“Apa maksud Anda, Tuan? Tidur di kamar Anda sama saja dengan saya melempari kotoran kepada Anda. Itu tidak sopan sama sekali.” Kinar menolak telak, menggeser lengan Zidan hingga dirinya bisa terbebas dan bisa menghirup udara lebih leluasa dibanding sebelumnya. Tetap saja, pasokan oksigen masih dikuasai oleh Zidan. Aura pria itu masih membara meski penolakan telak sudah didapatkannya tepat di depan mata. Bahkan senyumannya lebih misterius lagi. Seakan seketika ada begitu banyak kode yang harus dipecahkan oleh Kinar untuk bisa mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh pria itu. Zidan tertawa kecil sekali yang seketika membuat Kinar langsung menunduk. “Maafkan saya, Tuan. Bukan maksud saya menyebut kotoran ataupun sejenisnya, tapi–” “Tidak perlu meminta maaf, Kinar. Aku paham kenapa respo