Bab 9

2259 Words
HAPPY READING *** Neny memandang pintu berwarna putih, di depannya terdapat tulisan dokter spesialis anak. Ia menatap ruang tunggu terlihat sangat sepi, mungkin karena jam istirahat baru dimulai. Neny melihat Aksa membuka pintu ruangannya. Neny menarik nafas, ia mengedarkan pandangan kesegala penjuru area, melihat ada meja dan dua kursi. Neny juga menatap ada tempat tidur di sudut ruangan dan beberapa alat medis. Gorden berwarna hijau muda membuat ruangan ini terlihat lebih segar. Ini seperti ruangan dokter peraktek pada umumnya. Ternyata ruang peraktek. Sepanjang perjalanan menuju ruangan ini, ia merasa tidak enak karena dilihat oleh beberapa orang dokter dan perawat yang berjaga. Apalagi pakaiannya tidak terlalu cocok untuk berkunjung ke rumah sakit. Neny menatap Aksa, pria itu terlihat berwibawa mengenakan jas putih. Jujur seumur hidupnya baru kali berhubungan dengan seorang dokter. “Ini ruangan praktek aku” ucap Aksa, ia memperlihatkan kepada Neny. “Enggak nanya !!!” ucap Neny. Aksa menoleh memandang Neny, “Aku cuma kasih tau sayang” “Ih, kok manggil sayang” Nenti protes atas sebutan itu. “Ya, biar kita sama-sama nyaman !” “Ih, nggak mau, enak aja manggil sayang! Emang kita pacaran” “Bentar lagi juga pacaran. Jadi belajar dulu manggil sayang, biar nggak canggung” Neny merasakan dingin ruangan karena AC yang menyala. Ia melihat lemari kaca di sudut ruangan yang di dalamnya terdapat buku-buku kedokteran yang tebalnya seperti kamus. Ia membaca artikel saja membuatnya ngantuk, apalagi buku setebal itu. ia tidak bisa membayangkan bagaimana ia mempelajarinya. Neny melihat ada paperbag bertulisan full vegan. Ia menatap Aksa pria itu membuka jas dan menggantungnya di gantungan. Pria itu mengenakan kemeja putih dan menggulungnya hingga siku. Aksa mempersilahkannya duduk di kursi kosong tepat di depan kursinya. Jarak mereka hanya terpisahkan oleh meja. Neny mau tidak mau duduk karena kursi itu, karena satu-satunya yang bisa ia duduki. Ia melirik jam pada ponselnya, ia berharap jam segera menunjukan pukul 13.00 dan ia segera keluar dari ruangan ini. “Kita makan vegan ya” ucap Aksa membuka paperbag yang baru ia beli di salah satu restoran vegan terdekat melalui aplikasi gojek. “Nggak aku nggak makan vegan! nanti aku lunch sama Lily, soalnya kita mau makan spaghetti carbonara di Loewy” tolak Neny, ia takut di makanan tersebut ada obat-obat terlarang diselipkan oleh pria itu dan lalu ia bisa pingsan. “Tadi aku udah bilang, kamu nemanin aku lunch” “Kan aku nolak tadi !” “Sekarang kamu bersama aku Neny. Bersikaplah sedikit kooperatif kalau sama aku” desis Aksa. “Ih” “Aku lagi males makan di cafeteria, jadi tadi aku pesen gofood” ucap Aksa ia memberikan kotak itu kepada Neny. “Aku nggak makan vegan soalnya !” Neny masih keras menolak. “Coba aja dulu, enak kok. Ini makanan sehat baik untuk kesehatan kamu. Kalau kamu ingin mengurangi berat badan berlebih, dan mengurangi sakit jantung juga. Vegan juga …” “Aku nggak pengen tau !” “Tapi aku pengen kasih tau kamu manfaatnya” tandas Aksa. “Tapi aku nggak pengen tau, tauu !” tolak Neny lagi. Sepasang mata Aksa menajam, ia menatap Neny. Baru kali ini ada wanita yang tidak mendengar ucapannya. Ia dokter spesialis setiap pembicaraanya didengar baik oleh dokter residen dan koas, apa yang ia ucapka mereka mencatatnya di buku. Bahkan setiap perkataanya tidak dibantah oleh mereka. Namun wanita dihadapannya ini susah sekali diajak kerja sama, padahal hanya ingin makan siang saja. Ia memerlukan banyak drama yang panjang. “Kalau kamu ngomong nggak lagi, aku cium kamu loh” ancam Aksa. Neny dengan cepat menutup bibirnya dengan tangan, ia tidak ingin kejadian kemarin terulang lagi. Neny terdiam ia memandang Aksa membuka kotak makanan itu. Neny menatap dua burger di sana. Ia pikir makanan vegan yang di maksud Aksa itu, sejenis makanan penuh sayuran dan salad. “Ini burger vegan, rasanya tidak kalah enak dari yang dijual restoran cepat saji, hanya saja burger ini sehat” Neny melihat kotak Aksa, pria kotak makan itu adalah toast. “Itu vegan juga?” tanya Neny. “Iya” “Mau?” “Iya, aku mau yang itu” karena toast lebih menggoda dari pada burger. Aksa menyungging senyum ia menatap Neny dan menukar makananya. Aksa meneguk air mineral, ia menatap Neny, yang memakan burger. Aksa mengigit burger itu begitu juga Neny memakan toast. “Bagaimana rasanya?” tanya Aksa. “Sama aja sih rasanya, tapi lumayan enak” “Maaf ya kita lunch kita cuma ini. Nanti kita dinner ya di restoran” “Enggak usah, enggak usah dinner. Kamu kan sibuk, capek, katanya pulang sampe malam. Lebih baik istirahat aja. Iya kan !” “Walau aku banyak pasien, aku tetap inget kamu Neny. Aku ingin hubungan kita semakin dekat” “Enggak apa-apa, nolongin banyak pasien itu baik. Aku sih orangnya fleksibel, santai gitu. Aku pasti ngerti kegiatan kamu. Pokoknya setiap hari banyak pasien nggak apa-apa. Semua tindakan kamu nolong pasien aku dukung seratus persen. Bila perlu nggak inget-inget aku” “Neny …” “Banyakin aja kegiatan, biar cepet kaya !” “Tadi aku liat banyak suster dan dokter-dokter, mereka semua cantik-cantik. Biasa dokter jodohnya sama dokter juga kan. Cocok tuh sama kamu !” Aksa menarik nafas panjang. Lagi-lagi ia mesti menyabarkan hati. Tapi wajah Neny terlihat sangat menyebalkan. Ia ingin sekali membungkam bibir tipis itu. “Iya rata-rata mereka memang suka sama aku. Tapi aku suka sama wanita yang aku temui kemarin di bar. Kita chek in di hotel dan lalu berciuman” “Maksudnya” “Kamu” “HAAA !? aku !” Neny terperangah. “Iya” Aksa berhasil membuat Neny kaget lagi. “Enggak mungkin ! bohong kamu kalau suka sama aku ! mana ada orang suka cuma sekali pertemuan ! ngaco kamu kan. Ngarang banget !” “Kenapa mesti bohong Neny. Kan aku yang ngerasain ! tanya aja Teguh kalau nggak percaya” ucap Aksa, ia menyungging senyum menatap Neny. “Kalau tanya Teguh temen kamu itu, sama juga gue ngomong sama tembok !” “Yang suka sama aku banyak Neny. Bahkan sampe bugil depan aku secara terang-terangan dan terbuka” “HAAA !?” “Siapa ? Siapa ?” Seru Neny seketika. “Ya nggak mesti aku ceritain ke kamu kan, lagian nggak terlalu penting kan cewek kayak gitu” Aksa tidak berbohong, memang ada wanita yang melakukan aksi bugi di depannya seperti Dakota Johnson, di film Fifty Shades of Gray. Anna-Maria Sieklucka pemeran utama difilm 365 Days atau si pirang sexy Miley Cyrus. Aksa membiarkan Neny tercengang atas ucapannya. “Mana mungkin ada cewek gila kayak gitu ! kamu bohong, pasti nih !” “Untuk apa aku bohong Neny, tanya aja sama sahabat aku” “Teguh ?” “Iya, dia tahu semua tentang aku” “Enggak percaya aku, kalian kan sekawanan, pasti punya kerja sama yang baik. Sama-sama tukang boong !” seru Neny. Sampai detik ini ia tidak percaya apa yang diucapkan Aksa. Karena rasanya tidak mungkin sampe ada wanita yang menurunkan harga dirinya bugil di depan Aksa. Aksa tersenyum penuh arti, ia merasa puas dengan adegan shock Neny dan menikmati aksi terperangahnya wanita itu. Mereka adalah dua orang yang miskomunikasi antara objek yang dipikirkan. Wanita itu sangat ekspresif, tanpa menyembunyikan ekpresi terkejutnya. “Ya terserah kamu sih mau percaya atau nggak. Yang penting aku udah cerita dan aku selalu inget kamu. Sekarang dia duduk di depan aku, tapi tiap aku kasih tau pasti jawabanya selalu nggak. Nggak pernah ngomong manis depan aku. Tapi aku tetep suka dia” sepasang mata Aksa berubah menjadi malaikat yang sangat lembut. “Kita dinner ya” “Enggak !” “Aku tetep jemput kamu, nanti malam. Aku usahain datang, walau aku capek sekalipun, demi kamu !” Alis Neny meninggi, ia hampir shock kesekian kalinya, “Emang kamu tau rumah aku?” Aksa mengangguk, “Tau” “Di mana?” “Di Setiabudi, rumah kamu nomor 012 A sampingnya rumah Lily di nomor rumah 013 A. Rumah kamu pagarnya tinggi warna putih, bertingkat, di depannya ada pohon cemara” ucap Aksa menjelaskan ciri-ciri rumah Neny yang ia lihat dari google maps tadi pagi. Alamat itu ia ketahui dari Teguh. “Ih kok tau” “Kami pria-pria cerdas sayang, apa sih yang nggak tau tentang kamu dan Lily” “Omaigat !!!” teriak Neny dalam hati. Ia dan Lily dalam bahaya dan penuh ancaman. Pantas saja perasaanya semakin tidak tenang. “Tenang aja, aku dan Teguh nggak mungkin buat kalian menangis. Kita pria baik-baik kok, kalau kalian menjadi anak manis !” gumam Aksa. Aksa meletakan toast nya, ia memandang Neny secara intens. Aksa mencondongkan wajahnya dan mengecup bibir tipis itu sekilas. Hanya kecupan pembuka yang menenangkan, ia melihat Neny yang hanya diam tanpa berekasi apa-apa. Mungkin efek shock yang ditimbulkan. “Mau lagi?” ucap Aksa pelan. Aksa berdiri ia mendekati Neny, ia meraih tengkuk Neny dan melumat bibir tipis itu secara hati-hati. Sementara tangan kananya menyimpan toast yang dipegang oleh Neny, agar baju yang mereka terhidar dari saus toast. Aksa menarik pinggang Neny merapat ke tubuhnya, sehingga tidak ada jarak di antara keduanya. Awalnya kecupan itu penuh hati-hati, lama-kelamaan berubah menjadi ritmenya menjadi cepat. Bibir inilah yang ia pikirkan sepanjang malam dan kini ia merasakannya lagi. Kini seolah menjadi candu untuknya. Ia tidak berhenti menyesap dan memainkan lidahnya. Ia menatap Neny memejamkan mata menikmati setiap kecupannya. Tanpa ia sadari Neny membalas kecupan itu dan mereka saling melumat satu sama lain. Aroma parfume yang sangat menenangkan, sehingga Neny mengalungkan tangannya di leher Aksa dan mendongakan wajahnya. Aksa mengangkat tubuh Neny dan kaki Neny melingkar dipinggangnya. Aksa mendudukan Neny di meja kerjanya, agar ia leluasa mencumbu wanita itu. Kecupan mereka hilang kendali, hingga kehabisan nafas. Tangan Aksa aktif menelusuri dress mini yang dikenakan Neny dan menyikapnya hingga ke atas tanpa melepaskan lumatannya. Mereka sama-sama terbakar gairah. Aksa melepaskan lumatannya, ia mengecup leher Neny secara perlahan dan ia mendengar secara jelas desahan dari bibir Neny. Jemari Aksa menyentuh paha Neny, dan menyentuh g-string yang dikenakan Neny lalu memasukan jemarinya secara perlahan dan ia merasakannya. Ia kembali mendengar desahan Neny secara lembut, membuatnya dirinya hilang kendali dan menyentuhnya lebih dalam. Neny mengerang nikmat katika jemari Aksa bermain di sana bahkan tangannya semakin cepat. Aksa memperlebar tungkai kaki Neny membuat Neny semakin b*******h. Persetan dengan mereka berada di rumah sakit, ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi melihat Neny mencapai klimaks. Ia tahu bagaimana membuat wanita bahagia. Sekian menit berlalu ia bermain di sana, hingga akhirnya wanita memeluknya, dia mengerang nikmat dan tubuhnya bergetar. “Better?” gumam Aksa, mengelus punggung Neny. Neny hanya diam, ia mencium aroma parfume dari tubuh Aksa, ia mengatur nafas yang sulit diatur. Ponselnya seketika berbunyi, Aksa dan Neny lalu menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari tasnya. Neny melepaskan diri dari tubuh Aksa. Ia menutup wajahnya dengaan tangan, ia tidak percaya apa yang dilakukan Aksa kepadanya. Bisa-bisanya ia menikmati sentuhan Aksa. Ia hampir gila, ia yakin pria itu mengibarkan bendera kemenangan. Neny mengambil ponsel, ia menatap ke arah layar ponsel. “Lily Calling” Neny melihat jam digital pada layar menunjukan pukul 13.02 menit. Ia yakin bahwa Lily menunggunya di parkiran depan. Neny menggeser tombol hijau pada layar, ia letakan ponsel ditelinga kirinya. “Iya Ly” “Lo di mana beb? Gue udah di depan” “Yaudah gue langsung ke sana ya” “Iya” Sambunganpun terputus, ia menatap Aksa yang masih dihadapannya. Ia menelan ludah ia memasukan ponsel di dalam tas. Neny turun dari meja, ia menaikan g-stringnya dan merapikan pakaiannya. Ia menatap senyum licik yang diperlihatkan Aksa kepadanya. “Lily sudah di depan” ucap Neny memberitahu Aksa. “Aku antar” “Enggak usah, aku bisa sendiri” “No, tetap aku antar sampai depan” Aksa melihat jam melingkar ditangannya, sebentar lagi aku pasti akan banyak pasien. Aksa mengambil jas yang ia gantung tadi. Ia menatap Neny yang masih memandangnya. Aksa mengenakan jasnya kembali, ia mendekati Neny dan meraih jemari lentik itu. Keluar dari ruangan. Ia tidak mellihat perawat di sana, mungkin masih jam istrirahat namun ia melihat ada beberapa pasien yang mulai berdatangan menunggu antrian. Aksa melangkah menuju lobby, ia mengantar Neny hingga sampai tujuan dengan selamat. “Nanti pulang kerja aku langsung ke rumah kamu” “Ngapain?” tanya Neny lalu menoleh menatap Aksa. “Apa salahnya main ke rumah wanita yang aku taksir” “Enggak usah, nanti malam aku sibuk” “Sibuk apa?” “Sibuk ada arisan di rumah, tamunya banyak” ucap Neny asal. “Aku tetap pergi” “Aku nggak ada di rumah” Neny melihat mobil sedan Lily yang menghampirinya di lobby. “Tapi aku tetep samper kamu. Ditunggu ya sayang” “Enggak” “Tadi kamu sampe klimaks loh sayang, itu masih belum aku apa-apain” “Ih …” Aksa tersenyum, “Better?” “Ih …” “Kita akan lakukan lagi nanti” “Datang juga percuma aku nggak ada di rumah” “Bilang Lily, Teguh nanti malam ke rumahnya” “HAAA !?” Aksa menarik tangan Neny mendekati mobil Lily, ia membuka pintu untuk kekasihnya teranyar itu. Ia memandang Lily di sana. Wanita itu hanya diam dikemudi setir. “Lily bawa mobil hati-hati ya” ucap Aksa. Setelah melihat Neny duduk di kursi dia memasang sabuk pengaman. “Dapat salam dari Teguh, nanti malam Teguh ke rumah kamu” “Ih … !” dengus Lily. Aksa menutup pintu mobil Lily, beberapa detik kemudian mobil sedan itu menghilang menjauh dari dirinya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD