. Dia memutar bola matanya menahan kesal. "Apa lagi, Ma?" Benny benar-benar bersabar. "Lebih baik Kamu naik duluan ke kamar, ya." Pinta Be