Chapter 24

1441 Words
“Bagaimana perjalanan kalian kemarin?” nada baritone khas pria paruh baya masuk ke telinga dua anak muda di hadapannya yang masing masing dari mereka tengah menyeruput teh hangat yang baru saja disajikan. Kesunyian di saat saat sarapan telah selesai, dan digantikan menjadi sesi mengobrol yang entah sejak kapan dibuat itu. Sepertinya sejak pria disampingnya ini datang. Sebelum ada dia, jarang sekali gadis yang satu itu menghabiskan waktunya untuk berbincang bersama sang ayah dikala setumpuk tugas sudah menunggu untuk dibaca di ruang kerja yang mulia raja dinegeri Adderaveth itu. “Menyenangkan, yang mulia” jawab Adam dengan senyum tipis yang dikembangkan oleh garis bibirnya. Tak bohong jika ia mengatakan bahwa agendanya pergi dari istana untuk mengantar Irene kemarin adalah kegiatan yang membosankan. Meskipun hanya terlihat ia mengikuti gadis itu kemana pun, dan juga Adam tak banyak bicara dengan Irene, tapi sorot mata penuh kekaguman- bahkan bercak cahaya yang membuat bintang di matanya akan antusias membuat Adam langsung jatuh cinta pada gadis yang satu ini. Jika kalian berpikir bahwa hanya Irene satu satunya yang tak tahu mengenai perjodohan ini, maka kalian salah besar. Pria yang lahir dengan nama Adam Garret ini pun tak tahu apa apa. Di suatu pagi, ia yang baru saja terbangun sudah diberi kabar mengejutkan bahwa ia harus pergi berkenala menuju negeri tempan dimana calon tunangannya berada. Adam yang kala itu merasa bahwa orang tuanya kehilangan akalnya karena tahu tahu menjodohkannya dengan orang asing- pun dengan sesosok putri raja yang sama sekali belum pernah ia temui, bahkan belum ia tahu namanya- tentu saja tidak setuju dan berusaha membuat pemberontakan. Apa apaan. Sudah ia pernah dijodohkan dengan seorang gadis pendekar- yang bahkan sebelum Adam menolak, gadis itu menolaknya lebih dahulu yang membuatnya geram dan merasa kehilangan wajah-, kini ia lagi dan lagi dijodohkan dengan orang lain. Tapi, perjalanan panjangnya dari Velvetenus menuju Adderaveth bak memberikan hadiah mengejutkan ketika tahu bahwa gadis yang kali ini dijodohkan dengannya seratus delapa puluh derajat berbanding terbalik dengan gadis pendekar kala itu. Irene yang kemarin ia buntuti, ia perhatikan dari samping dalam diam adalah sesosok gadis cantik, lembut dengan tawa yang indah. Pun berkali kali hati Adam rasanya bergetar ketika melihat interaksi Irene dengan masyarakat biasa. Jarang sekali ia menemukan wanita bangsawan, apalagi imperial family dengan sifat sebegini indahnya. Apalagi ternyata ia menemukan fakta bahwa selama ini Irene hanya bergaul dan boleh keluar istana untuk kegiatan para bangsawan saja. Normalnya, jika sekelilingmu adalah orang yang sejenis denganmu dan kau seumur hidup terus begitu, maka normal untuknya canggung dengan orang yang seluruh kehidupannya berbeda dengan dirinya sendiri. Tapi- aduh, maafkan Adam yang kali ini menahan tawanya. Ia menahan untuk tidak menertawakan dirinya sendiri dihadapan tunangannya dan sang ayahnya karena merasa sudah sok tahu dengan dunia yang sangat luas ini. Hm.. Irene ya.. Irene Judasquith. Wanita sebegini spesialnya membuat Adam sedikit demi sedikit menumbuhkan perasaan protective dan serakah bahwa gadis ini adalah miliknya. “Bagaimana denganmu, Irene??” “Hm??” gumam Irene tak mengerti sembari mengedipkan matanya bingung. Apanya yang bagaimana?? “Bagaimana perasaanmu setelah akhirnya aku memperbolehkanmu melakukan kegiatan yang amat sangat aku larang itu” Ah.. masih membahas soal ini ternyata. Ya, maafkan gadis itu. Dia sedari tadi masih tenggelam dalam lamunannya yang berisikan bercabang cabang pikiran. “Menyenangkan, ayah” jawab Irene memasang senyum tipis. “terima kasih sudah memberikanku izin” Irene nampak mengambil satu buah kukis untuk memenuhi mulutnya sebagai alibi bahwa ia tengah sibuk dengan makanannya, jadi biarkan saja dua pria berbeda usia itu saling mengobrol satu sama lain dan tak akan menghiraukannya yang kembali melamun. Oh?? Atau haruskah gadis yang satu ini bertanya langsung pada ayahnya?? Tapi Irene takut jika jawabannya tidak mengenakkan, dan malah menjadi canggung karena ada Adam diantara mereka berdua. Kepalanya mencoba membuat beberapa opsi, hal apa saja yang menjadi kemungkinan seorang putri- anak tunggal dari sepasang raja dan ratu sebegitu disembunyikannya oleh kerajaan, bahkan sampai orang lain tidak tahu rupanya seperti apa. Jika untuk alasan keamanan, sebenarnya ini hal yang sangat logis. Mengingat ia anak satu satunya, mungkin saja musuh orang tuanya ingin melakukan hal buruk padanya demi menyiksa atau merampok orang tuanya demi keselamatan dirinya. TAPI- jika Irene dilindungi seprotective ini, siapalah yang berani meracuni dirinya dahulu hingga dia masuk kedalam situasi koma dan kehilangan ingatannya?? Siapa pelakunya?? Jika mengingat orang biasa tak mengetahui wajahnya, berarti kemungkinan para bangsawan kan yang menjadi salah satu pelakunya?? Apakah pelakunya sudah tertangkap?? Apa yang dilakukan sang ayah untuk menghukumnya?? Selama ini, setelah ia tersadar dari komanya, Irene sama sekali belum mendengar informasi apapun mengenai pelakunya. Beberapa dokter dan tabib pun yang datang memeriksanya hanya berkata bahwa ia dalam keadaan baik baik saja, dan tidak menjelaskan hal lebih banyak. Normalnya, jika seseorang mengalami koma panjang hingga amnesia, berarti ada sesuatu yang salah kan mengenai dirinya? Pun berkali kali Irene membaca buku dan mencari informasi, dirinya tak tahu apa korelasi racun dengan ingatannya yang hilang. Apakah ketika ia tak sadarkan diri akibat racun, ia terjatuh dengan kepala yang menghantam tanah duluan?? Atau bagaimana?? “Ada apa, anakku??” Irene menengok terkejut ketiak suara sang ayah yang khawatir masuk ke indra pendengarannya. Ah.. sepertinya beliau memperhatikan bagaimana dahi Irene mengkerut dalam lamunnya. Pun, ternyata bukan hanya sang ayah, kini tunangannya itu pun memperhatikan dia dengan raut wajah khawatir pula. “Tidak apa, aku hanya penasaran akan suatu hal” “Hal apa?” Ini... bisa jadi waktu yang tepat kan?? Jika memang waktunya buruk, biarkan Irene berpikir lebih jauh nantinya. “Ayah, mengapa tidak ada satupun dari rakyat kita yang mengenali wajahku??” tanyanya langsung yang membuat raut wajah ayahnya berubah dari khawatir menjadi mendatar. “apakah sedari kecil aku tidak pernah keluar dari area istana dan para bangsawan??” “Ah.. masalah itu. Apakah ada yang bersikap tidak sopan denganmu karena tak tahu kau putriku?” “Tidak. Semuanya baik. Kurasa rumor mengenai perjodohan ini, dan aku yang akan keluar untuk berjalan jalan sudah masuk ke telinga mereka hingga mereka menyambutku amat sangat baik” kilah Irene tak ingin orang yang tak tahu apa apa disalahkan. “hanya saja, beberapa orang bertanya tanya mengapa selama ini aku tidak ingin mengeskpos wajahku. Pun, aku ingin mengetahui alasannya juga” Sang raja nampak memainkan cangkir teh nya sejenak sebelum kembali meminum teh bunga yang sudah mendingin itu. “untuk alasan keamananmu” jawab sang ayah mulanya singkat. “dahulu, kau berkali kali hampir celaka karena ada orang yang berani beraninya mencelakaimu dengan berbagai macam alasan. Jadi, ketika kau mulai beranjak dewasa, aku dan ibumu memutuskan untuk melindungimu benar benar ketat hingga tak ada kejadian yang aneh aneh lagi” jawabnya yang sesuai dengan perkiraan Irene selama ini. “Kalau hanya para noble family yang mengetahui mengenai diriku, berarti pelaku yang memasukkan racun hingga aku koma kala itu salah satu diantara mereka? Apakah ayah sudah menemukan pelakunya? Apa yang ayah lakukan kepada mereka sebagai ganjaran atas melukaiku??” bombardirnya tanpa henti.  Adam yang ada disana, yang sejujurnya juga penasaran mengenai hal itu tapi tahu jelas bahwa ia belum memiliki wewenang untuk tahu segala macam permasalahan internal kerajaan lain mencoba menolong sang raja dengan berdeham sok terbatuk lalu meminum teh nya dengan canggung. “tuan putri” panggilnya yang membuat Irene menengok ke arahnya. Lagi dan lagi, bukannya langsung mengutarakan isi pikirannya, pria yang satu itu malah sempat sempatnya terpana beberapa detik memandangi wajah kecil dengan mata bak kristal dan rambut emas yang terpapar sinar matahari pagi. “jika kau sesuka itu untuk turun ke masyarakat, bagaimana jika kita melakukannya lagi? Masih banyak hal yang bisa kau lakukan jika berada di sana” tawarnya yang kini dihadiahi delikan oleh sang calon mertua. Oh sial, sepertinya ia salah bicara. Sudah tahu ayah yang satu itu protectove pada putrinya, sok sekali ia membuat keputusan berbahaya. “Em.. jika yang mulia tidak mengizinkan, bolehkan saya mengajak tuan putri Irene untuk datang ke negeri kami Velvetenus?? Dalam perjalanan, tuan putri akan melewati banyak daerah penuh masyarakat. Tuan putri bisa melihatnya dari balik jendela. Pun, tuan putri bebas ingin membawa puluhan hingga ratusan pengawal pula jika yang mulia raja khawatir. Aku dengan percaya diri mampu menjamin keselamatan tuan putri Irene Juventus dalam perjalanannya menuju Velvetenus” celotehnya panjang lebar dalam satu tarikan nafas karena JUJUR SAJA!! Adam pun panik melihat wajah gusar sang raja yang kini tengah menatapnya. Sebenarnya, jika Irene menolak, ia sama sekali tak masalah. Toh, ia mencetuskan ide setengah bodoh itu awalnya hanya untuk menyelamatkan diri dari kecanggungan. Jika menerima, pun dengan senang hati Adam menjaganya. Anggap saja perjalanan pertamanya bersama sang tunangan, meskipun... Adam sudah tahu akan serepot apa dirinya nanti dengan berbagai macam persiapan yang dilakukan untuk putri satu satunya negeri Adderaveth ini.  “Aku ikut” dan.. well.. Irene nyatanya tidak menolak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD