When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Hans Roberto terlihat membeku di kursi kerjanya dengan mata merah dan berkaca-kaca. Kerja keras dari orang kepercayaan dan mata-mata yang mencari keberadaan akhirnya memberikan hasil yang menyakitkan. Tangan kekar pria itu meremas foto pusaran dengan nisan bertuliskan nama Hanna berada di sebuah pulau yang dikeliingi taman indah dan berdindingkan lautan. “Ini tidak mungkin!” teriak Hans menghamburkan berkas dan barang-barang yang ada di mejanya. “Setelah beberapa bulan dan yang aku dapatkan adalah gundukan tanah!” bentak Hans pada Juanda yang hanya terdiam. “Tidak! Ini bukan Hannaku. Dia masih hidup dan disembunyikan oleh Andreas. Pria itu menghilang dengan membawa pergi istrinku.” Hans benar-benar tidak percaya dengan apa yang dia lihat dan dengar. Hanna meninggal karena bunuh