Avgldi 12

4862 Words
  Tanpa menutup pintu terlebih dahulu, Avitha langsung berlari begitu saja ke dalam pelukan Samuel.   “Kita pulang ya Bang, sekarang. “   Samuel menggeleng, “Udah malem.”   “Ish, pokoknya Vika mau pulang bang.”   “Bahaya.”   “Besok mereka bakal nyerang abang ke sini, jadi kita harus pergi. “ Tutur Avitha.   “Mereka siapa?”   “Fraggy sama temannya.”   “Kamu tahu dari mana? “   “Abang, hikss” Bukannya menjawab, Avitha malah mengeratkan pelukannya seraya menangis.   “Loh kenapa dek? “ Bingung Samuel seraya mengelus punggung Avitha.   “Aku harus gimana?” Rengek Avitha.   “Ya gak gimana – gimana, kamu diem dulu di sini sampe besok. Abis itu kita pulang bareng oke, pulang sekarang terlalu berbahaya. “ Jelas Samuel.   Avitha menggeleng, astaga sepertinya dari tadi tak ada satupun orang yang mengerti akan perasaannya.   “Bukan itu, Avitha harus gimana bang? “   Samuel melepas pelukannya lalu menatap Avitha jengah, “apa yang gimana sayang hm, ceritain sama abang makanya.”   Avitha mengeluarkan sebuah kalung dari balik seragamnya, Samuel merasa tak asing dengan kalung yang Avitha perlihatkan.   “ Ini punya Robby. “ Jelas Avitha menjawab kebingungan Samuel.   “Kenapa bisa ada di kamu? “   “Robby udah bantu Avitha keluar dari sana Bang, dia yang ngasih pinjem aku jaket sama motornya bang. “ Ungkap Avitha.   Samuel sedikit terkejut mendengar penjelasan dari Avitha, “terus?”   “Dia titip ini, sambil bilang ‘kalo besok lusa kalung ini gak gue ambil, tolong kasih ini ke Zacky’, hiks. “ Isak Avitha terus memegang kalung milik Robby.   “Abang.” Ucap Avitha saat Samuel tak menyahuti ucapannya.   “Iya? “   “Abang denger Avitha gak sih? “   Samuel mengangguk, “iya dengerin kok. “   “Berarti sekarang Robby lagi dalam bahaya ya bang, gara – gara selamatin Vika? “ Tanya Avitha.   Samuel tak bisa menjawab, “sekarang gini, kamu pake kalungnya jangan sampe Zacky tahu kalo Robby yang nyelamatin kamu oke. “ Pinta Samuel, “abang tahu ini salah, tapi dengan seperti ini kita gak akan menambah bahaya bagi satu nyawa lainnya. “   Avitha mengangguk, “oke, Avitha gak akan bilang sama Zacky bang. Avitha takut Zacky ikut dalam bahaya juga, Avitha udah sayang banget sama dia. “   Samuel mengelus puncak kepala Avitha, “besok, abang bakal bantu bebasin Robby. “   Avitha tersenyum sumringah, “abang udah janji. “   ‘BRAKK’   Pintu terbuka lebar, Avitha dan Samuel terkejut melihat siapa sudah menendang pintu sangat kencang.   “Za – Zacky. “ Gagap Avitha berdiri berusaha menghampiri Avitha.   Zacky menepis tangan Avitha yang hendak memeluknya, dia berjalan ke arah Samuel.   “Lo tahu kalo ini salah, tapi kenapa lo lakuin bang? “ Protes Zacky seraya mencekik kuat leher Samuel, “dengan lo gak bilang ini sama gue, satu nyawa bisa melayang bang. “   ‘UHUK’   ‘UHUK’   “Abang!” Teriak Avitha berlari menghampiri Samuel dan Zacky.   “Zacky! “ Panggil Avitha seraya berusaha membantu melepaskan cengkraman pada leher Kakaknya, “lepasin Zack, kasihan bang Sam!”   “Minggir! “ Sentak Zacky menghempaskan tangan Avitha, membuat pemiliknya terjengkang.   Avitha meringis kesakitan saat punggungnya membentur ujung meja, “awshh.”   Samuel berhasil membalikkan keadaaan, kali ini Zacky lah yang berada dalam cengkraman Samuel.   “Lo bikin Avitha kesakitan Zack, sadar! “ Sentak Samuel.   Zacky mendecih, “ Uhukkk, Apa yang bakal lo lakuin saat lo denger sahabat kecil lo lagi dalam bahaya? “   “Dia bukan sahabat gue. “ Balas Samuel tenang dengan kedua tangan masih mencekik leher Zacky.   “Dia sahabat gue anjing! “ Bentak Zacky semakin tersulut emosinya berhasil memberi sebuah tinjuan pada wajah Samuel, “jangan mentang – mentang lo paling berkuasa di sini, berarti lo bisa seenaknya. “   “Cih, bukannya udah lama ini dia jadi musuh lo. “ Ejek Samuel.   “Cuihhhhh.” Zacky meludah di samping wajah Samuel, matanya melirik Avitha yang tengah merintih kesakitan.   Tanpa memperdulikannya dia langsung ke luar meniggalkan Samuel dan Avitha.   “Zacky! “ Panggil Avitha seraya mencoba berdiri, “lo mau kemana Zacky! “ Teriak Avitha berusaha mengejar Zacky.   ‘HAP’   Avitha berhasil menahan salah satu kaki panjang milik Zacky, “Zacky, gue butuh lo sekarang. Gue mohon jangan pergi.” Pinta Avitha memeluk kaki Zacky.   “Dia lebih butuh gue sekarang Vi.” Sahut Zacky dingin seraya melepaskan tangan Avitha dari kakinya.   Flashback Off   Sekarang Galdin mengerti, apa yang tengah terjadi.   Avitha menangis sesenggukan, “sekarang aku harus gimana Galdin? “   “Aku gak boleh diem gini terus. “ Rengek Avitha di samping Galdin.   “Sekarang Zacky dan Robby dalam bahaya Galdin. “ Tangis Avitha pecah.   “Ini semua salah aku, harusnya aku diem aja di sana. “ Ujar Avitha menyalahkan dirinya.   “Galdin ih, aku harus gimana? “ Tanya Avitha seraya merengek, “kalo aku ke sana sekarang, ini udah malem banget. “   “Kamu mau apa ke sana? “   “Mau selamatin Zacky sama Robby. “   Galdin berdecak kesal, “kamu gak percaya sama Abang kamu? “ Tanya Galdin.   “Aku gak bisa buat gak percaya sama dia Galdin, dia lelaki kedua setelah papa yang aku percaya. “ Ucap Avitha di sela tangisnya.   “Tapi Hikss.. Hikss.. “   Saat Galdin hendak menenangkan Avitha dengan sebuah pelukan, bersamaan dengan itu juga Avitha menubruk d**a miliknya lalu mengelap air matanya menggunakan kaos hitam yang dikenakan Galdin.   Kemudian Avitha tersenyum setelah melepas pelukannya, “maaf. Hehe” Cengirnya seraya menarik ujung seragam yang dia kenakan lalu mengelap ingusnya dengan ujung seragam itu.   ‘SRRRT’   ‘SRRRT’   Galdin meringis menatap Avitha, “itu seragam aku bukan? “   Avitha kembali mengeluarkan cengirannya, “iya, hehe. “   Galdin menggelengkan kepalanya, hal itu membuat Avitha semakin melebarkan cengirannya.   “Kita tidur di sini? “ Tanya Avitha pada Galdin.   Galdin menatap Avitha geli, “enggak lah, kamu tidur di sini. Galdin ke bawah nemenin Rio. “   Avitha tersipu malu, “ooooh iya deh. “   “Ya udah, gue ke bawah dulu. Lo jangan tidur kemalaman. “ Pamit Galdin berdiri.   Avitha menahan tangan Galdin, setelah mempertimbangkan kembali ada yang tidak beres dengan ruangan ini apalagi gedung ini sepertinya sudah lama tak dipergunakan.   “Kenapa? “ Tanya Galdin.   Avitha ikut berdiri, “aku nemenin kalian aja di bawah. “ Putus Avitha berjalan mendahului Galdin.   “Rio ada di mana? “ Tanya Avitha.   Galdin menatap jam di tangannya, “kayaknya sekarang dia di ruang tengah tadi. “ Jelas Galdin.   Avitha mengangguk paham, “oh oke. “ Ujar nya meninggalkan Galdin.   Galdin memperhatikan langkah Avitha yang terlihat terburu – buru baginya, “ckckck, dasar penakut. “ Ejek Galdin pelan.   Galdin tidak mengikuti Avitha ke bawah, dia pergi ke arah lorong yang berlawanan dengan ruangan tadi.   Sampai di ujung lorong, Galdin memasuki sebuah pintu. Tidak seperti ruangan tadi yang terlihat seperti kumuh, kali ini ruangannya sangat bersih seperti setiap hari ada yang membersihkannya.   Galdin melangkahkan kakinya ke dalam, lebih tepatnya menuju rak buku yang bisa digeser. Saat menggesernya, sebuah ruangan kembali terlihat. Bagi yang tak terbiasa melihatnya mungkin sedikit merinding saat melihat puluhan senjata tersembunyi, sepertinya ini tempat penyimpanan barang yang sering di maksud Samuel. Pikir Galdin.   Galdin teringat akan ucapan Samuel sebelum pergi tadi, “lo bisa pergi ke lorong kiri, di dalam rak sana ada banyak senjata dan lo bisa pake salah satu buat jaga – jaga. “ Ucap Samuel.   Galdin membawa beberapa senjata yang nantinya akan dia butuhkan, kemudian dia keluar dan tak lupa menutup kembali rak itu.   Sesampainya di bawah, pandangan yang Galdin pertama kali lihat adalah Avitha yang tengah tertidur di kursi samping Rio yang tengah mengotak – ngatik komputernya.   “Udah dari tadi? “ Tanya Galdin pada Rio.   Rio mengangguk, “dia ngoceh mulu, bosen gue.”   Galdin terkekeh seraya mengusap – ngusap kepala Avitha, “dia cerita apa aja? “   “Saking banyaknya gue gak bisa inget apa yang dia omongin Galdin. “   “Gue bawa dia ke belakang. “ Ujar Galdin bersiap menggendong Avitha.   Rio menoleh, “ke belakang mau ngapain lo? “ Tanya Rio.   “Apaan sih Yo, itu belakang kursi lo kan ada sofa. “ Jelas Galdin.   Rio terkekeh, “ya gue kira wkwkkw. “   Galdin berhasil menidurkan Avitha di sofa belakang Rio, setelah menyelimuti Avitha dia kembali duduk di samping Rio.   “Gimana? “ Tanya Galdin memperhatikan komputer di depannya.   “Bang Sam masih di base camp utama, dia minta gue buat ngeretas CCTV gedung itu. “ Jelas Rio dengan jari yang sangat lihai.   “Bisa? “   Rio menggeleng, “belum.” Jari – jari tangannya masih sibuk berselancar di atas keyboard, “BISA! “ teriak Rio bangga.   Galdin menoyor kepala Rio, “pelan.”   “Eh lupa. “ Cengir Rio.   “Btw Galdin, apa gak bahaya ya bang Sam Cuma bawa anak – anak doang? “ Tanya Rio mulai serius.   Galdin tersenyum, “itulah bang Sam, dia gak pernah mikir sekali. Mau gimana juga kita harus hargai keputusannya, lagian gue yakin kok mereka bakalan kembali dengan selamat.”   Rio mengangguk mengiyakan, “tapi Fraggy banyak kenalan, bahkan dia bisa aja gabung sama beberapa gang musuh bang Sam yang lain. “   “Kalo besok pagi Bang Sam belum kesini, gue bawa Avitha pulang sekalian buat ketemu Big Boss. “   Rio mengangguk paham, “oke kalo gitu, semoga aja mereka bisa balik sebelum matahari terbit. “   Galdin ikut mengangguk tanda setuju, “nih.” Ujar Galdin seraya menyerahkan pistol ke atas meja.   Tanpa sepengetahuan Galdin dan Rio, ternyata Avitha hanya berpura – pura untuk tidur. Dari awal Avitha sudah merasa curiga dengan Samuel dan Galdin saat di luar tadi, dan benar saja berkat keputusannya yang memilih untuk berpura – pura dia dapat mendengar beberapa informasi.   “Big Boss? “ Gumam Avitha pelan, “papa kah?” Keesokan harinya, Avitha terbangun dari tidurnya.   “Hoamh, “ Avitha mengupa setelah menggeliat di atas kasur.   Pandangannya mengedar ke seluruh penjuru ruangan, “Dimana ini? Hoam “ Gumam Avitha seraya turun dari atas kasur.   Avitha teringat akan sesuatu, “astaga jam berapa sekarang?” Panik Avitha mencari ponsel mikiknya.   “Kenapa gue udah ada di sini? Perasaan gue tidur di sofa gedung tua deh kemarin. “ Gumam Avitha masih menelisik setiap penjuru ruangan.   “Kayaknya Galdin yang bawa gue deh. “   Avitha berjalan ke arah pintu, baru saja Avitha akan membuka pintu kamarnya itu, tiba – tiba sebuah suara langkah kaki yang menghampiri terdengar.   “Oke, tadi gue udah ketemuan sama Big Boss. “ Jelas seseorang di luar pintu kamar.   “Aduh gimana ini? “ Panik Avitha lalu berlari ke arah ranjang , “gue harus pura – pura tidur lagi. “ Ujar Avitha menaikkan selimut sampai ke lehernya.   “Abis ini gue ke sana,” Ujar lelaki di balik pintu itu, “Zacky sama Robby masih di sekap, bang. “   Avitha mengintip dari balik selimut, “kayaknya ini beneran apartemen Galdin deh, yang tadi kayaknya Galdin lagi nelpon sama bang Sam. “ Gumam Avitha.   “Ok bang, lo hati – hati, bentar lagi gue ke sana sama anak yang lain. Gue tutup. “ Ujar Galdin masih di luar pintu kamar.   ‘CKLK’   Terpampang lah wajah Galdin yang sudah rapi, rambut depannya yang disisir rapi dibiarkan ke depan menghalangi jidatnya. Tak lupa pakaian yang dia kenakan serba hitam, dari atas sampai bawah. Hal itu semakin membuat aura ketampanannya keluar, di tambah lagi dengan sarung tangan yang sering digunakan orang yang suka mengendarai motor gede.   Galdin berjalan mendekati Avitha yang masih terlelap. Dilihatnya Avitha masih memejamkan matanya, hal itu membuat Galdin terkekeh pelan lalu mendekatkan wajahnya dengan Avitha.   ‘Ya ampun, Galdin ngapain sih? Nafasnya kerasa banget. ‘ batin Avitha menjerit.   Avitha bergerak gelisah saat Galdin meniup – niup mata miliknya, “bangun hey. “ Ujar Galdin pada Avitha.   Avitha bertekad untuk tidak menggagalkan rencananya, “eunghhhh, awashhhh. “ Lenguh Avitha mengusir Galdin dengan mendorong wajah Galdin.   Galdin malah semakin mendekatkan wajahnya, “bangun Vi, udah siang. “   ‘CUP’   Galdin mengecup dahi Avitha, membuat Avitha semakin gelisah.   “Ish sana, aku masih ngantuk. “ Protes Avitha seraya membalikkan badannya untuk membelakangi Galdin.   Galdin terkekeh melihat tingkah lucu Avitha, dia menarik Avitha agar menghadap ke arahnya kembali.   ‘CUP’   ‘CUP’   ‘CUP’   Galdin mengecup kedua pipi Avitha dan hidungnya bergantian, “ya udah kamu tidur lagi aja, aku udah siapin sarapan di bawah.”   Avitha mengucek matanya pura – pura masih mengantuk, “mmm, kamu mau kemana? “ Tanya Avitha seraya menarik tangan Galdin yang hendak pergi.   Avitha tak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah Galdin, apalagi hidungnya yang mulai mengendus aroma menyegarkan yang menguar dari tubuh Galdin.   Galdin berbalik kemudian tersenyum, “aku urus anak ayam dulu. “ Jawabnya.   Avitha bangun dan duduk di atas kasur, “sejak kapan kamu punya anak ayam? “   “Loh, kamu belum tahu ya? Udah dari lama aku punya anak ayam, sekarang mereka lagi rewel kata papa. “   Avitha berdecih, “aku ikut kalo gitu. “   Galdin menggeleng, “mereka jahat - jahat, pada nakal semua apalagi kalo lihat cewek cantik kayak kamu. “   “Ish, aku serius Galdin. “ Rengek Avitha.   Galdin tetap menggeleng, “bahaya Vi, udah ya kamu jangan kemana – mana aku keluar sekarang. “ Pamit Galdin pergi meninggalkan Avitha.   Saat Galdin menutup pintu keluar Avitha berteriak, “JANGAN DI KUNCI, AKU MAU PULANG KE RUMAH ABIS MANDI! “   Galdin terkekeh baru saja dia berniat untuk mengunci pintu apartemennya, “Passwordnya ulang tahun kamu kok. “ Sahut Galdin tak kalah kencang.   “Galdin tunggu! “ Teriak Avitha dari dalam kamar.   Avitha lari terburu – buru menghampiri Galdin yang tengah berdiri di depan pintu keluar, “sini dulu. “   Galdin mendekati Avitha, “apa? “   ‘CUP’   “Kamu hati – hati sama anak ayamnya, jangan sampe kena luka oke.”   “Apaan kok di pipi doang, mana Cuma satu lagi. “ Avitha mendengus menatap Galdin kesal.   “Udah untung ya kamu aku balas cium nya, udah sana pergi. “ Gerutu Avitha seraya mendorong Galdin lalu menutup pintu apartemen.   Sementara, di luar pintu ada Galdin yang masih setia tersenyum seraya memegang pipi kanannnya.   Avitha mengintip dari lubang kecil di dalam apartemen, “kamu mau masuk lagi hah? “ Teriak Avitha mengusir Galdin, hal itu membuat Galdin bergegas pergi meninggalkan kegalakan Avitha.   Setelah memastikan kepergian Galdin, Avitha memutuskan untuk pergi mandi ke kamar mandi.   ~   Galdin turun menuju parkiran, motor yang akan dia kenakan sudah dia siapkan sejak tadi pagi.   Motor hitam yang berukuran besar terlihat cocok untuk Galdin yang bertubuh jangkung, siapapun yang melihat Galdin mengendarai motor itu akan berpikiran bahwa Galdin sudah menginjak highschool.   Galdin mulai menaiki motor besarnya, tak lupa dengan helm full face yang sekarang dia tengah pakai. Kemudian Galdin menyalakan motornya lalu bergegas pergi meninggalkan area parkiran.   Sesampainya Galdin di base camp utama, dia langsung bertemu Samuel dan beberapa anak – anak yang lainnya.   “Bro.” Sapa Galdin pada Rio dan Delva.   Galdin menghampiri Samuel yang tengah duduk di pojok, “Bang! “   “Mana mereka? “ Tanya Samuel   “Bentar lagi mereka datang bang. “   “Avitha gimana? “   Galdin memandang Samuel, “dia di apartemen gue, katanya mau balik ke rumah abis mandi. “   Samuel mengangguk, “dia gak denger omongan lo kan? “   Galdin menggelengkan kepalanya, “gak, dia masih tidur bang. “   Samuel mengangguk, “Yo, ada kabar di base nya Fraggy? “Tanya Samuel pada Rio.   Rio mengangguk, “jumlah anak buahnya nambah, di setiap jalan mereka juga pasang badan. “   “Berapa orang? “   “Total lima puluh orang, mereka anak SMA semua. “ Jawab Galdin seraya memperhatikan komputer yang tengah Rio gunakan.   “Ok, nanti yang maju kelas 3 sama 2. Sisanya tetap siaga di depan gerbang. “ Jelas Samuel, “Rio lo fokus buat bantuin Delva bawa Zacky sama Robby dari arah belakang, tapi lo tetep harus kasih perkembangan oke. “   Rio mengangguk paham, “Delva dibantu siapa? Biar gue pasang mikropon sekarang. “   Samuel memandang Delva, “lo mau bawa siapa? “   Delva menunjuk ke tiga orang yang tengah duduk di depannya, “gue bawa mereka. “ Jelas Delva.   Samuel mengangguk, “kalian semua harus bisa jaga emosi, jangan sampe hilang kendali.” Tutur Samuel pada semua orang, “walaupun kita beda tingkatan, kita semua tetep teman ok. “ Jelasnya membuat anak – anak yang lain menganggguk.   Galdin mengangguk, “berarti, gue ikut lo bang. “   “Ya, tapi awas jangan sampe hilang kendali. “ Titah Samuel, “utamain rebut dulu senjata mereka oke, dengan gitu aja mereka udah kalah.”   Samuel berdiri, “ada kemungkinan jumlah musuh kita bertambah, jadi gue udah minta bantuan sama temen – temen Big Boss.” Jelas Samuel, “ini buat jaga – jaga kalo kita kewalahan. “ Lanjutnya.   “Kumpul dulu. “ Titah Sam, lalu anak – anak yang lain berbaris membentuk sebuah lingkaran dengan kedua lengan saling bertautan di bahu satu sama lain.   “PROUSKY!! “ Teriak Sam, lalu di sahuti oleh yang lainnya “Fight! “   “Kita berangkat sekarang! “ Ujar Samuel berjalan ke luar dan diikuti yang lainnya.   ~   Kembali kepada Avitha yang sudah berhasil keluar dari apartemen milik Galdin, sekarang dia tengah berada di sebuah bengkel yang sudah menjadi langgannanya.   “Bang Floy! “ Panggil Avitha pada seseorang yang tengah sibuk mengotak – ngatik motor.   Orang yang di panggil Floy itu menengok, “loh Dek tumben udah kesini lagi, perasaan baru tiga hari yang lalu service ke sini. “   Avitha mengangguk, “gue mau bawa motor Bang, udah dibenerin kan?” Tanya Avitha.   Floy itu teman kecil Samuel, Avitha mengenalnya karena Samuel sering mengajaknya ke bengkel dari kecil. Dari situlah Avitha mengenal Floy yang seumuran Samuel, namun lelaki itu tidak melanjutkan sekolahnya karena dia harus di DO dari sekolahnya.   Floy menghampiri Avitha dengan raut wajah kaget, namun dengan cepat dia mengangguk.   “Motor yang mana nih? “ Tanya Floy.   “Ck, emang motor punya gue ada berapa? “ Decak Avitha kesal.   Floy tertawa, “ya kan siapa tahu motor yang sering lo rusakin, haha. “   Avitha mendadak malas berhadapan dengan Floy, “au ah, mana siniin kuncinya. “   “Lo yakin mau pake motor itu lagi? “ Tanya Floy mulai serius.   Avitha mengangguk mantap, “ada yang harus gue urus. “   “So sibuk lu Dek, mau urus apa? “   Avitha mendengus kesal, “ish, kepo lo. Gue mau urus anak ayam, cepet Bang gue gak punya waktu. “ Ujar Avitha menuju pintu masuk yang berada di dalam bengkel.   “Baju yang sering gue pake masih ada di bawah kan? “ Tanya Avitha.   “Ada, gue gak pernah sentuh lagi. “ Sahut Floy.   “Kemana Kak Risha? “ Teriak Avitha dari dalam.   “Bini gue lagi di Rumah Sakit, anak gue udah keluar. “ Sahut Floy.   Avitha keluar lalu langsung memukul kepala Floy, “dasar Bapak bego lo, masa anak lo udah keluar lo masih diem disini. “   Floy menatap Avitha tak kalah garang, “kalo bukan karena lo yang SMS gue tadi ya gue masih di sana lah. Ckckck. “   Avitha mengeluarkan cengirannya, “hehe ya maaf. “   “Udah sana, gue lagi sibuk. “ Usir Floy pada Avitha.   Avitha keluar dari dalam rumah Floy, “udah siap Bang? “ Dari kejauhan dapat dilihat segerombolan remaja tengah berkelahi, jumlahnya sangat banyak.   Jika dilihat dari dekat, ada Samuel dan Galdin yang tengah berkelahi melawan beberapa orang.   Samuel yang tengah menghadapi Fraggy, dan Galdin yang tengah melawan tiga orang sekaligus.   “Kelas Satu diem jaga gerbang, jangan sampai ada yang maju. “ Teriak Samuel.   “Berapa lama kita gak ketemu Bang? “ Sinis Fraggy seraya terus memberi pukulan yang dapat Samuel tangkis.   “Kayaknya baru kemarin deh, soalnya gue udah liat lo kemarin. “ Sahut Samuel tak ingin kalah memberikan pukulan.   Dari arah belakang tiba – tiba ada yang memukul punggung Samuel, hal itu membuat Samuel lengah.   Fraggy tersenyum sinis seraya mengangkat kayu yang hendak dia gunakan untuk memukul Samuel yang tengah lengah.   Namun dengan cepat Galdin menendang tangan Fraggy, “b*****t” Umpat Fraggy saat matanya menangkap senyum meremehkan dari Galdin.   “Mundur Bang. “ Pinta Galdin pada Sam.   Sam mengangguk, dia bangkit lalu mulai menghajar kembali musuh yang lainnya.   “Cewek lo mantep bodynya. “ Ujar Fraggy berusaha memancing amarah Galdin.   “Gue gak punya cewek. “ Sahut Galdin berusaha tenang.   “Cih, cewek yang waktu kemarin duduk di halte. “ Decih Fraggy.   “Oh, “ Ujar Galdin seraya memberikan pukulan pada wajah Fraggy, “dia adiknya Sam kan? “ Tanya Galdin lanjut.   Fraggy terkekeh, “yoi, mantep ya. “ Ucap Fraggy kemudian berbisik.   Galdin memberikan pukulan lagi yang tidak bisa Fraggy hindari, “b******k! “   ‘BUGH’   ‘BUGH’   Galdin memukul Fraggy tanpa henti, Samuel yang melihatnya pun langsung menendang tubuh Galdin.   “Gue bilang apa? “ Sentak Samuel.   ‘Halo, target udah aman Bang, kalian bisa pergi. ‘ suara dari Rio terdengar di kedua telinga Samuel dan Galdin.   “Cabut! “ Teriak Samuel saat matanya menangkap bahwa sekarang keadaan mulai membaik, anak buah Fraggy hampir setengahnya tumbang.   Galdin dan Samuel hendak meninggalkan tempat, namun sebuah suara terdengar kembali dari telinganya.   ‘Bang! Gawat, anak kelas satu tinggal setengah. Delva juga kembali Cuma berenam, si Fiki udah gak bisa ditolong Bang. ‘ ucap Rio dibalik earphone.   Hal itu membuat Samuel dan Galdin mengumpat, Galdin mendekati Fraggy yang tengah berbaring kesakitan.   “Lo pake senjata hah? “ Sentak Galdin mencengkram kuat leher Fraggy.   “Bukan gue. “ Geleng Fraggy menjawab, “tapi musuh lo yang lain. “ Lanjut Fraggy tersenyum sinis.   ‘DOR’   ‘DOR’   Suara tembakan keluar dari arah belakang Galdin dan Samuel.   Galdin, Samuel dan anak yang lain bersiap mengeluarkan senjata yang mereka bawa untuk berjaga – jaga.   Samuel maju ke depan diikuti Galdin, “wah, lihat siapa yang dateng bantuin Fraggy Galdin. “ Ejek Samuel.   Galdin ikut tersenyum mengejek, “wah, ada Stefanuel Alfa. “ Ujar Galdin, “udah lama gak temu ya. “   “Bacot lo! “ Sentak Stefan, “kalian kalah jumlah ya. “ Ejeknya pada Samuel dan Galdin.   Benar saja, sekarang jumlah lawan mereka bertambah banyak. Sekarang perbandinganya seperti 1 berbanding 3, “gimana Bang? Mereka tambah banyak. “ Ujar Galdin di samping Samuel.   Samuel terdiam, dia masih memikirkan cara agar bisa lolos dengan selamat.   ‘Test, Avitha cantik in here. ‘   Semua orang yang di pasang earphone dapat mendengar suara Avitha, mereka terkejut kenapa Avitha bisa mempunyai earphone.   “Bang! “ Panik Galdin pada Samuel.   Samuel mengangguk, “Avitha, lo dimana? Yo, Rio. Lo gak hentiin dia? “ Tanya Samuel mendekatkan mulutnyabke arah microphone di kerah bajunya.   ‘Rio lagi tiduran bang, hehe.’ Cengir Avitha.   ‘Kalian gak perlu tahu Avitha dimana, dengerin Avitha sekarang. Kalian gak bisa keluar lewat depan, satu – satu jalannya yaitu jalan belakang. Avitha minta buat anak yang lain, kalian berbaris maju ke depan buat lindungin Samuel dan Galdin, setelah itu dalam hitungan ke tiga kalian jongkok termasuk Galdin dan Sam ‘   “Tunggu – tunggu, lo dimana sih dek?”   ‘Ck, udah lah jangan bahas itu dulu. Pokoknya ikutin rencana gue kalo kalian mau selamat, gue mulai hitung sekarang nih. ‘ titah Avitha di balik earphone.     Galdin dan Samuel mengangguk, kemudian Samuel memandang anak yang lain satu persatu lalu mengangguk.   Mereka muali berbaris ke depan untuk melindungi Galdin dan Samuel, ‘Satu.. Dua.. Tiga.. ‘ teriak Avitha.   ‘DOR’   ‘DOR’   ‘DOR’   Suara tembakan dari belakang Galdin dan Samuel diarahkan ke tangan Stefanuel dan anak buahnya yang lain, hal itu membuat Stefanuel menjatuhkan senjatanya.   Dengan kesempatan ini, Galdin dan Samuel mulai mundur ke arah belakang gedung di ikuti dengan anak – anak yang masih melindungi mereka. Dengan gesit mereka menembaki satu persatu anak buah Stefanuel tepat di kakinya, “sialan lo Sam!” Umpat Stefanuel saat melihat Samuel sudah jauh dari jangkauannya.   Akhirnya Samuel dan Galdin berhasil keluar dari gedung itu, kini mereka tengah menuju ke tempat dimana mereka menyimpan motor.   ‘AAAAAAA MAMA! DASAR FRAGGY SIALAN LO!’ teriak Avitha yang dapat di dengar Galdin dan Samuel dari balik earphone.   “Lo kenapa dek? “ Teriak Sam.   “Avitha kamu kenapa? “ Panik Galdin.   Tak ada jawaban dari sana, sampai sebuah suara membuat Galdin dan Samuel membeku.   ‘Dia ada sama gue’   “Fraggy? “   ‘Wuih, seneng banget ada yang ngenalin suara gue. ‘   “Lo dimana Fragg, jangan sampai lo sentuh Avitha. “ Ancam Galdin.   ‘Gak kok, dia pegang senjata. Gue Cuma mau nyampein ini sama dia, kalo gue mau ngajak dia balapan lagi. ‘   Galdin dan Samuel saling berpandangan satu sama lain, “dia gak bisa balapan, dia punya trauma.” Jelas Samuel.   ‘No, kalian salah. Hahahaha —— argh lo emang sialan dari dulu ya Fragg’   Galdin dan Samuel panik, “telpon Rio, tanya posisi Avitha sekarang. “   ~   Akhirnya Avitha dapat Galdin dan Samuel temukan, dia tengah tergeletak di hutan tak jauh dari gedung Fraggy tadi.   Samuel memutuskan untuk membawa Avitha ke base camp mereka yang tak jauh dari sana, “Galdin lo bisa bawa motor Avitha kan? “ Tanya Samuel pada Galdin.   “Mana motor Avitha bang?”   “Yang mana lagi menurut lo? Kan Cuma ada yang itu.”   Galdin memperhatikan motor besar di hadapannya, “Avitha bawa ini Bang? “   Samuel mengangguk, “itu motor kesayangannya. “   Sesampainya mereka di base camp, Samuel menidurkan Avitha di sofa. Dia masih memperhatikan Avitha, “bagaimana mungkin kamu Dek. “ Gumam Samuel memandang Avitha sedih.   “Bang.” Lirih Avitha mengusap tangan Samuel yang berada di keningnya.   Samuel menatap Avitha tajam, “sekarang cerita. “   Avitha menelan ludahnya kasar, pandangannya menatap seluruh ruangan. Banyak tatapan memandangnya dengan berbagai macam, seperti Galdin, Zacky, dan Delva yang menatapnya tajam apalagi Rio yang tengah menatapnya kesal dengan tangan mengusap – ngusap tengkuknya.   “Gu – gue gak papa kok. “ Cicit Avitha.   “Bukan itu. “ Ketus Samuel.   “Beneran, aku gak papa. Lagian kan kita udah selamat di sini semua, jadi gak perlu ada yang di khawatirkan. “   “Ceritain.” Ketus Galdin dingin.   Avitha meringis pandangannya tertuju pada Rio, “io, “ Rengek Avitha.   Rio mengendikkan bahunya tak tahu, hal itu membuat Avitha kembali menatap Zacky.   Zacky malah menatap Avitha tajam, “kenapa gak bilang? “   “Isshhh, kalo aku bilang nanti gak dibolehin ikut ke sana tau. “ Jelas Avitha kesal.   “Bukan itu Avitha! “ Sentak Samuel, “apa maksud Fraggy tadi ngajak kamu balapan lagi. “ Lanjutnya.   “LAGI loh? Apa maksudnya coba?” Tanya Zacky heboh.   “Enghh, “ Avitha menggaruk lehernya bingung, dia tak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan Samuel padanya.   Samuel mendengus kesal, “udah lah, sekarang lo harus siap – siap. Fraggy ngasih waktu satu minggu buat lo latihan. “ Tutur Samuel berlalu pergi.   “Bang! Abang Ishhhhh.” Teriak Avitha karena Samuel pergi meningalkannya.   “Iyooooooo.” Rajuk Avitha pada Rio.   “Zacky.” Rengek Avitha.   “Axeeeel ih.” Ucap Avitha kesal karena terus diacuhkan.   “Satu minggu lagi.” Ujar Galdin pergi meninggalkan Avitha "Gimana? Lo siap?" Tanya Fraggy menatap Avitha sinis.   Avitha menatap Fraggy tak kalah sinis, "lo salah milih lawan, ckckckck" Ujar Avitha meledek Fraggy.   Fraggy meludah tepat di hadapan Avitha, "gue gak mungkin kalah gara - gara cewek. " Tekad Fraggy.   Avitha maju mendekati Fraggy, kakinya menginjak ludah yang tadi Fraggy keluarkan. Kemudian menunduk memperlihatkan alas sepatunya yang kotor terkena ludah Fraggy, "gue pegang kata - kata lo, jangan sampe lo jilat ludah sendiri. Karena apa? Karena ludahnya udah gue injek, " Sinis Avitha seraya menatap wajah manis Fraggy .   Fraggy menahan amarahnya, harga dirinya baru saja diinjek oleh seorang wanita di depannya. "Sayang banget kita bakal jadi musuh nantinya, eh enggak deng. Kan kalo gue menang, lo bakal nurutin tiga perintah gue. "   Senyum Avitha tepat di hadapan Fraggy, "tadinya gue mau jadiin lo salah satu mantan gue, cuma ya gak jadi. " Lanjut Avitha menggelengkan kepalanya seraya memanyunkan bibirnya.   “Munafik lo. " Geram Fraggy hendak meludah kembali, namun dengan cepat Avitha menutup bibirnya menggunakan jari telunjuk miliknya.   "Lo telen lagi aja, lo bisa ludahin gue sepuasnya setelah lo menang balapan. " Ledek Avitha seraya menepuk - nepuk pundak Fraggy lalu bergegas pergi menuju sirkuit.   Fraggy masih mengatur emosinya, dia kemudian berjalan menuju sirkuit menyusul Avitha karena sebentar lagi balapan akan dimulai.   Peluit sudah terdengar, bendera pun mulai di kibarkan. Avitha dan Fraggy sama - sama fokus menatap jalan di depannya.   Di kursi penonton ada Galdin, Samuel, Zacky, Robby, dan Lexia tengah memperhatikan Avitha dari kejauhan. Mereka memandang Avitha cemas, bagaimana mungkin Avitha yang memiliki tubuh kecil mampu membawa motor yang bahkan beratnya saja berapa kali lipat dari tubuhnya.   "Lo yakin dia gak akan kenapa - kenapa Bang? " Tanya Lexia pada Samuel.   Samuel menghela nafasnya kasar, "kalo dilihat dari riwayat balapannya, Avitha selalu juara satu. Bahkan dia dapet julukan Queen of Racing. " Jelas Samuel, "tapi... "   "Tapi kenapa Bang? " Tanya Lexia.   "Dia punya trauma. " Sahut Robby.   Perihal Robby, dia sekarang menjadi teman mereka semenjak kejadian penyelamatan minggu lalu. Dia sempat dirawat beberapa hari di rumah sakit bersama Zacky, namun karena tubuhnya yang kuat membuatnya sembuh dengan cepat begitupun Zacky.   Galdin dan Zacky mengangguk bersamaan, "tapi gue yakin dia bisa Bang. " Ujar mereka barengan.   Hal itu membuat Zacky dan Galdin saling berpandangan lalu tertawa bersama. Samuel yang menatap Zacky dan Galdin tengah tertawa pun langsung menatapnya tajam.   'BRAKK'   "AVITHA! " Teriak Zacky saat melihat Avitha jatuh di tikungan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD