Sangat panik

1136 Words
5 tahun yang lalu... Dia masih seorang Mawar. Sosok yang begitu lemah dan mudah untuk ditindas. Gadis yang begitu polos dan lebih tepat nya dikatakan sebagai sosok yang begitu bodoh. Lima tahun yang lalu begitu membekas di hati Rose Li, sosok Mawar di masa depan. Sungguh Rose Li tak mau dirinya terus menjadi seorang yang lemah. Tapi apalah daya, masa lalu memberi gambaran betapa malang dirinya. Seolah dia masih berada dalam masa lalu yang terus saja menayangkan memori kelam dirinya di masa lalu. Siang itu Mawar yang masih berusia 18 tahun tampak duduk di kantin sekolah. Gadis itu masih asik menikmati sepotong roti bakar miliknya. Kesendirian adalah sahabat terbaik dalam hidup nya. Terlalu introvert, itulah sosok Mawar. Pasalnya hari ini Rayhan sedang sakit. Sehingga remaja pria bernama Rayhan itu tidak bisa masuk sekolah. Membuat Mawar tak memiliki teman dan hanya bisa terus menyendiri sepanjang hari. Mawar masih menghabiskan roti bakar di tangan kanannya. Gadis berseragam putih abu-abu itu tampak berusaha menikmatinya. Walau sebenarnya dia merasa malas makan. Beberapa hari ini hatinya terasa sangat kacau. Bahkan sangat gelisah. Padahal tak ada yang perlu dikhawatirkan olehnya saat ini. Mawar sendiri bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Setelah selesai menghabiskan roti bakar nya. Gadis itu pun segera bangkit. Namun sayang, tanpa memperhatikan sekitar membuatnya menubruk seseorang. Sosok pria bertubuh tinggi besar itu sukses membuat Mawar terjatuh. Posisi jatuh gadis itu benar-benar memalukan. Karena terdorong ke arah belakang, gadis itu pun merasakan kalau rok abu-abunya nya tersingkap. Cukup memalukan. Tapi tak hanya itu kemalangan nya. Segelas s**u coklat milik pria itu pun tumpah membasahi seragamnya. Bak jatuh tertimpa tangga. Inilah yang dirasakan Mawar kala itu. "Ya Allah," ucap Mawar segera menarik roknya yang tersingkap agar tidak menampilkan pahanya yang putih bersih. Kemudian gadis itu hendak berdiri. Tapi sayang rasa ngilu di bagian bokongnya membuat Mawar meringis kesakitan. "Ssstt... Aduh," ucap Mawar meringis. "Maaf ya... Gue benar-benar gak sengaja," ucap pria itu berusaha mengulur kan tangannya untuk membantu Mawar berdiri. Tapi sayang Mawar segera menepis tangan pria itu. Mawar benar-benar risih jika ada seorang pria yang menyentuh tubuhnya. Walau pun itu hanya karena ingin membantunya. "Jangan sentuh. Aku bisa bangun sendiri," ucap Mawar. Setelah berhasil bangkit sendiri, gadis itu terus mengusap seragamnya yang basah kuyup. Bahkan berwarna coklat karena s**u yang tumpah itu. Gadis itu pun memutarkan pandangannya. Dan tatapannya pun terkunci pada sosok Celine. Sosok adik tiri yang menatapnya sinis. Netra hazel gadis itu menulusuri dirinya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tentunya dengan tatapan meremehkan sambil tertawa. Ditemani oleh geng cantiknya yang terus tertawa bahagia melihat dirinya yang menderita. "Duuhhh... Sakit banget itu," ucap salah satu teman Celine yang menatap nya sambil mengejek. "Tapi kayaknya lebih besar malu nya dari pada sakitnya tuh," timpal salah satu teman adik tirinya itu. Mawar pun menundukkan wajahnya. Sebelum akhirnya dia menatap ke arah lain. Rupanya semua mata tertuju ke arahnya. Mereka tampak menertawakan dirinya. Seketika Mawar Merasa dirinya begitu malang. Tak ada satu pun yang peduli pada perasaan nya. Semua orang menertawakan dirinya tanpa ada rasa kasihan. Merasa telah menjadi pusat perhatian, gadis itu pun segera berlari ke arah toilet. Mawar pikir dia harus segera membersihkan seragamnya. Mungkin mungkin dengan air dia bisa menyamarkan nodanya. Lagipula Mawar benar-benar risih dengan apa yang dia rasakan saat ini. Antara rasa malu dan rasa marah karena diperlakukan hina seperti ini. Entah mengapa Celine begitu pandai mencari teman. Sedang kan dirinya. Satu pun tak ada yang mau berteman dengannya. Air mata gadis itu pun meleleh. Sambil terus mengayunkan kakinya dengan cepat, mawar terus menangis. Hatinya benar-benar sakit. Sudah tak ada lagi tempatnya untuk berkeluh kesah. Mawar rindu mama nya. Sungguh sangat rindu. Tapi apalah daya. Dia hanya gadis lemah yang tak bisa berbuat apa-apa. Kini Mawar pun sudah sampai di toilet. Gadis itu berdiri di depan cermin. Menatap dirinya yang kacau. Matanya memerah karena menangis. Wajahnya pun tampak sembab. Bahkan saat ini pakaian yang biasanya tampak rapih terlihat sangat menyedihkan. Tak hanya kotor dan basah tapi juga tampak lecek. "Mama ... Hiks... Mawar kangen Mama... Hiks..." Tangis Mawar semakin pecah. Dia benar-benar merasa begitu menyedihkan. Andai dia memiliki papa yang adil mungkin hidupnya tidak akan seperti ini. Andai saja dia mengadukan hal menyedihkan yang selama ini menimpanya pada sang papa pun percuma. Papa akan jauh lebih percaya pada Celine dibandingkan dengan dirinya. Entah apa yang terjadi antara mama dan papanya. Hingga dia diperlakukan seperti ini. Gadis itu pun membasuh wajahnya dengan air di wastafel. Berusaha untuk menghilangkan air mata yang membasahi wajahnya. Kemudian mulai membasahi seragamnya yang ternoda. Mengucek nya untuk menyamarkan noda di sana. Terus seperti itu hingga akhirnya noda tampak lebih samar. Dan pria yang tadi menabrak nya tiba-tiba masuk ke toilet wanita. Pria itu memanggil namanya membuat Mawar menoleh ke arah pintu toilet. "Mawar," panggil pria itu. "Kamu ngapain ke sini. Ini kan toilet cewek," ucap Mawar pada laki-laki yang berbeda kelas dengannya itu. Pria yang dia kenal bernama Alam. "Aku mau bantuin kamu membersihkan seragam mu," ucap Alam pada Mawar. Tapi Mawar malah kesal. Dia benar-benar tak ingin terjadi kesalahpahaman. Pasalnya ada peraturan siswa pria di larang masuk ke toilet siswi. Begitu pun sebaliknya. Andai ada guru yang mengetahui hal ini tentu saja mereka akan diberikan hukuman berat. Bisa-bisa sampai di rumahkan. Dan Mawar tentunya tak mau hal ini terjadi. "Enggak jangan. Aku bisa sendiri. Kamu pergi aja," ucap Mawar. "Enggak aku ga mau. Biar bagaimanapun seragam kamu kotor kan karena aku. Jadi aku harus tanggung jawab," ucap Alam. "Aku engga mau. Sana kamu pergi aja," ucap Mawar. "Enggak aku mau tanggung jawab," ucap Alam. Dan tanpa mereka sadari ada seorang guru wanita yang datang ke toilet. Mendengar apa yang dikatakan oleh alam membuat guru tersebut terkejut. "Kau mau tanggung jawab apa sama Mawar?" Tanya guru tersebut. Seketika Mawar membelalakkan matanya. Hal yang dia khawatirkan benar-benar terjadi. Mawar yakin kesalahpahaman ini pastinya Bakan dibawa ke ruang Bimbingan konseling. Dan itu adalah tempat yang sangat dia takutkan. Mawar tak ingin hubungan nya dengan papanya semakin kacau karena masalah ini. "Bu... Ibu salah paham. Semua yang terjadi tidak seperti yang ibu pikirkan," ucap Mawar panik. "Diam Mawar. Ibu sedang bertanya ke Alam," ucap guru itu. Mawar pun menunduk kan wajahnya. Gadis itu semakin menangis. Dia yakin hidupnya akan semakin kacau setelah ini semua. "Jawab, Alam!" "..." Namun alam masih diam membisu. "Kok kamu tidak mau menjawab? Oke ibu ganti pertanyaan nya. Kenapa kamu ada di toilet wanita?" Deg... Hati Mawar semakin kacau. Gadis itu benar-benar panik. Apalagi melihat Alam yang terus membisu tanpa memberikan pembelaan sama sekali. "Alam. Tadi kan aku bilang ga usah ke sini. Tuh kan jadi salah paham. Kamu harus kasih penjelasan. Jangan diam aja," ucap Mawar panik. Sayangnya Alam Masih membisu. "Baik kalau begitu silahkan kalian datang ke ruang Bimbingan konseling. Kita selesaikan masalah ini di sana," ucap guru wanita itu. Hal itu sukses membuat Mawar sangat panik.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD