Chapter 20

1293 Words
  Irene terbangun dengan degup jantung yang terasa lebih cepat dari biasanya. Matanya yang baru saja terbuka dan masih terlihat merah itu seketika melihat kesekelilingnya untuk memastikan dimana keberadaannya kini. Melihat posisi dirinya yang tidak berbeda jauh dengan ketika ia sebelum tidur, dapat dipastikan bahwa gadis yang satu ini memiliki tipe tidur yang tidak banyak bergerak. Namun, kenapa ia merasa sesak dan terengah engah bak sehabis dikejar sesuatu yang tidak ia ketahui?? Ia hanya ingat bahwa ucapan gadis di dalam mimpinya, yang memperkenalkan dirinya sebagai Semi itu berkata bahwa mereka berdua selalu ada di alam mimpi yang sama. Sehabis itu, Irene tak ingat apapun lagi dan malah terbangun dengan kondisi seperti ini. Menarik nafasnya pelan, gadis yang satu itu mencoba menenangkan dirinya sendiri dengan meminum air mineral yang ada di gelas di nakas samping kasurnya. Gelas yang selalu ada disana karena setiap malam, pelayan akan mengisi ulang gelang tersebut kalau kalau sang putri terbangun dengan tenggorokan yang kering. Sembari meneguk minumannya secara kasar, matanya tak sengaja berlabuh di sebuah jam klasik mewah yang menunjukkan bahwa ini masih pukul lima pagi. Masih terlalu pagi untuknya yang biasa bersiap siap dibantu para pelayan sekitar jam tujuh hingga jam delapan pagi sebelum memulai sarapannya di ruang makan bersama sang ayah dan ibu. Selesai dengan minumnya, Irene kembali memilih untuk merebahkan dirinya pada kasur. Menatap langit langit untuk berpikir keras mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya?? Siapa gadis itu dan mengapa keduanya terhubung di satu mimpi yang sama. Irene belum bisa menemukan kesamaan diantara mereka berdua yang membuat keduanya bisa saling terkoneksi seperti ini. Apakah ini bagian dari ilmu hitam?? Ataukah sihir biasa?/ Tapi siapa yang memainkan keduanya bak boneka pupet seperti ini?? Ah!! Bak teringat sesuatu, Irene langsung kembali terbangun dari kasur kemudian mengelilingi kamarnya yang luas ini hanya menggunakan gaun tidur dan rambut yang digulung asal keatas. Kalung!! Ia mencari kalung. Irene baru ingat bahwa Semi di mimpi mereka berkata bahwa kalung yang mereka beli di orang yang sama itu tiba tiba muncul di kehidupan Semi yang nyata. Tiba tiba berada di lehernya tanpa si gadis berambut cokelat itu sadar. Irene tadi ketika mengingat langsung menyentuh lehernya dengan cepat, tapi nihil. Tak ada sesuatu yang tergantung disana. Dirinya memang biasa melepas aksesoris apapun, baik hadiah dari para noble lady maupun aksesoris yang sengaja dibelikan sang ayah atau ibunya untuknya. Ia berkeliling penjuru kamarnya, membuka satu persatu laci yang biasa diisi oleh aksesorinya, namun benda yang ia cari tak juga ditemukan disana. Pun di laci laci lainnya bahkan hingga ke kolong kasur. Tak ada. Tadinya, jika Irene benar benar menemukan kalung tersebut, ia benar benar akan mempercayai bahwa apa yang terjadi dalam mimpinya itu adalah hal nyata, bukan khayalannya belaka. Hingga akhirnya, ketika matahari terbit dan para pelayan satu persatu mulai mengetuk pintunya dan memanggil namanya –in case bahwa putri cantik yang satu ini belum bangun- untuk dibantu mempersiapkan rutinitas paginya, kalungnya itu masih tidak juga ditemukan. Frustasi karena merasa kehilangan sesuatu yang berharga, juga dirinya masih yakin bahwa segala keanehan ini nyata, Irene terduduk begitu saja ditengah tengah kamarnya, membiarkan para pelayan yang masuk terkejut dengan kondisi kamarnya yang tidak berbeda jauh acak acakannya dengan kandang babi. Bahkan mungkin kandang babi akan jauh lebih baik keadaannya dibandingkan kapal pecah yang satu ini. ‘TUAN PUTRI!!” salah satu dari mereka terkejut dan langsung meminta bantuan para penjaga untuk berjaga dan meminta Aaron untuk datang kemari. “tuan putri tidak apa apa?? Apakah ada penyusup??” Ya. Salah satu alasan mereka histeris dan langsung memanggil ksatria pribadi Irene itu karena mereka berpikir bahwa ada penyusup datang dan mencoba melakukan hal buruk pada putri mereka. Aaron pun datang dengan wajah kaku juga pedang yang juga sudah keluar dari tempatnya. Matanya menilik ke berbagai arah mencoba menebas siapapun yang mencurigakan olehnya. Irene saat ini entah ingin menangis atau entah ingin tertawa melihat kesalahpahaman mereka, jadi gadis itu hanya terkekeh dengan wajah datar yang pucat yang malah semakin membuat semua pelayannya histeris. Kekacauan pagi itu selesai ketika Irene berkata bahwa ia baik baik saja, dan berbohong mengenai dia menemukan keberadaan anak tikus di kamarnya –yang mana, bukannya semakin baik malah semakin bertambah rusuh karena kini para pelayan dimarahi oleh kepala maid karena dianggap tidak becus menjaga kebersihan kamar yang mulia Irene Judasquith. Hahh.. tolong ingatkan Irene untuk membelikan mereka sesuatu sebagai ganti maaf yang tidak bisa diucapkan atas kebohongan kecil miliknya itu. Kini, Irene tengah menatap bayangan dirinya sendiri di cermin yang tengah disisiri oleh salah satu lady in line miliknya, sedangkan pelayan yang lain nampak tengah sibuk membereskan kembali kamar yang beberapa jam lalu sudah dibuat berantakan oleh si pemilik kamar. Aaron yang tadi sempat izin untuk pamit sebentar kembali membawa pesan yang membuat Irene sedikit meneguk ludahnya ketakutan saat ini. “Yang mulia raja ingin bertemu dengan tuan putri di ruangan beliau sebelum kalian sarapan” ucap Aaron menyampaikan pesannya. Hhhh.. setelah permintaan dan argumennya kemarin pagi, Irene sama sekali belum bertemu dengan ayah dan ibunya karena dia mengurung diri di kamar. Bukannya mengeluarkan tantrum bak anak kecil, tapi Irene hanya bingung harus berlagak seperti apa atau bicara seperti apa setelah membuat dua orang paling penting di negara mereka itu hampir terkena serangan jantung pagi pagi. Jadi, setelah selesai bersiap siap, gadis yang satu itu dikawal oleh pengawalnya untuk berjalan menuju ruangan sang ayah, dimana sebelum sampai, matanya menemukan sebuah kereta kencana asing yang ada di halaman istana mereka. Hm?? Apakah itu kereta kencana khusus raja? Karena Irene belum pernah melihatnya selama ini. Ataukah ada tamu?? Entahlah, yang pasti, gadis yang satu itu kini tengah mencoba merangkai kata kata yang harus dilontarkan nanti kepada ayahnya. “Semoga keberkatan dan keagungan terus menyertaimu, yang mulia” sapa Irene ketika dirinya selangkah sudah masuk ke ruang kerja pribadi ayahnya itu. Bukan, bukannya sayang ayah selalu menitah anak semata wayangnya untuk bersikap seformal dan sekaku itu padanya. Tidak. Irene pun biasanya hanya menyapa kasual dan memanggil ayahnya dengan sebutan ayah, bukannya yang mulia. Hanya saja, ada wajah asing yang ia temukan di ruang kerja ayahnya yang sepertinya orang pemerintahan. Jadi mau tak mau Irene harus bersikap sesuai dengan manner kepada ayahnya dihadapan orang lain. Jadi.. kereta kencana tadi milik tamu ya.. Tapi bukankah itu terlalu mewah jika dikategorikan sebagai kereta kencana untuk pejabat pemerintahan saja?? “Biasa saja, Irene, dia bukan orang asing” ujar ayahnya sembari turun dari duduknya untuk menghampiri sang putri yang kini nampak kebingungan. Dengan merangkul pinggang anak gadisnya itu, sang raja membawa ketiganya duduk di sofa yang ada di tengah ruang kerja ini. “Irene, bukankah kau berkata bahwa kau ingin turun ke masyarakat untuk melihat langsung kehidupan mereka?” “Ya, ayahanda” jawab Irene bingung. Dari gelagatnya sih, sang ayah seperti akan memberikan izin. Namun gadis yang satu itu tak menyangkan bahwa ia akan mendapatkan izin secepat dan semudah ini?? Pandangannya akhirnya berlabuh pada sesosok pemuda tampan berambut merah yang kini tengah terduduk di sebrangnya. Tanpa sadar, Irene seakan kesulitan menelan salivanya ketika otaknya memberikan sinyal bahwa ia tidak dalam kondisi baik baik saja apabila pikiran pikiran buruk itu terjadi. Oh sial, tidak!! Irene tidak mau!! “Ayah akan memberikan izin jika kau pergi bersama pengawalmu- Aaron dan juga anak buahnya, juga bersama tunanganmu beserta para pengawalnya” ujar sang ayah dengan senyum yang entah kenapa dimata anaknya kini, senyum itu bak senyum psikopat psikopat pembunuh yang menyeramkan. “tu-tunangan??” gagap Irene yang mencoba denial. “Ah, memang sebelum kau amnesia, kau belum ditunangkan secara resmi, tapi ayah dan ibumu sudah menjodohkanmu dari kecil dengan tunanganmu ini” ujarnya yang kini membuat Irene bak mendengar petir yang sangat kencang di telingannya. “dan tunanganmu adalah orang di depanmu itu. Dia adalah pangeran dari negeri Velvetenus” Oh Tuhan, bisakah kau mengambil nyawa orang asing yang ada di hadapannya saat ini?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD