Siapa Kamu

1295 Words
Gadi masih penasaran karena sedari tadi mengira wanita yang sebelumnya dia kira hantu ini adalah penduduk setempat, ternyata bukan. Sementara wanita itu masih tampak sibuk dengan melihat pakaian doreng yang ia kenakan. Raut wajah penasarannya membuat Gadi hanya menatap heran. “Ini kan baju marinir! Kalau dia bukan bagian dari kami, lalu dia siapa? Jangan-jangan dia adalah perompak yang sering disebut teman-teman,” batin Wanita itu sembari mencuri pandang. Pria itu masih menatap terkadang dia tersenyum setiap melihat wanita itu mencuri pandang. Hingga samar-samar terdengar suara lain memanggilnya. Sigap wanita itu segera mencari belati yang selalu ia bawa ke mana pun pergi. Perlahan dia melangkah mendekati pakaian yang sebelumnya ia kenakan. Di balik jemuran pakaian di atas batu itu terdapat belati yang ia simpan. Tanpa sepengetahuan Gadi, wanita itu memasukkan belati ke dalam pergelangan tangan yang tertutup dengan pakaian doreng. Perlahan Wanita itu mendekat dan Gadi yang melihat gerak-gerik mencurigakan itu hanya bisa tersenyum. “Bang Gadi! Bang!” Suara itu semakin jelas membuat pandangan Gadi menyapu bersih sekitar hingga membuat wanita itu menggunakan kesempatab untuk memeluk Gadi dari belakang. Pelukan yang sudah lama tidak dia rasakan itu, tiba-tiba membuat Gadi teringat dengan Kinanti mantan kekasihnya. Sejenak ia memejamkan mata merasakan pelukan hangat namun mematikan. Wanita itu mengeluarkan belatinya dan meminta Gadi untuk diam. “Siapa kamu sebenarnya?” tanya wanita itu penuh dengan antusias. Gadi hanya tersenyum, tak ada rasa takut sama sekali. Ia hanya mengikuti setiap perintahnya. “Kamu ini cantik tapi menakutkan juga!” ucap Gadi. “Diam! Jawab pertanyaanku. Dari mana kamu mendapatkan pakaian ini. Siapa kamu sebenarnya!” “Yang kamu kenakan adalah pakaianku. Lihatlatlah label nama yang tertera di situ sama dengan nama yang mereka panggil. Ga... di!" Wanita itu tidak mudah percaya dengan yang Gadi katakan. Ia pun memilih tetap pada pendiriannya, hingga Sukma dan Hylda menemukan keberadaan Gadi yang sedang menjadi tawanan. Namun, Gadi meminta mereka untuk tidak gegabah mendekati komandannya. “Kalian tetap di sana. Jangan mendekat!” Gadi yang menganggap wanita ini hanya melakukan tindakan untuk melindungi diri, membuat pria itu tetap santai dan tidak melakukan tindakan gegabah yang akan melukai wanita itu. “Kamu lihat, mereka berdua mengenakan baju doreng yang sama denganku bukan. Kamu jangan takut aku gak akan menyakitimu.” Gadi mencoba berinteraksi agar wanita itu tenang. “Kalau kamu seorang marinir harusnya kamu mengenal siapa aku?” “Mengenal kamu! Memang kamu siapa?” tanya Gadi tertawa dalam senyuman. Hylda yang merasa kesal karena tak ada perlawanan dari Gadi, membuat sersan itu melangkah dan melakukan perlawanan. “Hylda jangan macam-macam. Dia hanya melakukan ini sebagai tindakan waspada dari orang yang belum ia kenal.” Namun, dari arah samping kanan, Sukma mencoba melakukan perlawanan untuk mengambil belati yang berada di tangan kanan wanita itu. Menyadari wanita itu akan mendapatkan serangan, Gadi pun segera melakukan tindakan untuk melindunginya. Tangan yang membawa belati itu Gadi pegang dengan memberikan tekanan hingga belati pun jatuh dan Gadi memeluknya dengan memutar sembilan puluh derajat dan menangkis tendangan Sukma hingga pria itu jatuh tersungkur. “Bang Gadi!” teriak Hylda mendekati Sukma. Sementara wanita itu masih bersembunyi ketakutan dalam pelukan Gadi. “Maaf Ndan! Tadi hanya reflek saja!” “Tindakanmu bisa saja membahayakan orang lain. Bukankah aku sudah bilang berkali-kali untuk melihat wajah lawan kamu.” “Maaf, Ndan.” “Sudah jangan menangis, sekarang ceritakan padaku siapa kamu sebenarnya.” Wanita itu melepaskan pelukannya dan tangannya beberapa kali mengusap air mata yang membasah di pipinya. Melihat wanita itu menangis, hatinya luluh seakan melihat Kinanti kekasihnya. Perlahan tangannya mengusap lembut air mata wanita itu dan ia pun tersenyum saat kedua mata wanita itu menatapnya. “Duduklah dan jangan menangis. Kami bukan orang yang berbahaya. Kami bertiga adalah Marinir yang terdampar di pulau ini. Sudah dua malam kami berjalan tak tentu arah dan sama sekali belum menemukan manusia. Hanya makhluk-makhluk yang tak jelas tiap malam muncul.” Wanita itu terus menatap wajah Gadi, Hylda dan Sukma secara bergantian. Ia masih takut ketika melihat tatapan Sukma yang sangat tajam kepadanya. “Jangan takut, dia memang memiliki wajah yang serius seperti itu,” ucap Gadi. “Sudah satu Minggu lebih aku dan teman-teman terdampar di pulau ini. Kapal yang kami tumpangi terdampar karena badai yang tiba-tiba menyerang. Sehingga kami yang harus bertugas di Sulawesi berakhir di pulau ini!” “Apakah kapal yang membawamu KRI teluk penyu?” “Benar sekali! Dari mana kamu tahu!” Gadi merasa lega akhirnya bisa menemukan salah satu dari penumpang kapal itu. Ia pun berdiri dan menepuk bahu wanita itu. “Nama kamu siapa? Dan bagaimana keadaan yang lain?” tanya Hylda. “Namaku Kinanti!” Gadi berhenti dari langkahnya. Ia kembali menoleh ke belakang dan menatap wajah gadis itu. Sementara Hylda dan Sukma yang melihat tangan Gadi gemetaran mencoba mendekat. “Ini hanya kebetulan, Bang!” ucap Sukma. Gadi pun menahan rasa sakit itu sendirian, ia kembali bertanya kepada Kinanti. Di mana anggota TNI yang lainnya, apakah mereka masih hidup. Kinan terdiam, ia dengan perlahan menceritakan perihal ia terdampar di pulau ini. “Jadi kalian satu kapal semua terdampar di sini.” Kinan mengangguk. Ia pun menceritakan kejadian demi kejadian yang menimpanya selama berada di pulau ini. “Malam kami terdampar beberapa kru TNI turun untuk mencari bantuan penduduk sekitar. Tapi selama seharian mereka tak kembali lagi ke kapal hingga malam itu juga dua orang TNI mengunakan sekoci terpaksa turun untuk mencari keberadaan mereka, tapi setibanya di pantai mereka berdua menemukan banyak mayat yang hidup kembali. Beberapa dari mereka yang masih berada di kapal pun ikut terjun untuk membantu rekannya, tapi sayang hanya satu yang bisa di selamatkan.” “Siapa nama orang yang menghilang itu?” tanya Hylda. “Yang saya ketahui namanya Ahmad.” Kinan mencoba mengingat-ingat hingga akhirnya ia menemukan nama Ahmad dalam ingatannya.. “Bukankah dia mayat yang kita temukan semalam!” Sukma menyahut pembicaraan Kinan. “Setelah tiga hari kami berada di sini baru paham kalau setiap malam pulau ini banyak mayat yang hidup kembali.” “Lalu kamu kenapa di sini sendirian Kinan?” tanya Gadi lirih sambil ia mengusap-usap tubuhnya karena kedinginan. Menyadari sang komandan kedinginan m, Sukma pun memberikan baju doreng yang ia kenakan. “Pakai saja, nggak papa kok begini. Anggap saja lagi uji nyali!” ucap Gadi. “Abang pakai saja. Kan saya masih ada kaos.” Gadi pun menerima pakaian itu yang langsung ia kenakan. “Maaf kalau saya sudah membuat gaduh di sini. Andai baju saya gak jatuh—“ “Sudah gak masalah itu. Sekarang ceritakan padaku kenapa kamu bisa sampai di sini sendirian.” Gadi semakin penasaran dengan wanita itu. “Sudah tiga hari kami berada di kapal dan tidak turun untuk menghindari makhluk-makhluk aneh itu. Jadi saya turun dengan beberapa teman sebagian dari mereka sedang mencari makanan yang bisa di makan di hutan ini. Karena melihat sungai yang begitu bersih jadinya aku mandi.” “Tolong bawa aku untuk bertemu dengan kapten Egy.” Kinan menatap kembali mereka yang sedari tadi menatapnya. Gadi yang duduk di sampingnya, sedangkan Sukma berdiri dengan kedua tangan ia sembunyikan ke dalam kantong celana. Sementara Hylda sedang asyik memakan pisang yang masih setengah masak. “Gawat!” Kinan berdiri dengan wajah kebingungan dan menyambar semua pakaian yang ia jemur. “Kita harus segera ke pantai jika tidak bakal di tinggal di pantai sendirian aku.” Gadi yang tak paham maksud ucapan Kinan, ia tetap ikut berlari begitu pula dengan Hylda dan Sukma yang ikut di belakang mereka. Tak banyak bicara, Kinan hanya berlari dan terus berlari hingga ia terduduk lemas dengan kedua lututnya. “Mati kita! Mereka sudah pergi.” Kinan menangis karena dari awal dia sudah diperingatkan untuk tidak ikut. Dan apabila ada yang tidak pulang tepat waktu maka akan ditinggal.” “Sudah jangan sedih, ada komandan kami yang akan melindungi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD