Pagi-pagi sekali Alice sudah menunggu di depan pintu Paviliun Arick. Sejak jam 6 pagi Alice sudah rapi memakai dress hitam motif bunga dengan rambut tergerai. Ya, Alice tidak ingin terlambat di hari pertamanya menjadi sekertaris Arick. Kalian tahu kenapa?
Bukan karena Alice ingin melihat wajah tampan Arick di pagi hari, tetapi karena Alice tidak ingin Arick menjadikan keterlamabatannya sebagai bahan penyiksaan Alice pagi ini.
Ceklek
Pintu terbuka, keluarlah pria Arick dengan menggunakan kemeja putih dibalut jas hitamnya. Dibelakang Arick seperti biasa Yuqi asistan setia Arick.
Arick menhentikan langkahnya dan meneliti wanita yang berdiri di samping pintunya. Arick menatap Alice dari ujung kaki hingga ujung rambutnya. Tentu saja Alice langsung menunduk dan terlihat risih mendapatkan tatapan seperti itu dari Arick.
“Apa-apaan dia, menatapku seperti itu. Hah, apa dia terpesona dengan penampilanku? Dia belum tahu siapa Alice. Putri satu-satunya Bapak Saburo yang paling cantik. Tapi sayang, kalau kamu suka padaku, aku akan menolakmu mentah-mentah Burick. Karena aku sudah mempunyai pujaan hatiku” batin Alice bermonolog sendiri.
“Yuqi, apa matamu tidak sakit?” tanya Arick kepada Yuqi.
“Kenapa Tuan muda? Mata anda sakit” tanya Yuqi khawatir.
“Mataku sakit sekali melihat penampilan wanita bodoh ini. Mana ada sekertaris memakai daster tidur yang mirip dengan motif gorden” ucap Arick melangkah pergi melewati Alice.
Alice langsung mengangkat wajahnya dan wajahnya menatap horror punggung Arick yang sudah lebih melangkah meninggalkannya. Sedangkan Yuqi hanya terkekeh juga menunduk melangkah melewati Alice.
“Aaaaargggh. Dasar kurang ajar!” teriak Alice kesal dengan ucapan Arick yang jelas-jelas menghinanya.
Alice dan Yuqi sedang menunggu Arick di depan mobil Range Rover hitam milik Arick. Alice wajahnya masih masam dan mood-nya pagi ini mendadak buruk karena ucapan Arick yang keterlaluan menghinanya.
“Alice, sudahlah jangan kamu dengarkan ucapan Tuan muda. Beliau memang seperti itu. Kalau kamu ingin berhasil dan bertahan kamu harus kuat menghadapi semua omongan Tuan Muda. Sebenarnya Tuan muda itu sangat baik” ucap Yuqi berbisik pelan kepada Alice.
“Hah, baik. Baik dari sisi mananya. Dia hanya pria kejam, tetapi penakut di depan Ayahnya” ucap Alice masih dengan nada kesal. Dan Yuqi hanya terkekeh mendengarkan ucapan Alice.
“Nanti lama-lama kamu akan mengerti sifat Tuan muda kita Alice” ucap Yuqi menepuk bahu Alice.
Tak lama Arick datang menghampiri Yuqi dan Alice setelah dia sarapan bersama Kenzi. Yuqi membukakan pintu penumpang belakang kemudi untuk Arick, setelah Arick menaiki mobilnya Yuqi membukakan pintu penumpang sebelah kemudi untuk Alice.
Yuqi mengemudi meninggalkan White Yakuza. Mobil mereka sudah jauh meninggalkan White Yakuza. Pagi ini Arick sudah berencana ke Uno Casino, yaitu Casino pertama yang di dirikan oleh leluhurnya. Letaknya sekitar 20 km dari White Yakuza.
Setelah menemupuh perjalanan 20 km mereka sampai di Uno Casino. Arick diikuti Yuqi dan Alice memasuki Casino yang belum jam buka. Semua karyawan disini terlihat sedang merapikan area Casino. Arick pun langsung menuju ruangannya.
“Yuqi, aku bilang mataku sakit. Suruh dia menunggu diluar!” ucap Arick tanpa menatap Alice.
“Alice” ucap Yuqi pelan dengan senyum yang tidak enak.
Alice hanya mencibir dan berbalik dengan wajah kesal. Alice juga sengaja menghentakkan kakinya dilantai. Lalu yang lebih berani lagi Alice sengaja menutup pintunya dengan keras. Tetapi Arick hanya masa bodoh.
Alice berdiri menunggu di depan ruangan Arick dengan mengumpat di dalam hatinya.
“Aaaargh, menyebalkan. Kenapa di dunia ini ada pria seperti dia” ucap Alice kesal dengan kening yang digosok-gosok di dinding.
“Memang pria harus seperti apa?” terdengar suara ditelinga Alice hingga Alice merasakan udara menyentuh telinganya.
“Tu-Tuan” ucap Alice terkejut.
“Sejak kapan dia keluar?” batin Alice terkejut.
“Daripada kau terus mengeluh, lebih baik simpan laporan keuangan minggu ini” ucap Arick datar.
“Yuqi berikan laporan keuangannya padanya” ucap Arick kepada Yuqi.
“Baik Tuan” ucap Yuqi.
Pukul 10 Arick, Alice dan Yuqi pergi dari Casino. Arick hari ini ada meeting dengan pelanggan tetapnya di Casino True. Casino yang terletak di tengah-tengah kota. Yuqi mengemudikan mobilnya dengan fokus, sedangkan Alice terlihat menyalin semua jadwal Arick selama seminggu kedepan dari tab milik Yuqi.
“Yuqi tolong kita ke Himawari Mall dulu” ucap Arick.
“Baik Tuan” ucap Yuqi.
Setelah di lampu merah, Yuqi membelokkan mobilnya kekanan. Karena letak Himawari Mall tak jauh dari lampu merah. Mobil range rover itu pun masuk ke parkiran VVIP yang ada di depan Mall. Ya, parkiran VVIP hanya untuk keluarga besar Himawari, karena Mall ini adalah milik Keluarga Himawari yang kini pegang oleh Kenzi dan Arick.
Alice dan Yuqi mengekori Arick melangkah memasuki Himawari Mall yang baru saja buka. Pengunjung belum begitu banyak, toko-toko juga masih terlihat sepi dan bersih. Arick terus melangkah menuju lantai dua.
Lalu Arick berbelok ke sebuah butik pakaian perempuan yang ada disana. Arick pun disambut ramah oleh pelayan butik yang sudah mengenal siapa Arick. Pelayan butik disini berpakaian rapid an cantik-cantik. Suatu kehormatan bagi mereka Arick datang ke sini.
“Selamat Pagi Tuan Muda. Selamat datang di butik” ucap seorang pelayan yang memakai pita bewarna pink.
“Ada yang bisa kami bantu Tuan?” ucap pelayan itu lagi dengan nada manja.
“Cih, dasar wanita bodoh. Lebih baik kau berlaku manja kepada Yuqi, dia pria masih mempunyai perasaan. Manja dengan pria dingin seperti Arick Burick, sia-sia tenaga kalian” batin Alice yang merasa terganggu melihat pelayan itu.
“Tolong ganti daster ditubuhnya dengan pakaian yang lebih pantas” ucap Arick datang menunjuk kearah Alice.
“Ap-“ Alice ingin berbicara tetapi Yuqi menarik ujung bajunya yang mengisyaratkan agar Alice diam.
Tentu saja pelayan itu menatap Alice dengan terkekeh. Alice hanya bisa mencibir dan menyumpahi Arick didalam hatinya. Pria ini benar-benar membuatnya malu dihadapan orang.
“Mari Nona ikuti saya” ucap pelayan itu.
Alice mengekori pelayan itu masuk ke dalam ruangan ganti. Sementara dua pelayan yang lain sibuk mencarikan baju untuk Alice. Arick duduk di sofa sambil mengecek pesan yang masuk dan Yuqi duduk di sofa menunggu Alice.
Pintu ruang ganti terbuka dan keluarlah Alice di damping oleh tiga pelayan wanita yang tadi membantunya mengganti pakaian.
Kali ini Alice keluar dengan menggunakan dress span 7/8 bewarna maroon dengan tangan balloon. Arick yang melihatnya sekilas langsung membuang mukanya. Sedangkan Yuqi yang menatap Alice menggelengkan wajahnya.
Alice hanya menyengir kuda menerima penolakan dari dua pria dihadapannya ini. Alice kembali masuk ke dalam ruang ganti. Alice kembali dibantu tiga pelayan itu untuk mengganti bajunya kembali.
Saat Alice kembali keluar dengan dress selutut bewarna biru tanpa lengan, Arick terlihat cuex dengan ponselnya dan Yuqi menggelengkan kembali kepalanya. Lagi-lagi penolakan yang Alice terima.
Alice keluar dengan dress warna putih, warna merah, warna hijau dengan model yang berbeda lagi-lagi ditolak oleh Arick dan Yuqi. Alice sampai bosan karena harus berkali-kali mengganti bajunya.
“Biar aku yang memilih sendiri pakaiannya” ucap Alice kepada ketiga pelayan itu.
Alice pun menyusuri baju-baju yang tergantung di dalam butik. Memang rata-rata disini modelnya dress yang Alice yakin ini sebenarnya sangat cantik kalau dia pakai, tetapi entah kenapa dua pria itu sangat tidak suka melihatnya menggunkan dress.
Alice berpikir sepertinya dia harus memodif sendiri tampilannya sesuai dengan style-nya. Alice mengambil dress bewarna khaki, lalu jacket kulit bewarna hitam.
“Sepertinya ini Oke” ucap Alice melihat penampilan dirinya di cermin besar.
“Iya Nona terlihat lebih natural” ucap seorang pelayan.
“Terima kasih” ucap Alice.
Alice pun kembali keluar dengan percaya diri. Arick yang tadinya ingin berdiri dan melangkah keluar karena bosan, tiba-tiba mengurungkan niatnya. Biasanya dia melihat Alice hanya memakai baju pelayan bewarna putih, kini Alice terliht begitu berbeda dimatanya, entah kenapa dia menatap Alice begitu lama dari biasanya. Saat Arick menyadari sikapnya terlalu lama memandang Alice, Arick langsung memutus pandangannya.
“Setidaknya ini lebih baik dari daster yang tadi kau pakai” ucap Arick datar, Arick pun kembali berdiri dan melangkah keluar.
“Alice cantikmu terlihat natural” ucap Yuqi menghampiri Alice.
“Terima kasih Yuqi” ucap Alice tersenyum.
Setelah membayar pakaian Alice dengan kartu milik arick yang dipegang Yuqi, Alice dan Yuqi langsung menyusul Arick. Mereka berhenti dibelakang Arick yang terlihat sedang serius menerima telepon.
“Yuqi, di gudang senjata ada masalah” ucap Arick serius.
“Lalu bagaimana Tuan?” tanya Arick khawatir.
“Aku tidak bisa kesana sekarang. Aku harus bertemu Mr Furai. Tetapi kalau kita tidak segera kesana, gudang kita bisa ditutup oleh Walikota” ucap Arick.
“Tuan, bagaimana kalau saya yang ke gudang terlebih dahulu. Tuan dan Alice bisa melanjutkan meeting dengan Mr Furai” ucap Yuqi.
“Kau yakin bisa menanganinya sendiri?” tanya Arick.
“Saya akan melakukan yang terbaik untuk kita Tuan” ucap Yuqi.
“Baiklah. Aku akan meminta supir mengirimkan mobil untukmu” ucap Arick.
Sedangkan Alice terlihat tidak suka dan ingin menolak mendengar Yuqi menyuruhnya untuk bersama Arick berdua saja. Oh, bisa gila Alice membayangkan dia harus berdua saja dengan Arick.
“Yuqi bisakah aku ikut saja denganmu” pinta Alice menarikkemeja hitam Yuki.
“Tidak bisa Alice. Kalau kamu ikut denganku, nanti siapa yang mendampingi dan mencatat semua hasil meeting Tuan muda” ucap Yuqi memberi pengertian kepada Alice.
Sedangkan Arick yang mendengar permintaan Alice langsung menatap sinis tanpa arti pada pelayan yang kini merangkap menjadi sekertaris pribadinya.
“Ayo, cepat pergi. Karena kau terlalu lama memilih baju meetingku jadi terlambat” ucap Arick tanpa dia sadar menarik tangan Alice.
“Aaaa” teriak Alice terkejut karena Arick menariknya.
Alice pun terpaksa mengikuti Arick dan sebelum jauh dia menatap kepada Yuqi. Yuqi hanya tersenyum dan melambaikan tangannya. Alice hanya bisa cemberut sepanjang dia melangkah mengikuti Arick. Alice juga tidak sadar kalau kini Arick menggemgam tangannya.
“Kunci mobil” ucap Arick memberikan kunci mobil kepada Alice.
“Maksudnya aku yang membawa mobil?” tanya Alice ragu.
“Iyalah. Itu salah satu tugasmu sama seperti Yuqi” ucap Arick ketus.
“Ehm, tapi saya tidak bisa membawa mobil” cicit Alice menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Tidak bisa membawa mobil” ucap Arick terkejut. Alice mengangkukkan kepalanya.
“Dasar gadis bodoh. Mulai saat ini kamu harus bisa menyetir” ucap Arick mengambil kembali kunci mobil di tangan Alice.
“Tugas menyalin kitab saja belum selesai, kini ditambah lagi belajar menyetir. Ya Tuhan beri aku kesabaran” ucap Alice pelan.
Alice pun menyusul Arick menuju mobilnya. Alice terlihat ragu saat Arick sudah duduk dibangku pengemudi. Alice menimbang apakah dia harus duduk disamping Arick atau di belakang. Alice berpikir kalau dia duduk disamping pria itu pasti Arick akan marah. Alice pun membuka pintu penumpang dibelakang.
“Nona, disini Tuannya aku atau kau?” tanya Arick menyindir.
Alice membuang nafas kasar. Alice kembali menutup pintu penumpangnya dan membuka pintu penumpang samping kemudi.
“Pelayan tidak tahu diri” sindir Arick.
Alice hanya diam. Benarkan dugaannya duduk disamping pria ini pasti dia akan mendapat ocehan dari Arick yang terus saja menghinanya. Sepertinya Alice harus menyumpal kupingnya selama perjalanan kali ini.