Dina masih gugup dengan kejadian tadi. Apalagi ketika ia teringat bagaimana senyuman manis milik Adit mengembang. Duh! Alih-alih senang, ia malah merasa gelisah setengah mati. Bukan apa-apa sih. Ia baru tahu kalau lelaki itu bekerja di sini. Di gedung ini, maksudnya. Dan tiba-tiba menyesal pula karena telah datang ke sini. Karena alih-alih menjauh dari Adit, ia malah mendekatkan dirinya pada lelaki itu meski secara tidak disengaja. Dina menarik nafas dalam. Usai bertanya beberapa kali pada perempuan yang ada di depan sana, ia terperangkap duduk di kursi-kursi yang berjajaran di depan sebuah ruangan meeting kedap suara. Ia tak bisa mendengar apa yang terjadi di dalam ruangan itu. Tapi yang jelas, ia harus menunggu Ardan di sini. Ia mengeluarkan ponselnya lantas berupaya menghubungi Ardan