“Barusan Daffa yang menelepon, dan aku ajak ke sini..” Malika menatap Maha. “Bagaimana? Tidak apa-apa?" Maha hanya mengangguk lalu meminum teh-nya tanpa menjawab. Malika langsung tersenyum, “Hentikan! Apa ada yang mengganggumu?” Maha menggeleng. “Aku ingin mendengar suaramu.. Kenapa kamu diam?” Malika terus menggeser kursinya dan mendekat ke arah Maha. “Aku hanya ingin diam..” Maha meliriknya dan kembali meminum tehnya. “Gemasshh..” Malika kembali mencubit pipi Maha pelan. Maha akhirnya menunduk menahan senyumnya. Malika akhirnya menghabiskan bistiknya dan memesan secangkir kopi hangat. Tak berapa lama, Daffa muncul di restoran, lalu duduk di hadapan Malika. Maha membaca situasi dan membiarkan mereka berdua. Ia tahu kalau Daffa akan tidak nyaman kalau ada dirinya. “Saya