Jangan memaksakan Diri

1509 Words
Biasanya, Alex adalah pria paling ceria yang pernah ku tahu. Tapi kali ini, melihat dia terbaring tering seperti ini membuat siapapun yang melihatnya khawatir. Tangan yang terasa dingin aku mencoba untuk meraihnya, tangan yang bahkan sama sekali hanya tergerak samar hingga kusentuh erat tangan Alex dengan rasa prihatin ku kepada-nya. "Kau bilang ingin menjadi suamiku, melamar dengan benar. Rapi mengurus dirimu sendiri saja tidak bisa kau lakukan." Melihat Alex terbaring lemah di hadapanku rasa sakit di dalam d**a dan juga rasa takut kehilangan seseorang, memang terasa menakutkan. "Tuan muda sakit dari beberapa hari lalu, tapi kemarin dia memaksakan diri untuk pergi hingga membuat dirinya kelelahan seperti ini dan dokter menyarankan dirinya untuk tetap istirahat dan selalu memberikannya obat tidur juga penenang, agar dia bisa tertidur dengan nyenyak," ucap seorang pria penjaga di rumah Alex. "Memangnya dia tidak mudah tidur?" tanya Ku. "Tuan muda memang tidak pernah bagus dalam hal tidur. Maka dari itu kesehatannya menjadi memburuk setiap kali dia sama sekali tidak tidur sepanjang hari ataupun beberapa hari," jelas seorang penjaga yang mengantarku. Aku terdiam dan sangat teringat jelas saat itu Alex tertidur sangat pulas ketika aku tidur tepat di sampingnya. Rasanya tidak percaya tentang apa yang terjadi dan kudengar dari penjaga kali ini, rasanya seperti dia sedang berbohong. Namun saat melihat Alex tertidur di sampingnya ada deretan obat membuatku percaya ucapan penjaga. Meski aku sudah beberapa kali memegang erat tangannya. Namun dia tetap saja tidak terbangun, apalagi harus dengan bantuan obat-obatan hanya untuk tertidur. Aku bahkan sangat kesulitan untuk bangun dari tidurku, tapi dia malah kesulitan untuk tertidur membuatku tidak mempercayai tentang hal ini. "Apakah Anda memerlukan sesuatu?" tanya penjaga itu. Aku terdiam tidak tahu apa yang harus aku katakan kepadanya. "Kira-kira dia akan bangun kapan?" tanya Ku. "Tuan muda akan terbangun jika efek obat sudah hilang, sekitar 4 jam setelah dia tertidur. Biasanya tuan muda akan terbangun," jelas penjaga itu. "Baiklah, biar aku yang menjaganya disini. Anda boleh kembali, nanti jika saya memerlukan sesuatu, akan cari sendiri." Mendengar ucapanku, penjaga itu mengangguk dan pergi. Aku tidak percaya bisa meyakinkan penjaga itu hingga dia mengangguk dan pergi keluar dari kamar. Melihat ke arah Alex yang masih belum terbangun aku masih tidak percaya jika pria yang sangat ceria seperti Alex, benar-benar membutuhkan obat penenang dan obat tidur untuk hanya untuk tertidur. Namun hal yang sama sekali tidak kuduga adalah, ketika Alex bahkan tidur sangat banyak waktu itu. "Apa-apaan ini, mana ada hal seperti itu seseorang yang menyebalkan seperti dirimu, bahkan kesulitan untuk tertidur," gerutu Ku. Genggaman erat tangan Alex dengan penuh perasaan, aku berada di ruangan yang tak asing bagi diriku memang membuatku terbiasa akan suasana kamar Alex yang begitu bersih. Cukup lama aku berada disana dan kebingungan juga, jika harus kembali ke rumah kontrakan berjalan-jalan mengitari kamar itu aku baru menyadari bahwa ruangan itu sama sekali tidak ada sebuah foto, apalagi jam dinding kamar yang sangat bersih tanpa ada celah apapun. Mengingat aku yang baru saja pulang dari bekerja aku memilih untuk pergi ke kamar mandi dan membersihkan tubuh. Nuansa tenang dirasakan kali ini, ketika hanya seorang diri berada di dalam kamar dan terjaga. Setelah membersihkan tubuh menikmati hari yang tenang dirasakan. Aku menatap langit-langit kamar dan juga jawaban dari Alex yang masih belum terbangun juga tidak terasa hari sudah larut, ku ukir simpul senyum saat melihat Alex masih tidur lelap. Namun ternyata rasa kantukku jauh lebih kuat dibandingkan aku yang berniat untuk terjaga. Alih-alih Alex membutuhkan diriku. "Sepertinya aku tidak bisa pulang hari ini, kenapa juga harus? Apalagi pria ini dalam kondisi seperti ini, meski dia hanya tertidur," ucap Ku. Memilih untuk naik ke atas tempat tidur dan berbaring di samping Alex yang tertidur, hingga aku aku tidur terlelap tanpa Rasa terganggu sama sekali. Pelukanku begitu erat di tubuh Alex yang hangat membuat aku benar-benar tidur di atas ranjang Alex yang sudah tertidur dan juga ikut tertidur juga. Perasaan sesak di dalam d**a, membuatku kesulitan untuk bernapas hingga mencoba untuk melepasnya. Namun saat aku membuka kedua mata, terlihat sebuah pelukan dan tangan melingkar di perut, membuatku terkejut dan terlihat aku memeluk Alex dengan sangat erat, begitupun dengan dirinya mencoba untuk melepas pelukan itu. Namun ternyata alat bantu pernapasan untuk Alex sudah terlepas hanya ada sebuah kabel di tangannya. Tidak percaya jika pria itu masih tertidur hingga aku memilih untuk terdiam dan mencoba untuk menyentuh wajah Alex terutama bibir yang sempat menciumku dengan deretan ucapan yang selalu tidak pernah berhenti dia lakukan. "Apakah itu sangat menyenangkan?" Pertanyaan oleh Alex membuatku terkejut, apalagi dia sudah membuka kedua matanya hingga aku mencoba untuk mundur. Namun tertahan oleh pelukan tangannya. "Kenapa, bukankah kau sangat menyukai ketika tidur memelukku bahkan menyentuh setiap lekuk bibirku?" Pertanyaan Alex semakin membuatku terkejut, aku ingin bergegas bangun dari posisi saat ini. "Biarkan aku memelukmu sebentar saja! Kenapa kau begitu ingin cepat-cepat bangun dari tidur dan meninggalkanku?" Mendengar ucapan Alex membuatku terdiam dan tidak lagi berontak untuk lepas dari pelukannya. Cukup lama aku membiarkan pelukan dari pria yang saat ini berada di pelukanku. Namun seketika aku mencoba untuk melepasnya. "Jangan bergerak lagi, nanti seseorang akan terbangun dan akan berbahaya jika kau mengetahuinya!" Ucapan Alex membuatku tertegun tidak memahami apa maksud dari dirinya. Namun seketika aku merasakan sesuatu hal berubah disana, membuatku terkejut saat tahu bahwa itu adalah sesuatu hal sensitif milik Alex. "Apa maumu?" Aku bertanya saat mendongakkan kepala melihat ke arahnya, dia tersenyum tipis menatapku. "Apa yang kuinginkan, jika aku mengatakannya apakah Kau akan mengabulkanya?" balas Alex. "Mengabulkan apa?" tanya Ku lagi. "Menjadi kekasihmu, menikah denganku dan memakanmu." tatap Alex dengan simpul senyumnya. Mendengar jawaban dari Alex, aku semakin terkejut dan tidak tahu harus berkata apa ketika mendengar Alex yang ingin menikahiku, terutama hal sensitif dari ucapannya yang terakhir pandanganku kosong. Apalagi aku juga memiliki hasrat yang sama ketika Alex mengatakannya. Tubuh ini terasa memanas hingga atmosfer berubah menjadi panas membuatku kegerahan. "Aku merasa ruangan ini sangat pengap," alih Ku. "Benarkah, aku rasa tidak malah saking hangatnya membuatku merasa nyaman," balas Alex. Aku tidak tahu apa yang sedang kurasakan, tubuh ini terasa ingin sekali menyentuh sesuatu. Namun aku urungkan, tapi tangan ku yang begitu bodoh malah tanpa sadar menyentuh bibir Alex. Kulihat bibir tipis itu tampak nyata dan tidak ada protes dari pria yang sedang memeluk ku kali ini. Hingga aku sendiri yang mencium bibir yang ada di hadapanku begitu saja, kulihat Alex mengangkat sebelah alisnya. Namun dia tersenyum tipis saat aku menelusuri bibir miliknya, hingga dia membalas ciumanku dan ku tahu Alex juga melepas kabel di tangannya dengan paksa dan aku tidak memperdulikannya. Dia memutar tubuhku hingga membalas ciumanku saat dia berada di atas tubuhku, hal yang sama sekali tidak pernah kuduga ternyata aku juga membutuhkan sentuhan itu. Saat Alex bergelut di atas tubuh dengan tangannya yang naikk kesana kemari. Dia menyentuh lekuk leher dan memperdalam ciuman kami, hingga sesuatu hal yang seharusnya tidak terjadi benar-benar terjadi antara aku dengan dirinya. Saat Alex membuka pakaian, dia menelusuri setiap kecupan di lekuk leher hingga tanpa sadar aku mendesah membuka tutup kedua mata merasakan sentuhan yang baru aku dapatkan lagi. Sentuhan itu memang nyata, tapi sekilas Alex membuatku lupa akan kenyataan bahwa kami hanya kekasih pura-pura, jika hal ini terjadi akan sangat buruk. "Stop!" Aku mendorong tubuh Alex yang sudah menikmati kedua gundukanku yang sudah terpajang dengan tubuh tanpa busana kami. Terlihat senjata miliknya berdiri tegak, namun aku menutup tubuhku dengan selimut ku tutup juga miliknya. "Kenapa?" tanya Alex. "Aku ...." "Heh, sudahlah. Kemari! Aku tidak akan melakukannya kalau begitu," sela Alex menarik diriku memeluk dan mengecup berulang kali pucuk kepalaku. "Lain kali bolehkan?" tanya Alex menatapku dengan lembut. Aku mendengarnya tapi tidak menjawab pertanyaannya. Hanya pandangan kosong rasa takut degup jantung yang berdetak sangat kencang ketika tahu bahwa apa yang kami lakukan adalah sebuah kesalahan sehingga genggaman tangan Alex membuatku tersadar. "Jika tidak mau melakukannya, kamu jangan memaksakan diri. Kau tenang saja, aku bukan pria b******k yang akan memanfaatkan keadaan. Apalagi ketika kamu menyerahkan dirimu sendiri tanpa sadar seperti tadi. Kau benar-benar sangat menggemaskan, hingga membuat diriku semakin mencintaimu," ucap Alex. Alex tersenyum tipis, dia mengecup berulangkali keningku dan sekali lagi dia mencium bibirku dengan sangat dalam, dengan lumatan yang bahkan sudah sempat menaikkan perasaan ada di dalam diriku. Hingga dia melepas ciumannya tersenyum tipis menatapku dengan sangat lembut dan dia turun dari atas ranjang tanpa helaian pakaian membuatku memalingkan pandanganku dengan perasaan malu. Apalagi yang sempat kami lakukan barusan, membuatku menyesalinya ketika aku bahkan tidak bisa melakukannya dan menyelesaikannya dengan Alex. Perasaan takut disakiti oleh seorang pria, membuat aku tidak ingin kembali berlarut dengan pria manapun. Apalagi aku melupakan fokus ku untuk anakku di rumah. Saat melihat Alex sudah masuk ke dalam kamar mandi, yang kudapatkan hanya perasaan menyesal dan merutuki diri ini ketika harus melakukannya. Setiap sentuhan Alex, benar-benar membuatku tidak bisa menahan nya, jika Alex tidak menghentikannya berkemungkinan kami sudah melakukan hubungan suami istri yang tidak seharusnya. Tapi aku juga merasakan perasaan kesal dan kecewa ketika hal itu tidak terjadi dengan tubuhku, yang sudah mulai memanas dan terlanjur tanpa helaian pakaian sedikitpun. Malu dengan seluruh tubuhku yang sudah terbuka penuh olehnya, bahkan dia juga sempat melihat sekujur tubuhku. Namun kami tetap tidak melakukannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD