5. Pertunangan yang Tidak Diinginkan

1901 Words
Cinta merasa gugup saat Frans terus menatapnya seakan-akan dia begitu kesal terhadap apa yang baru saja cinta ucapkan. Gadis pemilik bola mata hitam sebagai obsidian itu menundukkan pandangan dan memalingkan wajahnya ke arah lain. ‘Pasti setelah acara ini selesai Frans bakal ngomel-ngomel sama aku! Kesannya justru aku yang menginginkan pernikahan itu dipercepat. Padahal aku sama sekali nggak berniat untuk berkomentar ke arah situ. Sudahlah biarkan saja! Frans mau ngomel-ngomel kek! mau marah kek! terserah dia! Aku nggak peduli! Karena saat ini yang aku pikirkan adalah membahagiakan Mama. Walau hati aku tetap merasa kosong tanpa Dimitri,' ucap cinta dalam hatinya yang masih terluka karena diputus cinta oleh kekasihnya. MC kembali memberikan arahan kepada Frans dan Cinta, agar mereka berjalan mendekat ke tengah ruangan. Supaya semua tamu undangan bisa melihat bagaimana Frans menyematkan cincin di jari Cinta, begitu juga sebaliknya. Cinta dan Frans kembali memulai akting mereka. Berjalan perlahan hingga ke tengah ruangan. Begitu juga dengan Juliana yang berjalan mengikuti mereka untuk membawakan cincin berlian yang akan disematkan ke jari Cinta dan Cinta akan menyematkan cincin emas putih ke jari Frans. Tatapan keduanya seakan-akan saling mengintimidasi. Namun semua orang yang melihat justru merasa kalau mereka berdua memang sudah memiliki ikatan batin dan terpaut satu sama lain. Bahkan Hanifah merasa kalau Cinta mulai membuka hatinya untuk Frans. Jika dilihat dari tatapan Cinta yang seakan-akan mulai mengakui bahwa Frans memiliki sisi yang spesial. Padahal sebenarnya bukan itu yang cinta rasakan. Dia merasa salah berucap dan sedikit takut untuk membalas tatapan Frans kepadanya. “Para hadirin yang terhormat, puncak acara yang ditunggu-tunggu akan segera tiba. Mbak Cinta dan Mas Frans akan segera menyematkan cincin di jari mereka.” MC itu juga merasa berdebar ketika harus membawakan acara inti dengan hikmat. “Apa Mbak Cinta sudah siap menerima cincin sebagai tanda kalau Mbak Cinta sudah ada yang mengikat sebagai calon pasangan Mas Frans?” Cinta masih membisu seribu bahasa. Dia berusaha menenangkan diri dan mengatur napasnya. Dia menatap ke arah Frans yang saat itu terlihat menawan di mata Cinta. ‘Kenapa waktu seakan berhenti hanya menyisakan aku dan Frans? Lalu kenapa aku merasa jantung ini berdebar lebih cepat? Bahkan Frans lihat lebih tampan dari biasanya. Nggak! nggak! Mungkin aku hanya terhanyut dalam suasana yang seharusnya aku rasakan bersama dengan Dimitri. Ingin rasanya menyusul dia ke London tapi ....’ batin Cinta yang buyar seketika MC itu mengagetkannya dengan sebuah pertanyaan. “Mbak Cinta? Apakah sudah siap?” suara MC membuyarkan lamunan Cinta dan dia menatap Frans sedikit gugup. “Iya.” Tidak ada kata lain yang bisa Cinta katakan. Karena saat itu dia merasa hidupnya sudah berakhir. Terjebak dalam ikatan tanpa cinta. Dia pun harus bisa membiasakan diri kalau statusnya saat ini menjadi tunangan seorang Frans Hutama. ‘Mbak Cinta sudah siap untuk menerima lamaran dari Mas Frans.” MC kembali tersenyum dan saat ini dia mengalihkan pandangan ke arah Frans. “Frans my Brother! Bagaimana perasaannya karena sebentar lagi akan menyematkan sebuah cincin berlian sebagai tanda bahwa Mbak Cinta akan diikat statusnya oleh seorang Frans Hutama?” “Sedikit nervous! Tapi saya tidak mau berlama-lama untuk menyematkan cincin ini di jari manis Cinta!” Frans benar-benar mendalami perannya agar semua orang yakin kalau mereka benar-benar saling mencintai. Mendengar ucapan Frans semua tamu undangan bertepuk tangan. Mereka semua terhanyut dalam kisah dua insan manusia yang sebentar lagi akan mengikat satu sama lain sebelum hari pernikahan mereka tiba. “Santai saja my brother!” bisik MC yang menjadi salah satu teman Frans. “Baiklah sebelum penyematan cincin ke jari mereka dimulai, alangkah lebih baiknya kita sama-sama berdoa. Mulai!” “Selesai!” “Silakan Mas Frans mulai untuk menyematkan cincin berlian dicari Mbak Cinta!” backsound momen itu benar-benar mendukung. Semua tamu undangan seakan-akan terhanyut dalam suasana penuh cinta. Frans melangkah maju untuk mengikis jarak antara mereka. Ia menoleh ke arah Juliana sembari melontarkan senyuman dan mengambil cincin berlian untuk disematkan di jari Cinta. Tatapan mereka berdua seakan-akan terlihat begitu dalam dan penuh cinta. Padahal dalam benak masing-masing dari mereka saling mengumpat dan menyalahkan. Namun tamu undangan yang melihat mereka merasa kalau mereka adalah pasangan yang serasi. Keduanya sukses, smart, dan sama-sama memiliki karir yang bagus. Tampan dan cantik, hingga membuat Mereka terlihat seperti pasangan yang sempurna. Frans sudah mengambil cincin itu dan meraih tangan kiri Cinta. Lalu keduanya kembali saling menatap. ‘Jangan memegang jariku terlalu lama!’ batin Cinta yang seakan-akan terucap melalui tatapan matanya. ‘Awas aja kalau sampai pernikahan kita dipercepat! Gue nggak akan datang ke hari pernikahan itu!’ Frans seakan-akan mengerti apa yang ada di dalam pikiran Cinta. Namun satu hal yang dikhawatirkan kalau kedua orang tua mereka berubah pikiran dan mempercepat hari pernikahan mereka gara-gara Cinta salah berucap. “Cinta! Saat cincin pemberian dari saya sudah melingkar di jari manis kamu, itu berarti kamu sudah terbebas dari status jomblo yang kamu sandang,” ucap Frans membuat tamu undangan merasa seperti menonton sebuah drama. Setelah mengucapkan hal itu. Perlahan Frans menyematkan cincin berlian di jari Cinta. Ada perasaan berdebar yang begitu hebat yang melanda Cinta, begitu Frans memegang telapak tangan kirinya. Saat ini cincin berlian itu berhasil disematkan dan melingkar indah di jari lentik Cinta. “Saat ini kamu selangkah lebih dekat untuk memiliki satu sama lain,” ucap Frans begitu meyakinkan semua orang yang ada di sana. Sepertinya mereka meleleh dengan sikap Frans terhadap Cinta. Tidak kalah dari akting Frans, Cinta terlihat begitu berbinar mendapati sang pria melamarnya. Duanya seakan-akan begitu mendalami peran masing-masing demi sebuah topeng belaka. Walaupun saat ini mereka harus berjuang untuk bisa membatalkan pernikahan. Lalu sekarang bergantian. Cinta mengambil cincin Emas berwarna putih untuk disematkan ke jari manis tangan kiri Frans. Saat itu Frans merasa seakan-akan pertunangan itu benar-benar terjadi. Karena kebetulan untuk saat ini Frans sedang menyendiri atau tidak memiliki kekasih. ‘Mungkin kurang lebih pertunangan yang sebenarnya itu rasanya seperti ini,' batin Frans yang saat itu tengah berkhayal. “Jangan melamun! Ingat ini semua hanya pura-pura!” bisik Cinta kepada Frans hingga membuyarkan lamunannya. ‘Astaga! Cinta benar-benar mengagetkanku saja!’ batinnya lagi. “Awas aja kalau sampai pernikahan kita dipercepat gara-gara ucapan kamu!” ancam Frans kepada Cinta yang membuat Gadis itu terbelalak tidak terima diintimidasi. “Seperti kesepakatan yang sudah kita buat, bukankah kita harus meyakinkan mereka dengan berpura-pura menerima pertunangan ini? Lalu salahku di mana?” bisik Cinta di samping telinga Frans. ‘Dasar tidak mau mengalah! Dia selalu ingin menang sendiri!’ batin Frans kesal kepada Cinta. “Berpura-pura bukan berarti terlalu mendalami! Lo kan bisa aja cuma bilang iya atau enggak! Bukan malah nyerocos terus jadi bikin salah paham kan!” nada bicara Frans mulai terdengar dan Dia kembali teringat kalau mereka berada di tengah-tengah acara. Frans berdehem sembari membetulkan jasnya untuk menutupi kekesalannya kepada Cinta. “Dasar egois! Kita jadi seperti ini juga gara-gara kamu kan? Sampai-sampai aku diputusin sama pacarku sendiri! Semua gara-gara salah kamu! Lalu sekarang kamu menyalahkanku?” nada bicara Cinta pun mulai terdengar meninggi. “Kita masih ada di tengah acara! Berpura-pura lah tersenyum! Dan nggam usah membahas masalah ini lagi! Karena gue yakin pernikahan kita bakal dipercepat gara-gara ucapan lo!” tandas Frans yang begitu kesal kepada Cinta. “I—itu nggak ....” ucapan Cinta terhenti karena emosi. MC kembali memulai acara setelah cinta menyematkan cincin itu di jari manis Frans. “Mbak Cinta dan Mas Frans sudah saling menyematkan cincin. Ini berarti pertunangan antara Mbak Cinta dan Mas Frans sudah resmi. Mari kita panjatkan doa! Semoga persiapan menuju hari pernikahan mereka tidak mendapatkan halangan ataupun rintangan yang menghambat kelancaran acara. Karena yang kita semua harapkan persiapan dan acara berjalan dengan lancar, hikmat, dan doa terbaik dari kami untuk pasangan ini.” MC terlihat begitu menghayati dan terharu atas momen pertunangan yang baru saja dilaksanakan. Semua tamu undangan bertepuk tangan dan ikut merasakan kebahagiaan mereka. Begitu juga dengan Tuan Singgih Antonio dan keluarga Hutama saling berpelukan karena mereka cepat atau lambat akan menjadi besan. Ketika semua orang berbahagia, Frans yang cuek tidak terlalu memedulikan hal itu. Lain halnya dengan Cinta. Dia merasa begitu kesal dengan Frans yang selalu menyudutkannya. *** Setelah acara itu selesai. Cinta berjalan menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua. Seperti biasa dia menyingsingkan gaun yang menjulur menutupi kaki jenjangnya agar dia bisa berjalan dengan cepat dan leluasa. Tangan kirinya memegangi gaun putih dengan payet berwarna perak disingsingkan setinggi lutut. Sedangkan tangan kanannya berusaha untuk mencopot anting yang dia kenakan. “Rasanya kesal banget sama si Frans cecunguk itu! Awas aja kalau dia terus-terusan menyudutkan aku! Padahal semua ini terjadi juga karena kesalahannya! Salah masuk kamar!” bisik Cinta sambil terus mengomel sepanjang perjalanan. Tiba-tiba Cinta melihat Juliana yang tengah berdiri di samping balkon sembari memainkan ponselnya. Gadis itu terkekeh seakan-akan tengah membaca pesan yang begitu lucu. Cinta yang penasaran mendekat ke arah Juliana. Karena dia pikir hal itu akan membuatnya melupakan sejenak permasalahan pelik yang tengah dihadapi. “Hei? Ketawanya bagi-bagi dong Dek!” Cinta menghampiri adiknya. “Eh ... Kak Cinta.” Juliana masih menahan tawa sembari menyapa kakaknya. “Ada apa sih kayaknya lucu banget, ya?” Cinta penasaran dengan apa yang tengah dilihat Juliana di layar ponselnya. “Ini loh kak! Ada mahasiswa baru, cewek. Tapi orangnya cupu banget. Rambutnya itu dikepang dua, pakai poni, pakai kacamata, pokoknya tampangnya jadul banget deh, Ya biasalah teman-teman aku kalau ada mahasiswa yang cupu kan senangnya meledek. Saking penasarannya, waktu itu kita sengaja nunggu dia keluar dari perpustakaan. Ternyata emang beneran cupu banget! Kalau disuruh-suruh mau aja! Dia Cuma jawab “iya, Kak ... baik, Kak”, pokoknya dia itu lagi jadi bahan empuk buat dibully sama teman-teman geng aku. Terus ....” Juliana tidak bisa menahan tawanya lagi. “Terus apa? Jangan bikin penasaran Kakak, dong! Dari pada Kakak ingat terus sama si Frans cecunguk itu!” lagi-lagi Cinta butuh hiburan untuk melupakan masalahnya sejenak. “Sekarang kan lagi ada malam keakraban. Cuma kebetulan aku harus hadir di acara pertunangan Kakak. Ya udah akhirnya aku nggak ikut. Cuma teman-teman aku selalu update info terbaru tentang si cupu! Lagi dikerjain tuh suruh main gitar sama nyanyi di depan api unggun! Udah pasti nangis-nangis deh dia, dikerjain kayak gitu! Mana bisa dia nyanyi ataupun main gitar! Ha ha ha ....” Juliana masih menanti kabar terbaru tentang gadis cupu itu. “Emang cupu banget ya? Kakak jadi penasaran deh!” Cinta merasa begitu penasaran dengan gadis Cupu yang diceritakan oleh adiknya. “Bentar bentar! Aku ada nih fotonya!” Juliana berusaha untuk mencari foto gadis cupu yang dia ceritakan kepada Cinta. “Nah ini nih! namanya Nada! Tapi aku jamin deh dia itu nggak bisa nyanyi! Dia bisanya cuma pergi ke perpus belajar terus nurut aja kalau disuruh-suruh sama kita!” Juliana masih menahan tawa hingga wajahnya memerah. “Manis kok orangnya! Kamu jangan suka ngebully orang kayak gitu deh, Dek! Nggak baik! Bayangin kalau kamu ada di posisi dia? Jangan ikut-ikutan sama teman-teman kamu yang barbar itu deh! Mungkin aja kalian Nggak tahu bakat terpendam si cewek cupu itu, siapa namanya?” “Nada?” “Nah, iya! Kasihan loh kalau dibully gitu! Biarin aja dia sibuk sama urusannya sendiri! Kamu juga sibuk sendiri dengan hal-hal yang lebih bermanfaat lah!” Cinta berusaha untuk menasihati Juliana yang memang dikenal angkuh, sombong, dan juga suka membully orang-orang yang cupu. “Kak cinta Nggak seru ah!” Juliana merasa tersinggung ketika Cinta memberikan nasihat kepadanya. Bahkan Juliana pergi begitu saja meninggalkan Cinta yang masih membutuhkan dukungan karena masalah yang dihadapi benar-benar membuatnya stres.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD