03 - Rasa Tequila

1570 Words
Enam pasang mata menatap satu titik. Seorang pria berjalan bak supermodel melewati puluhan orang yang sedang asyik bergerak meliukkan tubuh menikmati irama musik. Ekspresi masam tercetak jelas di wajah Victor saat menyapa ketiga sahabatnya yang terlihat begitu puas menertawainya. "Welcome to the club, my brother!" teriak Joe yang sangat semringah menyambut kedatangan Victor. "Selamat, Brother! Kau terlambat 28 menit." Jeff menyindir Victor tanpa belas kasih. "Bersiaplah menerima hukumanmu," goda Louis membuat Victor mendengkus. 'Sial! Mereka pasti telah menyiapkan hukuman tidak jelas untukku. Baru kali ini, aku merasakan kalah taruhan.' Victor menggerutu di dalam batinnya. Victor memasang ekspresi wajah masam. Penampilan Victor benar-benar menunjukkan jati diri sebagai seorang pimpinan sebuah perusahaan yang selalu berpakaian formal, kemeja, dasi, celana kain, jas dan sepatu hitam mengkilap. Louis menuangkan champagne ke dalam sebuah gelas lalu menyodorkannya kepada Victor. "Kau tidak perlu terlalu memikirkan hukumannya. Lebih baik kau nikmati minuman ini." Victor tersenyum kecil sambil menerima gelas pemberian Louis. Victor menyesapinya secara perlahan, membiarkan cairan berwarna kuning itu membasahi tenggorokannya. Victor menatap satu per satu sahabatnya. Mereka semua memakai pakaian casual, tidak sepertinya, sangat formal. Salah satu fakta yang menunjukkan jika hanya dia seorang yang melupakan janji malam ini. Victor mendengkus, menyesali ketidaktelitiannya pada waktu. "Tersenyumlah, Kak. Wajahmu akan penuh dengan kerutan jika terus diam, cemberut seperti itu." Victor mencibir ucapan Joe. Jika orang lain yang mengatakan perkataan yang sama seperti yang Joe sampaikan pada Victor, sudah pasti akan berakhir dengan pertengkaran besar. Victor sangat dihormati semua orang, dia juga termasuk orang yang dingin, sulit untuk dekat dengan orang lain. "Berhentilah meledeknya! Apa kau tidak takut jika voucher ekslusifmu untuk masuk ke kelab dicabut?" Jeff menakut-nakuti Joe dan pria itu mendapat pukulan pada lengannya. Keempat orang itu menikmati minuman dan juga makanan ringan di atas meja. Orang-orang berlalu lalang di depan meja mereka, tampak tak acuh dengan keberadaan dua pesohor dunia hiburan, Jeff dan Joe. Semua itu karena, Victor membuat larangan tertulis untuk setiap pengunjung dilarang memotret apa pun di dalam kelab, jika tertangkap melanggar, mereka akan didenda dan juga blacklist, tidak diperbolehkan masuk lagi selamanya. Larangan itu dibuat dan disahkan karena Victor ingin melindungi privasi orang-orang penting yang datang ke kelabnya. "Lihat! Di sana sangat ramai. Sepertinya mereka sedang merayakan pesta. Aku jadi ingin ikut bergabung. Sepertinya seru sekali," kata Louis menunjuk tempat paling sudut di barisannya. Ketiga sahabatnya yang lain mengikuti arah telunjuk Louis dan mengangguk. "Aku yakin, di sana banyak wanita yang sesuai dengan tipemu, Kak!" Joe memberi kode pada Louis untuk bergerak mencari mangsa. Louis menggoyangkan gelas berisi champagne di tangannya ke kanan dan kiri. "Kali ini, aku akan memberikan kesempatan itu pada sahabat baikku." Louis menyikut lengan Victor yang sedari tadi hanya diam mendengarkan pembicaraan sahabatnya. Victor menaikkan sebelah alis, menatap Louis. "Apa maksudmu?" tanya Victor. Joe dan Jeff ikut serta menunggu jawaban Louis. Louis sendiri tersenyum miring menatap Victor. "Aku ingin kau mencium salah satu wanita di sana sebagai hukumanmu." Kedua bola mata Victor terbelalak mendengar ucapan Louis. Seperti dugaannya, di antara mereka bertiga, sudah pasti akan memberikan hukuman yang cukup gila yang harus ia lakukan. Joe dan Jeff bertepuk tangan kegirangan mendengar hukuman yang diberikan Louis. Hukuman itu sudah pasti sangat berat untuk dilakukan oleh Victor, mengingat pria itu sangat jarang berinteraksi dengan wanita. Hampir sebagian besar wanita yang mencoba mendekatinya ditolak mentah-mentah dan diabaikan begitu saja. Bagi Victor, pekerjaan adalah hal yang terpenting dibanding wanita yang hanya bisa menghabiskan waktunya sia-sia. "Hukuman yang sangat pantas untuk 28 menit keterlambatan," timpal Jeff sambil cekikikan. "Aku sangat tidak sabar untuk melihat kau melakukan hukuman itu, Kak." Joe sangat bersemangat. Joe dan Jeff sering kali memanggil Louis dan Victor dengan tambahan 'Kak', itu karena mereka berdua usianya lebih tua daripada aktor dan penyanyi itu. Namun, Victor tidak melakukan hal yang sama pada Louis meskipun usia mereka selisih satu tahun. Victor menatap keramaian di meja paling pojok dari tempat duduknya. Pria itu harus bersikap fair, memenuhi perjanjian yang telah disetujui apa pun bentuk hukumannya. "Bagaimana dengan hukuman kalian berdua?" Victor menatap lurus Jeff dan Joe. Jeff meletakkan minumannya lalu menyodorkan satu botol champagne yang masih tersegel pada Victor. "Simpan botol ini dan habiskan saat kita bertemu lagi nanti." Victor menaikkan sebelah alis. "Hah?! Apa kau yakin? Hanya ini seperti ini saja hukumanmu?" tanya Victor sedikit tidak percaya. Jeff mengangguk. "Melihatmu kalah taruhan saja sudah cukup membuatku puas, Kak. Aku tidak akan menyiksamu secara keterlaluan." Jeff melirik menyindir Louis yang segera memberi sepakan pada kaki Jeff. Keduanya terkekeh geli. Victor menerima botol itu dan meletakkan di depannya. "Aku akan habiskan isi botol ini, saat kita bertemu lagi nanti!" kata Victor tegas dan Jeff mengangguk. Tatapan Victor beralih pada Joe yang tersenyum semringah menunggu Victor bertanya apa hukuman untuknya. "Bagaimana denganmu?" "Berikan aku akses VVIP untuk semua kelabmu selama satu tahun penuh." Victor dan kedua sahabatnya yang lain mendengkus. Louis melempar kulit kacang ke arah Joe. "Itu sama sekali bukan hukuman untuknya. Dia sama sekali tidak merasa terhukum jika kau mengatakan omong kosong seperti itu. Tanpa kekalahannya, kau bisa mendapatkannya, idiiot!" Louis mencela Joe secara terang-terangan. Joe menggaruk kepalanya sambil terkekeh geli sendiri. Apa yang diucapkan Louis benar adanya. "Baiklah, aku mengubah hukumanku. Aku ingin, kau mengatakan pada wanita yang kau cium, jika kau menyukainya." Louis menyemburkan minumannya, Jeff sendiri menggigit bibir agar tidak tertawa terbahak. Joe merasa tidak ada yang salah dengan hukumannya. Berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan Victor. Pembisnis tampan itu terlihat sangat frustasi dengan hukuman Louis dan Joe. Namun, tidak ada alasan baginya untuk menolak dan menentang permintaan itu, selain melakukannya. Louis segera memberi kode pada Victor untuk segera bangkit dari tempat duduknya dan pergi merealisasikan hukumannya. Dengan langkah setengah hati, Victor menggerakkan kakinya menuju tempat yang dimaksud. Saat Victor melewati keramaian, para wanita yang sedang berkumpul berteriak histeris dan terpesona dengan ketampanan Victor yang memasang ekspresi dingin. Tidak sedikit pula, yang secara tersng-terangan menggoda Victor, tetapi sama sekali tidak mendapat hirauan dari pria itu. Sementara, di tempat duduk 3 anggota Ch4rmer yang lain membicarakan Victor. "Lihat! Dia hanya berjalan layaknya orang biasa, sama sekali tidak terlihat sedang menebar pesona, tetapi wanita yang melihatnya selalu histeris. Aku harus mengakui, pesona Victor Zhang sangat mematikan," ungkap Jeff. "Aku hanya penasaran, bagaimana reaksi histeris wanita yang diciumnya. Aku pikir, wanita itu wanita paling beruntung saat ini karena bisa merasakan ciuman seorang Victor Zhang." Joe tersipu sendiri membayangkannya. "Hanya kalah taruhan, bisa membuat seorang Victor Zhang menjadi penurut. Jika tidak ... dia pasti akan mencekik kita bertiga," ledek Louis dan mereka tertawa bersama. *** Victor berdiri sambil menatap sekeliling. Semua orang di depannya sedang menari, berteriak serta sibuk mencari sesuatu yang sepertinya sedang disembunyikan. Victor mengambil salah satu topeng yang jatuh di dekat kakinya, dan melihat kembali ke sekitarnya. Semua orang di sana memakai topeng. "Apa ini pesta topeng?" tanya Victor pada salah satu pria yang berdiri dengan satu botol bir di tangannya. "Ya. Mereka sedang mengadakan games. Pasangan pengantin itu berbaik hati untuk memberikan hadiah pada tamu yang beruntung. Cepat pakai topengmu dan berbaurlah!" Pria dengan rambut setengah botak itu mendorong tubuh Victor agar bergerak maju, masuk ke dalam kerumunan orang yang sedang asyik menari. Victor menatap topeng di tangannya dan tersenyum miring. "Topeng ini menyelamatkanku. Dengan begini, aku tidak perlu repot untuk meladeni kegilaan wanita yang aku cium nanti." Victor bermonolog, lalu memasang topeng, menutupi sebagian wajah tampannya. Pria itu berjalan menyusuri keramaian mencari target wanita asing yang akan ia cium. Saat ingin melangkah lebih jauh, tiba-tiba seseorang wanita di depannya terhuyung secara tidak sengaja akibat desakan orang-orang yang berjalan. Secara spontan, Victor menahan tubuh wanita bertopeng merah itu dengan sebelah lengannya. Adegan pelukan di pinggang yang dilakukan oleh Victor persis seperti yang diperankan di dalam drama romansa. Keduanya saling bertatapan. Entah dorongan dari mana, Victor memilih untuk mencium bibir mungil wanita dalam pelukannya. Wanita itu bukanlah target pencariannya. 'Rasa Tequila yang manis. Menyegarkan sekali.' Victor membatin setelah ia mencium bibir wanita bertopeng merah itu. Keduanya masih sempat bertatapan satu sama lain. Victor yakin, wanita itu berusaha keras untuk memperhatikan wajah tampannya, tetapi saat wanita itu hendak membuka mulut, seseorang datang menyoroti mereka berdua dan mengatakan jika mereka berhak mendapatkan uang 20.000 yuan. Victor memperhatikan ekspresi ceria wanita bertopeng merah itu. Wanita itu bahkan menyodorkan uang hadiah padanya. '10.000 yuan? Uang itu bahkan tidak cukup untuk membeli satu botol champagne kesukaanku,' batin Victor. Tentu saja Victor menolaknya. Victor lalu melangkah mundur meninggalkan wanita itu sendirian. Namun, setengah perjalannya kembali ke meja, ia teringat akan hukuman dari Joe belum ia lakukan. Victor berbalik dan ternyata mereka kembali bertemu, tetapi kali ini mereka yang bertabrakan. Victor dan wanita itu saling memandang satu sama lain. Jantungnya berdetak tidak beraturan saat melihat kedua bola mata besar dengan bulu mata lentik wanita itu berkedip. Mulut Victor secara spontan mengucapkan kalimat suruhan Joe. "Aku menyukaimu," ucap Victor dengan suara cukup keras agar terdengar jelas karena suara bising musik. Victor secepat mungkin memasang kembali wajah angkuh, karena setiap kali wanita yang ia pernah coba rayu seperti itu akan berubah menjadi agresif padanya. Victor melirik ke arah wanita itu dan ternyata kedua bola mata wanita itu sedang memicing tajam padanya. "Aku tidak akan termakan omong kosongmu. Lebih baik, kau menyingkir. Aku ingin mencari temanku. Dasar p****************g!" Wanita bertopeng merah itu melewatinya begitu saja. Sikap wanita itu benar-benar bertolak belakang dari ekspetasinya. Victor memandang punggung wanita dengan dress putih yang menghilang di tengah keramaian kelab. "Sial! Apa yang baru saja dia lakukan? Dia memakiku!" umpat Victor kesal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD