Ikuti kata hati dengan logika yang harus tetap mengikuti itulah cinta yang mungkin akan abadi
•••
Cafe,disinilah Satria berada dengan secangkir coffee yang masih terlihat hangat. Dalam pikiranya hanya ada satu yaitu 'kenapa Seriel ingin lepas darinya?' hanya itu yang Satria pikirkan.
"Ekheem..." dehem seseorang dan Satria langsung meliriknya.
"Lagi ngapain?" tanya seorang pria yang berada tiga tahun diatasnya.
"Just sit and drink this coffee, you want it?" jawab Satria seraya menawarkan sebuah coffe.
Pria itu menggeleng dengan senyuman yang tak kalah manis dari Satria, hanya saja Satria sangat jarang memperlihatkan itu.
"What happen with you, Brother?"
"Come on Jaxon, nothing happen on me, i'm fine." jawab Satria kembali pada pria yang ia panggil Jaxon.
Jaxon drew alexander, putra dari Kesha sahabat Al ayah dari Satria yang sekaligus mantanya dan Jaxon sudah dekat dengan Satria sejak mereka masih kecil dan sering bermain bersama, Jaxon sudah seperti saudara bagi Zia dan Satria, Jaxon juga lumayan dekat dengan Meyra yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri.
"Gue bilangin tante Meyra supaya Lo di paksa cerita gimana?"
"Nyokap gue gak pernah maksa maksa buat cerita," timpal Satria dengan meminum kopinya sedikit demi sedikit.
"Gue ras--"
Gantung Jaxon saat melihat lawan bicaranya itu tengah terfokus pada satu titik.
Fokus Satria beralih pada beberapa orang gadis yang tengah asik bersendagurau dan Satria mengenal salah satunya, siapa lagi jika bukan Seriel Dhairya.
"Lo jatuh cinta!" ucap Jaxon yang membuat Satria kembali menatapnya.
"Fix inimah Lo lagi jatuh Cinta, pantesan lo galau Sat." lanjut Jaxon yakin.
Tanpa menyahuti ucapan Jaxon, Satria pun memutuskan untuk menghampiri beberapa gadis itu lebih tepatnya untuk Seriel.
"Eh lo tau gak sih, semalem gue mimpi---"
"Mimpii apaan? mimpi ena-ena?haha..." sahut Meri pada salah satu sahabatnya yaitu Dara.
"Gue mimpiin dia..." gumamnya namun masih terdengar jelas oleh Seriel dan Cassie.
Akhirnya Seriel mengikuti pandangan Dara karena penasaran dengan siapa yang dimimpikan sahabatnya itu.
"Satria? wait Lo mimpiin Satria?" kaget Cassie yang tau bahwa Seriel adalah kekasihnya.
Dara mengangguk dengan senyumnya yang masih mengembang," eh njirr dia kesini woy, pasti mau nyamperin gue!" pekik Dara yang langsung merapikan rambutnya.
Seriel pun hanya bisa tersenyum mendengar itu.
"Seriel!"
Semua terdiam mematung, apalagi Dara, ia sedikit kaget mendengar siapa yang Satria panggil.
"Riel, lo kenal sama Kak Satria?" bisik Dara yang dijawab oleh seulas senyuman dari Seriel.
"Seriel," panggil Satria kembali.
Seriel beralih menatap Dara yang terlihat heran sekaligus kaget.
"Lo gak bakalan bisa lepas dari gue." ujar Satria yang langsung membawa Seriel keluar dari cafe tersebut.
"Masuk." titahnya agar Seriel masuk kedalam mobil.
"Nggak. Lepasin gue, gue mohon Sat..!" mohon Seriel berusaha lepas.
Inilah kalimat kedua yang Seriel kembali menggunakan kosa-kata Lo-Gue setelah hari itu.
"Masuk!" paksa Satria dengan sedikit dorongan dan Seriel masuk ke dalam mobilnya.
Satria memutari mobilnya untuk duduk di depan kemudi.
"Liat gue!" ujar Satria membawa dagu Seriel ke arahnya.
"Lo gak bisa lepas dari gue!"
"Dari tadi lo ngulang terus kalimat itu, yang padahal lo udah tau jawabanya kalo gue nyerah gue gak bisaa Sat..." ucap Seriel tanpa bisa menatap manik mata Satria.
"Kita udah bikin kesepakatan--"
"Tapi gue gak pernah setujuin itu, paham Lo." tekan Seriel hendak membuka pintu namun Satria masih menahanya.
"Kenapa?"
Seriel terdiam.
"See, lo gak punya alasan buat lepas dari gue." ujar Satria merasa menang.
"Tapi gue tetep gak bisaa Satriaa, lo gak bisa egois dan maksain--"
"Persetan sama keegoisan, yang gue tau Lo itu milik gue dan itu harus terjadi." tekan Satria yang semakin mendekat ke arah Seriel, membuat Seriel semakin menempel pada pintu mobil.
"Lo gilaaa tau gak!" sentak Seriel dan langsung membuka pintu mobil kemudian berlari menjauhi Satria.
Kali ini Satria berlari untuk mengejar Seriel, karena ia benar-benar butuh jawaban kenapa gadisnya itu meminta lepas darinya.
HAP!
Satria berhasil memegang lengan gadisnya itu dan menariknya lebih dekat.
"SATRIAA LEPAS!" berontak Seriel.
"Gak akan, sebelum Lo bilang kalo Lo gak bakalan pergi dari gue." ujar Satria.
Seriel menggeleng pelan.
"TAPI KENAPA?HEUH?" sentak Satria yang sudah kehilangan kesabaranya.
"JAWAB GUE KENA--"
"KARNA GUE JATUH CINTA SAMA LO!Karena gue udah jatuh cinta jauh sebelum Lo yang ngerasain itu Sat..." sentak Seriel dengan tubuh yang bergetar namun masih berada dalam genggaman Satria.
"Gue jatuuh cintaa sama lo, gue kira--gue kira ini gak akan terlalu sulit tapi gue salaah Sat, guee sakiit... gue sakit saat liat Lo sama perempuan laiin..." racau Seriel disela tangisnya.
Satria hanya bisa menatap Seriel tanpa kata.
"Gu--gue cemburu liat Lo sama perempuan lain, tapi gue gak bisaa ngapa ngapain saat itu KARNA YANG LO TAU cuma, gue itu gak ada rasa apapun sama Lo, Gue udaah coba sebiasa mungkin tapi gue gak bisaa Sat, gue gak berhak cemburu gue tau itu ..." Seriel menarik nafas berat.
"Jadi gue mohon, lepasin gue!" lirih Seriel.
"Gu--"
"Lo juga gak salaah Sat, karna dari awal lo udah peringatin kalo lo gak bakalan tanggung jawab jika suatu saat nanti lo bikin gue sakit hati dan saat itu adalah sekarang..." dengan sekali hentakan Seriel berhasil lepas dari genggaman Satria dan berlari meninggalkan Satria yang masih terdiam menatap punggung gadisnya itu.
"AARRGHHHH!" geram Satria mengacak rambutnya sendiri.
Dengan pikiran yang benar-benar campur aduk, Satriapun berlalu untuk kembali ke Cafe dan memutuskan untuk pulang.
Ketika Satria hendak memasuki bagian kemudi, tiba-tiba saja Jaxon menahanya.
"Biar gue yang nyetir."
"Gua bisa sendiri!" tolak Satria.
"Gua abang Lo," ucap Jaxon.
"Kayak abang inget itu, kayak." ralat Satria dan ia memberikan kunci mobil pada Jaxon.
Di dalam mobil.
"Kalo lo bener-bener mau milikin dia, Lo harus perjuangin." saran Jaxon yang masih fokus pada jalanan.
"Gua belum mikir sampe sana,"
"Bukan dipikirin tapi dirasain, yang namanya cinta kalo disatuin sama logika bakalan sulit nyari keputusanya." ujar Jaxon kembali.
"Lo salah, Cinta harus tetep pake logika buat mikirin konsekuensi apa yang bisa kita terima kalo jatuh cinta plus rasa sakit yang bisa aja ada..." timpal Satria dengan memejamkan matanya.
Sedangkan di sisi yang berbeda tepatnya disebuah halte, Seriel terlihat tengah menerawang jauh entah kemana, matanya sembab karena tangisanya yang benar-benar ia keluarkan semua.
"Gue kira jatuh cinta itu semudah dan seindah dalam cerita tapi ternyata gue salah... " itulah yang tertangkap dalam gelombang pikiranya.
Akhirnya sebuah angkutan umum pun pun tiba dan dengan segera Seriel menaiki angkutan umum tersebut, disepanjang perjalan Seriel hanya terdiam dengan sebuah lagu yang ia dengarkan via earphone.
"Ini pak ongkosnya," ucap Seriel menyodorkan uang tiga ribu dan ia pun mulai berjalan memasuki komplek perumahanya, karena rumahnya tidak terlalu jauh jadi Seriel memutuskan untuk berjalan kaki saja.
Hingga beberapa saat kemudian Seriel telah sampai dikediamanya.
"Bundaaa!" panggil Seriel ketika mengetuk pintu rumahnya.
"Eh Non Seriel, ibu lagi keluar non." ujar Bi Iin yang merupakan seorang asisten rumah tangga keluarga Seriel.
"Oh iya Bi gak pa-pa, aku ke kamar dulu yah..." Seriel pun berlalu menaiki tangga untuk mencapai kamarnya.
Duduk terdiam, hanya itu yang Seriel lakukan saat ia benar-benar tidak mood untuk melakukan apapun.
"Mereka udah pada pulang belum yah, Cassie sama Dar--ya ampuun Dara, gue harap dia gak mikir yang macem-macem tentang gue sama Satria..." doa Seriel sungguh-sungguh.
Kemudian Seriel beralih menuju meja belajar dan membuka buku harianya, bukan tulisan melainkan sebuah gambar, itulah kebiasaan yang Seriel lakukan ketika sesuatu yang ia alami membahagiakan atau menyakitkan, ia akan menggambarkan kejadian tersebut lewat sebuah sketsa yang ia buat.
Seperti saat ini, Seriel tengah menggoreskan pensilnya pada sebuah buku menggambarkan sebuah adegan dimana ia tengah berhadapan dengan seorang pria, yaitu Satria, kejadian yang ia alami saat tadi.
Selesai menggambar Seriel pun, menuliskan sebuah kalimat. "Terungkap sudah perasaan yang selama ini kupendam, 17/06/2018." setelah itu Serielpun hanya bisa memandangi gambar tersebut.
/
Dikediaman keluarga bagaskara, terlihat Meyra yang tengah menyiapkan makan malam, sedangkan Satria tengah asik mendengarkan sebuah lagu dan Zia sedang bersendagurau bersama ayahnya dan Jaxon.
"Pah yang kakak aku kan kak Satria bukan abang Jaxon, tapi kok yang sering maen bareng Zia cuma bang Jaxon, kalo kak Satria bisanya cuma ngelarang ini itu kayak Papah haha..." ujar Zia.
"Berarti kakak kamu sayang sama kamu." ucap Jaxon.
"Tuh dengerin, kamu itu kayak mamah kamu dulu tau gak, kalo dikasih perhatian lebih bilangnya ngekang pad--"
"Ouuh jadi gitu, jangankan aku Al, semua perempuan juga bakalan bilang kayak gitu kali, Jaxon, Zia makan dulu nak." timpal Meyra yang tiba-tiba saja datang dihadapan Al.
"Marahin aja tan... marahiin! mantaps om!" ujar Jaxon yang langsung pergi menuju meja makan bersama Zia.
"Jangan ngerumpi mulu, cepet makan dulu gih." titah Meyra menarik lengan suami menyebalkanya itu.
Saat di meja makan, "Satria dimana?" tanya Al.
"Bentar biar Mamah panggilin dulu." Meyra pun menghampiri Satria yang masih berbaring disofa ruang keluarga.
SREET! Dengan satu kali tarik headset yang Satria pake terlepas dari telinganya.
"Zia kam--Mamah..." gumamnya saat tau siapa yang menarik headsetnya.
"Makan dulu yuk..." ajak Mey pada putranya itu.
"Iya nanti Satria nyusul,"
"Mamah kan ngajaknya sekarang, yuk kasian loh yang lain udah pada nunggu!" ujar Meyra.
Satria hanya duduk dengan bersandar, "Satriaa ayo cepet, nanti Papah kamu marah sayang... " ajak Meyra kembali.
"Zia belum makan loh dari tadi, kasi--"
Belum sempat Meyra menuntaskan kalimatnya, Satria sudah berjalan mendahuluinya menuju meja makan.
"Yuk makan!" ucap Meyra saat semua sudah duduk.
"Kakak lama banget sih, galau sih boleh tapi jangan lebaaay iya kan bang Jax?" goda Zia yang disahuti oleh Jaxon.
"Syuut...makan Zi." ucap Satria tanpa mau menanggapi guyonan adiknya itu.
Beberapa saat kemudian Satria selesai memakan makan malamnya.
"Satria udah selesai Mah, duluan yah..." ucap Satria.
"Yah kakak gak seru ah, masa abis makan langsung ke atas. Ngobrol dulu lah..." rengek Zia pada kakaknya.
Satria tersenyum dan menghampiri adik satu-satunya itu, "Kakak ada tugas, lain kali yah." sesal Satria dengan mengusap kepala Zia.
"Pah, Satria ke atas, Bang Jax gue duluan!"
"Ok!"
Satria pun berlalu kembali kamarnya.