Diandra hanya bisa mengganggukinya saja ucapan yang lelaki itu katakan. Deru nafas keduanya masih jelas terdengar dengan nyaring karena saat itu deguban jantung keduanya masih memburu dan juga belum mereda. Akhirnya usai melakukan itu keduanya pun tertidur. Dan di saat Diandra terbangun tengah malam karena ia merasa ingin buang air kecil Gadis itu terbangun dari tidurnya kemudian ia melihat jika di sampingnya ranjang itu tengah kosong, Diandra pun akhirnya mengedarkan pandangan matanya di dalam ruangan yang saat itu tampak gelap karena hanya ada satu lampu tempel yang menerangi dan terkesan hanya remang-remang saja tapi Diandra bisa melihat dengan jelas sosok lelaki yang hanya membebat tubuhnya dengan handuk dari sebatas pinggang dan ke bawah sampai sebatas lututnya saja, terlihat punggung datar lelaki itu masih bisa Diandra lihat karena lelaki itu belum menggunakan pakaian bagian atasnya, jadi Diandra segera tahu jika yang tengah berdiri di sana adalah orang yang tengah ia cari yaitu Gerry tetapi Diandra tidak langsung terbangun dari tempatnya ketika ia melihat jika saat itu Gerry tidak hanya berdiri saja di sana melainkan lelaki itu telah menerima panggilan telepon dan saat itu Diandra tidak berpikir yang macam-macam meskipun nyatanya saat itu Gerry tengah melakukan panggilan telepon dengan istrinya. Dan ketika Diandra melihat jika lelaki itu sudah menyudahi panggilan teleponnya di sana, Diandra segera terbangun kemudian berjalan mendekat menuju ke arah Gerry berada, Gadis itu berjalan masih tanpa busana di sana dan setelah Ia tepat berada di belakang punggung lelaki itu Diandra segera mengulurkan kedua tangannya dan memeluk tubuh lelaki itu di sana. Gerry yang merasakan gerakan itu pun hanya bisa terdiam di tempatnya membiarkan Diandra dengan sesuka hatinya memeluk tubuhnya dari belakang, lelaki itu bisa merasakan sesuatu yang lembut dan kenyal tengah menekan punggungnya, di tambah sensasi lain yang jelas tidak bisa ia abaikan. Dan Sedetik kemudian Gerry sudah langsung berbalik menghadap ke arah gadis di belakangnya itu. Gerry melempar ponselnya begitu saja ke atas ranjang dan dengan kedua tangan lelaki itu langsung meraih wajah Diandra kemudian sedetik kemudian ciuman keduanya saling memanas, keduanya terus bergerak seiring Irama pasangan yang menginginkannya. Sampai lelaki itu menggiring tubuh Diandra menuju ke atas pembaringan. Gerry seakan melemparkan tubuh gadis itu di sana. Lelaki itu dengan segera meraih tautan handuknya kemudian menariknya hingga handuk itu teelepas dari tubuhnya. Perlahan Gerry melangkah merangkak naik ke atas pembaringan, menindih tubuh Diandra dan mengurungnya di kedua sisi.
"Jadi, apa yang kita lakukan tadi kurang memuaskanmu sayang?" ucap Gerry sembari langsung mendaratkan ciumannya tanpa menunggu jawaban dari Diandra, dan langsung di balas oleh gadis itu apa yang Gerry lakukan. Keduanya hanyut kembali dalam irama degupan jantung yang mendebarkan. Dan semua berlalu seiring waktu yang kian larut.
Hingga pagi menjelang, Diandra terbngun dengan tubuh yang seakan habis bekerja berat. Rasanya seperti seluruh tulang sendimya pegal ketika ia gerakkan. Perlahan Diandra membuka kedua matanya, menatap ke arah sekitar dengan cahaya matahari yang mulai menerangi ruang kamar yang ia tempati saar itu. Namun Diandra segera tahu jika lelaki yang ada di sisinya sudah tidak ada di sana. Gadis itu hanya bisa menyunggingkan senyumannya di sana. Diandra pikir ia adalah gadis paling beruntung karena langsung bisa mendapatkan hati sang pimpinan Divisi.
"Akh... dua puluh tahun menjomblo akhirnya terbantahkan." Ucap Diandra dengan bibir yang tersungging karena senang. Namun senyumnya segera memudar ketika ia menatap layar pi
onselnya saat itu. Jika saat itu ada pesan masuk dari Gerry yang memperingatkannya.
"Sayang, jangan sampai orang kantor tahu hubungan kita ini. Kamu pasti tahu alasannya. Dan setiap perkataan kamu, aku harap kamu bisa mempertanggung jawabkannya." Ucap Gerry pada pesan yang Diandra baca saat itu. Meskipun Diandra tahu jika pesan itu adalah ancaman yang di balut manis untuknya, tetap saja saat itu Diandra selalu menanggapinya dengan tidak serius. Gadis itu berusaha mengerti jika apa yang Gerry lakukan itu demi kebaikannya dan juga karena lelaki itu baru saja tiba di kantor. Terlebih lagi jabatannya menjadi ketua divisinya.
"Baiklah Bos," balas Diandra patuh pada Gerry. Gadis itu pun mulai beranjak dari tempatnya karena ia harus secepatnya mandi dan berangkat ke kntor.
"Akh, badanku rasanya seperti semua tulang-tulangnya remuk." Ucap Dindra sembari perlahan menuruni ranjang dan berjalan menuju ke arah kamar mandi dengan kedua tangan yang bergantian memegangi tempat di mana ia berjalan. Seakan menyusuri tembok dan juga sandaran sofa untuk membantunya mencapai kamar mandi. Hingga gadis itu sampai di kamar mandi, dan ia memulai aktivitasnya di sana. Hingga beberapa saat saat ia baru keluar dari dalam kamar mandi, Diandra hanya membebat sebagian tubuhnya menggunkan handuk dari bawah ketiak sampai unung pangkal paha. Dan ketika ia baru saja akan memakai bajunya saat itu. Ada panggilan masuk dari Gerry, membuat Diandra harus menerima panggilan masuk tersebut.
"Halo Pak, ada apa? saya baru saja usai mandi dan ini mau berngkat kerja," ucap Diandra jujur pada Bosnya itu karena Diandra tidak ingin kena marah di hari kedua Bosnya masuk kerja. Dan ia sudah terlambat.
"Oh ya? baru keluar dari kamar mandi?" tanya Gerry kemudian.
"Emb... iya," sahut Diandra. Dan seketika itu pula panggilan suara itu pun berubah menjadi panggilan video. Diandra pun tidak bisa tidak menjawab panggilan tersebut. Akhirnya Diandra mengangkatnya.
"Biarkan aku berganti baju dulu ya Bos," ucap gadis itu kemudian, terlihat wajah memelas yang sedemikian rupa Diandra perlihatkan agar Gerry percaya padanya.
"Mau cuti?" tanya Gerry kemudian yang menawari gadis itu. Namun Diandra yang sudah dua tahun bekerja di perusahaan itu tidak pernah untuk cuti, meskipun ia sakit sekalipun jika ia bisa masuk kerja, maka Diandra akan masuk kerja.
"Tidak berani Bos... aku akan cepat berganti pakaian kok," sahut gadis itu kemudian.
"Tapi aku sudah merindukanmu!" sahut Gerry lagi.
"Emb... nanti kita kan ketemu di kantor, sabar ya..." balas Diandra kemudian.
"Lepas dulu, biarkan aku melihatnya!" ucap Gerry yang tidak pernag Diandra sadari jika lelaki itu sudah kecanduan bermain dengannya.
"Hemz... tidak! bye... Bosku sayang," ucap Diandra kemudian yang lalu menyudahi panggilannya tanpa aba-aba dan permisi pada Bosnya tersebut.
"Aduh... pacar aku kenapa sedikit rada-rada begini si? aku senang apa susah jadinya?" ucap Diandra yang entahengap malah berbunga-bunga ketika kekasihnya itu penasaran dengannya. Diandra tidak menyadari jika Gerry hanya teetarik dengan tubuh Diandra sejak awal.
"Jadi kamu berani menutup panggilan teleponku duluan?!" ucap Gerry dengan dengusan kesalnya, karena apa yang ia inginkan tidak Diandra berikan.
"Sayang, tunggu hukumanmu di kantor karena sudah berani menutup panggilanku!" ucap Gerry pada pesan yang baru saja ia kirimkan untuk Diandra. Namun saat itu Diandra tidak melihat pesan lelaki itu karena ia sudah sibuk merias wajahnya dan juga memakai pakaiannya.
"Aduh, masa iya aku ke kantor memakai pakaian yang sama seperti kemarin si?" ucap Diandra dengan gerutunya. Namun Gadis itu berniat akan mampir di salah satu butik dekat kantornya untuk membeli setelan pakaian ganti untuknya kenakan ke kantor nanti.