When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Malam semakin larut. Deburan ombak yang menabrak pantai dan berusaha memecahkan batu karang menjadi nyanyian tidur damai. Desiran lembut pasir tersapu angin memerikan kegelisahan Hanna dalam kesunyian malam dan tidur yang terganggu. "Hanna, kamu hanya milik King. Ciuman dan tubuhmu hanya diriku yang boleh menyentuhnya. Jika ada pria lain yang berani mendekati kamu, maka kematian akan datang padanya. Aku akan membunuh mereka semua. Kematian, kematian, kematian. Hanna, hahaha,” teriakan, tawa dan ancaman King hadir dalam mimpi Hanna. "Tidaaaaaak." Hanna berteriak, wajahnya pucat seluruh tubuhnya basah oleh keringat. Dia ketakutan hingga tangganya bergetar. "Hanna, ada apa?" Hans terkejut dan segera memeluk Hanna. “Sayang, apa kamu mimpi buruk?” Hanna memperhatikan wajah puca