Chapter 27

1372 Words
Niat awal Irene yang sedikit merengek –ya, benar benar definisi merengek- agar Adam membawa prajurit terbaiknya ketika mengantar mereka berdua adalah untuk bisa bertatap muka kembali dengan Semi dan agar keduanya bisa berbincang walau sebentar. Dengan dalih bahwa ayahnya akan khawatir dan perasaannya tidak enak, akhirnya Adam mau tidak mau benar benar membawa Semi dalam perjalanannya kali ini mengantar Irene berkeliling beberapa wilayah di negaranya. Irene sendiri menyadari bahwa Semi adalah salah satu dari orang terbaik adalah bagaimana ketika Irene melihat kumpulan para pendekar mengawal kereta kencananya, Semi lah yang selalu memberi titah dan orang orang yang terlihat seperti anak buahnya mengangguk dengan patuh tanpa mau mengujarkan pendapat mereka lagi. Dan- Walla, ternyata benar dengan apa yang dipikirkannya. Irene sendiri tidak peduli jika ia nantinya akan di cap sebagai putri penyakitan yang manja, padahal sudah ada Aaron sebagai pengawal pribadinya dan pengawal pribadi milik Adam pula. Tak masalah, toh sehabis ia menemukan apa yang mengganjal mengenai mereka berdua, Irene memutuskan untuk tidak akan melanjutkan hubungan dengan Adam. Persetan dengan apa yang akan dikatakan ayahnya nanti. Tapi.. bagaimana ia mau menyelesaikan sebagai teka teki ini jika sekarang saja, tidak ada waktu sedetik pun untuk si gadis berambut emas bisa berbincang dengan gadis pendekar berambut cokelat itu. Adam yang terus ada di sampingnya mengoceh berbagai macam hal –yang sebenarnya menarik-, tapi Irene sedang malas untuk mendengarkannya. “Ramai sekali, akan ada apa??” tanya gadis mungil itu sembari bercelinguk ketika menyadari bahwa riuh segala masyarakat yang ada disana, baik kasta diatas maupun kasta terbawah sekalipun mondar mandir dengan kegiatannya masing masing, namun nampak ada yang berbeda dari mereka. Air wajah berseri seri nampak tersimpan di wajah masing masing dari mereka sembari melanjutkan aktifitas masing masing. “Nanti malam akan ada festival kembang api” jawab Adam yang tahu apa maksud dari pertanyaan ambigu tunangannya itu. “jika kau mau, kita bisa terus berdiam disini sampai malam, atau pulang dahulu lalu kembali nanti malam. Terserah padamu, aku mengikut saja. Jika memang malas pulang dahulu, kita bisa berdiam di restaurant terdekat” usulnya santai. Toh apa yang perlu dipikirkan oleh orang nomor satu di dua negara besar. Apapun yang mereka inginkan bisa dikabulkan saat ini juga. Sudah terbayang oleh para pengawal yang menemani mereka hari ini, yang tak sengaja mendengar pembicaraan barusan mengenai bagaimana hebatnya sepasang tunangan ini nantinya jika mereka benar benar menikah. Maka dua negara kuat akan bersatu dan dipimpin oleh keduanya. Sungguh pasangan yang powerfull. “Hei, bukankah itu knight Maximilan??” “Tidak biasanya dia mengawal langsung pangeran Garret dalam kegiatan pribadinya?” “ah benar juga apa katamu. Jangan jangan, ada maksud terselubung” “Apanya yang terselubung??” “Ih, ituloh. Pangeran Garret datang kemari bersama tunangannya, putri Juventus dari negeri Adderaveth. Tidak ada yang tahu kan isi pikiran sebenarnya si pendekar wanita itu apa. Bisa saja ia awalnya menolak untuk memaksa hal lebih penting lainnya, namun nyatanya malah sang pangeran pun menolak” “Ah.. bisa jadi. Lagi pula, siapa yang bisa menolak seorang Adam Garret. Ku yakin yang paling menolak perjodohan knight Maximilan dengan pangeran Garret kala itu tentu saja pangeran kita yang tampan” “Apa rasanya mengawal mantan tunanganmu yang kini bertunangan dengan orang lain. Pun tunangan barunya jauh lebih baik dibandingkan dirinya. Jika aku jadi dia, aku tak akan punya muka untuk menghadap mereka berdua” ribut bisik bisik dari para noble yang ada di sekitaran mereka membuat Semi menahan dirinya sekuat mungkin untuk tidak memutar bola matanya malas. Jika sedang tak ada dua orang penting di depannya- dua orang yang juga ikut masuk dalam pembicaraan sampah tadi, maka Semi akan dengan mudah membuat mereka terdiam hanya dengan satu kata atau kalimat saja. Ya.. itupun jika Semi sedang ingin menggerakkan mulutnya. Lagi pula, kenapa sih para gadis gadis bangsawan ini senang sekali membuat cerita yang buruk atau menyedihkan tentangnya? Terlahir sebagai kaum kasta rendah lalu berakhir hidup dengan mengepalai laki laki di negeri yang terlalu menjunjung jenis manusia berpenis itu merupakan suatu prestasi yang tidak semua gadis bisa lakukan. Semi adalah sosok nyata dari gadis yang hidup atas keinginannya sendiri, tanpa diatur oleh ‘norma’ sosial yang berlaku di sekelilingnya. Apanya yang menyedihkan. Jika ini merupakan suatu film, meskipun Semi bukan pemeran utamanya, ia bisa menjadi pemeran tambahan namun dengan impact yang tetap mengesankan. Dunia memang tidak berputar mengelilingi gadis berambut ikal cokelat itu, namun dengan Semi memutuskan hidup sebegini cemerlang, ia membuat semua orang yang tidak mengelilinginya tetap akan memutar leher mereka untuk melihat gadis berusia dua puluh tujuh tahun ini sekilas. Adam yang juga mendengar ribut ribut barusan menitah pengawal pribadinya untuk diam diam membungkam mulut penuh gosip dari si gadis gadis kasta tinggi itu dan malah menyeret Irene untuk berdiri di sebuah tenda makanan pasar yang wanginya mau tak mau membuat yang lebih tua merasa keroncongan itu. “Meskipun ini dijual di pinggir jalan –bukan di restaurant-, ini merupakan stand makanan yang resepnya sudah turun temurun hingga ratusan tahun yang lalu. Meskipun terlihat sederhana, ini jajanan pasar yang menurutku paling enak diantara yang pernah aku coba” celotehnya sembari memberikan gesture akan nenek tua yang menjualnya memberikan satu buah untuk Irene coba. “ini, kau bisa coba sendiri” Irene sendiri melahapnya dengan antusias karena memang terlihat amat sangat menggoda. Ia cukup terkejut bahwa bocah pangeran yang sesekali nampak angkuh ini mau untuk membeli makanan di pinggir jalan yang kualitas kesehatannya belum bisa di test dengan benar. Gadis itu pikir, Adam akan selalu makan di resturant bintang lima yang kepala chefnya akan melayaninya secara langsung. Well.. tidak baik untuk menilai seseorang terlalu dalam hanya dengan melihat covernya saja. “Mmm?? Apa itu??” tanya Irene sembari kesusahan menutupi mulutnya dengan tangan karena kedua pipinya masih penuh dengan makanan, sembari menunjuk puluhan orang yang berbaris memanjang kebelakang dan membentuk beberapa formasi. Sekilas, Irene menyadari bukan hanya ia saja yang tertarik, melainkan semua orang yang ada disana. Apalagi para noble family yang tidak memiliki kepentingan lain seperti para kasta bawah yang meskipun tertarik masih harus berdagang untuk menyambung hidup mereka. “Ah, ini arak arakan patung singa yang menjadi simbol kami. Pun orang yang membentuk formasi disana akan menari untuk menyambut festival malam ini. Kau ingin melihat lebih dekat??” tanyanya yang dijawab anggukan singkat oleh Irene. “pegang tanganku, jangan sampai terlepas atau kita akan terpisah” ih??? Irene mengerutkan dahinya malas. Ini benar benar bentuk kepedulian atau hanya gerakan pendekatan semata?? Kan Irene bisa memegang Aaron kemana pun ia ingin, kenapa jadi harus bersama si bocah itu?? Tapi belum sempat Irene memutuskan, bocah yang satu itu sudah menggenggam lengannya lebih dahulu dan membawanya mendekat kearah barisan orang yang sudah mulai menari itu. Sialan sekali!! Ingatkan Irene untuk protes bahwa ia tidak suka jika bocah yang tujuh tahun lebih muda darinya itu tak mengenal consent terhadapnya. Irene tak peduli apa yang biasa ia lakukan kepada orang lain, kepada wanita lain. Tapi bagi Irene, consent adalah hal penting jika seseorang ingin berhubungan dengannya. Jadi, ketika Irene sudah terlampau kesal dan memutuskan untuk melepaskan genggaman tangan keduanya, memilih untuk menjepit pelan ujung pakaian Aaron dengan kode bahwa lindungi dirinya. Namun, Irene tak tahu bahwa antusias masyarakat akan sebesar itu. Mereka berbondong bondong mengikuti gerak jalan para penari yang semakin lama semakin menjauh dari tempatnya tadi. “Aaron!!!” teriak Irene memanggil karena dia tergusur ombak manusia. Dan.. bukan Aaron –dan Adam juga banyak pengawal lain termasuk Semi- tidak menyadari. Semuanya langsung menyadari di detik Irene terpekik ketika tubuhnya terbawa oleh puluhan manusia yang ada di sana. Namun memang cukup susah karena jalanan kini semakin di penuh padati oleh banyaknya manusia. Jadi, dengan memastikan kontak mata mereka tidak saling terputus, meskipun Irene masih terseret, setidaknya mereka semua tahu dimana posisinya. Dan sampailah Irene bisa menghela nafas lega ketika Semi berhasil menggapai tangannya dan membawanya meminggir keluar dari ombak lautan manusia itu. Di sebuah gang besar yang tepat berada di bawah jembatan beton, dimana ketika Aaron, Adam dan sisa pengawal lainnya sampai, mereka semua menyadari ada seorang nenek tua berpakaian lusuh, bahkan bisa dikatakan hampir tidak terurus dan tinggal menunggu mati memandangi mereka semua dengan senyum misterius yang terpasang di bibirnya. “Seharusnya kalian berdua tidak ada di sini” ujarnya dengan nada rendah sembari memandangi Irene dan Semi dengan tatapan tidak terbaca. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD