4. Menolak

1642 Words
Author POV Setelah menghapus air mata di kedua pipi Alice, Jun menaikkan dagu Alice agar menatapnya. Jun menatap Alice dengan penuh kerinduan, Alice kecilnya dulu kini sudah menjadi Alice yang dewasa yang sangat cantik. Tanpa ragu Jun pun mendekatkan bibirnya ke wajah Alice dan mulai mencium bibir Alice. Alice melebarkan matanya tidak percaya Jun berani menciumnya. Alice pun merasa jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya dan tangan Alice langsung memeluk erat pinggang Jun agar dia tidak terjatuh. Alice melihat jun memejamkan matanya, Alice pun mengikuti Jun dengan memejamkan matanya. Lembut itulah yang Alice rasakan dari bibir Jun. Bolehkah saat ini Alice memohon agar dia bisa terus bersama Jun saja. Karena dengan bersama Jun Alice merasa sangat nyaman. Braak “JUN, ALICE” ucap Jin yang tiba-tiba membuka pintu kamar Jun. Alice yang terkejut dengan suara Jin dengan cepat melepaskan ciumannya dengan Jun lalu mendorong Jun. Alice merapikan rambutnya dan menunduk. Demi Tuhan Alice sangat malu sekali saat ini ketahuan berciuman dengan Jun di dalam kamar. Alice pun menjadi salah tingkah. “Jun kamu jangan macam-macam dengan Alice, kalau tidak ingin Papa dan Paman Saburo memenggal kepalamu” ucap Jin dengan nada menakut-nakuti. “Jun aku akan kembali ke kamarku” ucap Alice yang salah tingkah. “Tunggu Alice” ucap Jun menahan tangan Alice. Alice gugup dan hanya bisa menatap tangan Jun yang kini sudah menariknya pelan untuk berdiri dibelakangnya. “Keluarlah dari kamarku Kak” ucap Jun ketus kepada Jin. “Hem, dua anak kucingku ini ternyata sudah dewasa ya” ucap Jin meledek Jun dan Alice. “Cepatlah keluar Kak” ucap Jun ketus. “Okey aku akan keluar. Tapi ingat Jun, jangan sampai kamu menghamili Alice hanya untuk menggagalkan rencana Papa” ucap Jin sebelum keluar. Blam Setelah Jin keluar dari kamar Jun. barulah Alice merasa lega. Jantungnya hampir saja copot. Masih untung Jin yang melihatnya, Alice tidak tahu kalau Ayah atau Paman Takeshi yang melihat mereka berciuman apa yang akan terjadi. “Alice” ucap Jun mengusap pipi Alice. Alice menatap Jun, tiba-tiba dia teringat ucapan Jin sebelum pergi. Alice terkejut, Alice berpikir tidak mungkin Jun senekat itu menghamilinya ‘kan. Alice menelan salivanya, jujur kalau sampai itu terjadi dan malam ini dia malakukan bersama Jun, Alice belum siap. Alice menggelengkan kepalanya. “Alice” ucap Jun yang bingung dengan sikap Alice. “Jun kamu tidak akan mendengarkan ucapan Kak Jin tadi’kan” ucap Alice sedikit takut. Jun menaikkan sebelah alisnya dan mengingat semua ucapan Jin. Saat Jun tahu ucapan yang dimaksud Alice, Jun menahan tawanya. “Kalau itu bisa menggagalkan rencana Papa, aku akan melakukannya malam ini juga Alice” bisik Jun ditelinga Alice. Alice melebarkan matanya mendengar ucapan Jun. Alice pun mendorong d**a Jun dan membalikan tubuhnya membelakangi Jun. “Aku tidak mau Jun” ucap Alice sedikit takut. “Haha. Aku tidak akan melakukannya Alice” ucap Jun memeluk Alice dari belakang dengan tertawa. “Tapi kalau seandainya kamu mau melakukannya aku tidak akan menolak” ucap Jun dengan menciumi pipi Alice. “Jun!” pekik Alice mencubit tangan Jun yang melingkar di perutnya. “Hahaha. Aku hanya bercanda Alice” ucap Jun tertawa berhasil menakuti Alice. “Bercandamu keterlaluan Jun” ucap Alice mencibir kesal. “Sudah malam, ayo aku antar kamu kembali kemarmu” ucap Jun melepaskan pelukannya. Jun pun menggandeng tangan Alice dan melangkah menyusuri koridor menuju kamar Alice yang berada dipaling ujung. Sepanjang Alice melangkah, Alice sangat senang sekali, akhirnya hubungan dia dengan Jun bisa kembali baik lagi. Ceklek Jun membukakan pintu kamar Alice dan melepaskan pegangan tangannya. “Tidurlah. Besok pagi aku akan mencari cara lain dengan tidak melibatkanmu” ucap Jun dengan tesenyum. Cup “Terima kasih Jun” ucap Alice yang mencium pipi Jun. Tanpa menunggu Jun menjawab Alice langsung masuk dan menutup pintu kamarnya. Alice bersandar dan menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang sudah terjadi malam ini. Jantungnya masih saja berdetak dengan kencang. Alice pun teringat bagaimana tadi Jun menciumnya. Muka Alice tiba-tiba berubah menjadi merah dan Alice memegang kedua pipi dengan tangannya. Bahagia, ya itu yang Alice rasakan. “Jun, terima kasih” ucap Alice pelan seakan ada Jun dihadapannya. Pagi ini seperti biasa keluarga besar Takeshi dan Alice sedang menikmati sarapan pagi mereka. Tetapi di pagi ini ada yang berbeda yaitu senyum di wajah Alice yang merekah. Apalagi kalau Alice sesekali bertatapan dengan Jun yang duduk di bangku berhadapan dengannya. “Alice pagi ini kamu ceria sekali” ucap Takeshi yang memperhatikan Alice selalu tersenyum pagi ini. “Tentu saja Pa. Semalam itu A- Auuuw” ucap Jin yang ingin meledek tiba-tiba langung menjerit kesakitan. Jun yang duduk di sebelahnya dengan cepat langsung menginjak kaki Jin sekuat tenaganya, oleh sebab itu Jin berteriak kesakitan. “Yang ditanya itu Alice bukan kau Kak” ucap Jun dengan mencibir. “Sudah-sudah kalian berdua ini” intruksi Takeshi. “Alice sepertinya mood-mu pagi ini sedang baik sekali” ucap Takeshi. “I-iya Paman. Ini karena masakannya sangat lezat” ucap Alice menatap makanannya. “Baguslah kalau begitu. Kamu harus makan yang banyak pagi ini ya. Karena mulai hari ini Jin akan mengajarimu mengendalikan api” ucap Takeshi. “Pa!” intruksi Jun yang tidak suka dengan ucapan Takeshi. Takeshi melambaikan tangannya kepada para pelayan agar merapikan meja makan ini. Lima orang pelayan wanita langsung merapikan semua piring kotor dan makanan. Lalu mereka meletakkan cangkir berisi teh. “Pa, tolong jangan libatkan Alice untuk masalah ini” ucap Jun memohon kepada Takeshi. Ya, sejak berbaikan dengan Jun semalam, Alice menjadi ragu untuk mengikuti rencana Takeshi. Alice tidak ingin pergi ke Yakuza Himawari, Alice ingin tetap disini agar bisa selalu bersama Jun. Tetapi Alice tidak bisa berbuat apa-apa, karena dia sudah menyetujui rencana Takeshi. Dan kini Alice hanya bisa berharap Paman Takeshi mendengarkan ucapan Jun. “Alice apa kamu percaya dengan Paman?” tanya Takeshi menatap Alice. Alice menatap Takeshi dan merasa tidak enak, Alice pun hanya bisa menganggukkan kepalanya. “Alice setuju Jun” ucap Takeshi. “Pa, tidak bisakah orang lain saja atau aku yang menjadi mata-mata di Himawari” ucap Jun yang masih berusaha memohon. “Tidak bisa. Kalau kamu yang menjadi mata-mata, mereka pasti akan mengenalimu dengan mudah dan kamu tidak akan semudah itu masuk ke Yakuza Himawari” ucap Takeshi. “Kenapa bukan anak buah kita yang lain, atau Papa meminta salah satu warga saja?” ucap Jun. “Jun, Papa percaya Alice bisa melakukannya. Karena hanya Alice yang nanti akan bisa mempelajari elemen air disana” ucap Takeshi. “Alice waktumu berlatih untuk meningkatkan kemampuanmu hanya seminggu. Paman mohon berkonsentrasilah agar kamu dapat mengendalikan api dengan baik” ucap Takeshi kepada Alice. Alice dan Jun sama-sama terkejut dengan ucapan Takeshi, itu tandanya waktu Alice di Green Yakuza hanya seminggu ini. Setelah itu mereka akan kembali berpisah. “Baik Paman” jawab Alice pelan menganggukkan kepalanya. “Seminggu lagi. Secepat itu” ucap Jun dengan kesal. “Ya, karena minggu depan adalah kompetisi warga Himawari untuk masuk ke White Yakuza” ucap Takeshi. “Lalu berapa lama Papa akan mengirim Alice disana?” tanya Jun. “Sampai Alice bisa mendapatkan kekuatan elemen air” jawab Takeshi. “Itu sama saja Papa mengusir Alice pergi dari sini. Alice mempelajari elemen api saja sampai tujuh tahun, itu juga belum sempurna. Lalu dia akan mempelajari elemen air, disana Alice tidak akan semudah disini Pa. Disana mana mungkin dengan mudah keluarga Himawari mengajarinya” ucap Jun dengan nada tidak suka. “Jun kali ini kau yang harus sabar menunggu Alice. Alice saja sudah sabar menunggumu 8 tahun. Kini giliranmu menunggu Alice” ledek Jin pelan kepada Jun. Jun hanya menatap horror kepada Jin. Takeshi, Saburo dan Jin pun bangkit dari duduk mereka dan meninggalkan ruang makan. Sedangkan Alice masuh duduk dengan menunduk sedih. Menatap Alice, Jun ikut merasa sedih. Jun pun melangkah menghampiri Alice dan berjongkok di samping bangku Alice. “Alice, seharusnya sejak awal aku kembali aku langsung membawamu pergi dari sini. Aku kira dengan sikapku yang dingin kepadamu membuatku Papa mengirimmu pergi ke luar dari tempat ini dan disaat itu aku akan menyusulmu agar kita bisa hidup bebas bersama. Ternyata Papa benar mengirimmu pergi dan kali ini aku tidak bisa ada disampingmu “ ucap Jun sedih memegang kedua tangan Alice. Alice menatap Jun, dia tidak menyangka ternyata Jun memang sengaja dingin padanya hanya agar mereka bisa keluar dari tempat ini. Ya, Alice baru sadar, mereka tidak akan semudah itu keluar dari Momo Gumi. “Jun, aku akan menjaga diriku dengan baik disana. Kamu tenanglah” ucap Alice dengan tersenyum getir. “Alice, tapi Himawari adalah musuh kita. Aku takut mereka akan menyakitimu” ucap Jun khawatir. “Jun, maukah kali ini kamu yang percaya kepadaku. Kali ini aku yang akan berjanji kepadamu Jun. Aku akan menjaga diriku dengan baik disana, dan jika nanti aku sudah kembali kita akan mewujudkan impian masa kecil kita” ucap Alice menatap Jun sedih. “Alice, aku punya rencana” ucap Jun menatap Alice. “Apa?” tanya Alice bingung. “Bagaimana kalau malam ini kita pergi saja? Kita akan pergi jauh dari Momo Gumi dan aku yakin Papa tidak akan menemukan kita” ucap Jun. “Jun, apa kamu yakin? Kalau kita pergi hanya akan menambah masalah baru” ucap Alice. “Alice hanya ini cara yang bisa kita lakukan. Aku tidak mungkin membiarkanmu tinggal di Himawari. Mereka sangat kejam” ucap Jun menggemgam tanga Alice dengan erat. “Alice ayo cepat. Aku menunggumu di halaman untuk bertatih” teriak Jin dari dekat pintu. “Iya Kak. Aku akan segera menyusulmu” ucap Alice. Alice menatap Jun. Jun tersenyum padanya dan menganggukkan kepalanya yang mengisyaratkan Jun memperbolehkan Alice pergi berlatih. “Terima kasih Jun” ucap Alice tersenyum. Alice pun melangkah meninggalakan Jun dan menyusul Kak Jin. Sementara Jun melangkah ke ruang kerja Papa. Jun akan berusaha meyakinkan Papa agar membatalkannya niatnya untuk mengirim Alice ke Himawari.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD