"Apa yang ingin kau lakukan Mark, lepas kan aku!" teriak Dominnique histeris saat Mark sudah mengunci nya ditembok kamar kondominium itu.
"Kau bilang apa barusan Demmy? Kau tak suka aku menyentuh mu, hem?" ucap Mark sembari memainkan jemari tangan nya di wajah cantik Dominnique.
"Ya, lepaskan tangan menjijik kan mu ini dari wajah ku, Mark! Aku benar-benar jijik melihat kau menyentuh ku setelah kau menghabiskan sisa malam mu dengan bercinta bersama dua orang b***h di club malam itu." teriak Dominnique lagi.
Perkataan Dominnique barusan sukses membuat seorang Mark Rodriguez terperangah kaget.
"Kau....!" ucap Mark yang hanya bisa menautkan kedua alisnya menatap Dominnique dengan rasa bersalahnya.
"Kenapa? Kau pikir aku akan terus menjadi wanita bodoh mu, hah?" teriak Dominnique sembari menetes kan air mata kesedihannya.
"Maaf kan aku, Sayang! Please maafkan kebodohan ku. Saat itu aku frustasi dan benar-benar tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. Aku sudah berusaha menjauhi mu beberapa hari dan berusaha sekuat tenaga agar bisa hidup tanpa bayang-bayang cinta ku untuk mu. Tapi hasilnya nihil, Demmy. Aku malah menyalurkan kegilaan ku ke tempat yang salah." ucap Mark berlutut di hadapan Dominnique.
Pria dominan dan begitu sangat temperamental itu menangis sesengukan dikaki jenjang Dominnique seperti seorang anak kecil yang disiksa ibunya. Dominnique sedikit terkejut melihat pemandangan langka yang terjadi dihadapannya itu.
Bayangan Mark yang selalu kasar dan meledak-ledak saat dia melakukan sebuah kesalahan kecil tiba-tiba hilang di gantikan oleh rasa kasihannya yang begitu mendalam pada pria yang entah saat ini masih ia cintai atau tidak.
"Mark, bangunlah! Jangan seperti ini. Aku tak suka melihat mu seperti ini." ucap Dominnique sembari berjongkok dan menarik tangan Mark untuk berdiri.
Sedang Mark, hanya pasrah mengikuti keinginan Dominnique yang menarik pergelangan tangannya.
"Duduklah, Mark. Aku akan mengambil kan minum untuk mu." ujar Dominnique bersiap melangkah keluar kamar menuju dapur.
Tapi kemudian Mark lebih dahulu menarik pergelangan tangan kiri Dominnique. Perempuan itu pun jatuh terduduk tepat dipangkuan lelaki itu. Mata biru Mark menatap lembut mata hijau milik Dominnique. Seolah ia ingin mencari sesuatu yang terpendam dalam hati Dominnique dari manik mata hijau wanita kesayangannya.
"Dominnique, apa kau sudah tak mencintai ku lagi?" tanya Mark yang terus menatap Dominnique.
"Maa..Mark... Aa..akkuu..." ucap Dominnique gelagapan sembari memaling kan wajahnya ke sembarang arah.
"Please, Honey. Jangan mengelak. Jawab pertanyaan ku, Apakah kau masih mencintai ku atau tidak, Demmy?" tanya Mark lagi.
Dominnique menghela nafas berat nya. Sejujurnya ia tidak tahu apa kah saat ini dirinya masih mencintai Mark dengan tulus atau tidak. Dominnique kecewa dengan semua sikap Mark yang terlebih dahulu menghianati janji mereka untuk tak menyentuh wanita lain selain dirinya selama mereka masih bersama. Tapi kemudian Mark malah melanggar janji itu. Terlebih lagi hati dan pikiran Dominnique bercabang memikir kan pria misterius yang berada di balik bilik kayu permainan Crazy Fantasy itu. Dominnique dan Katty bahkan sudah berencana akan mencari tahu pria itu dari Antonio, Kakaknya. Secara tidak langsung pun Dominnique juga sudah mengkhianati janji nya pada Mark untuk tak membiarkan tubuh cantiknya di masuki oleh pria lain.
"Dominnique Miguel." ucap Mark membuyarkan lamunannya.
"Ehhh... Aakku... Aaku tak tahu Mark. Aku tak tahu apakah perasaan ini masih banyak pada mu atau tidak" tutur Dominnique jujur dari dalam hatinya.
"Apa yang kau ragukan dari ku, Sayang? Saat ini aku bahkan membiarkan orang tua ku berkutat sendiri dengan keinginan nya dan menyusul mu kemari. Aku tak tertarik dengan wanita mana pun selain diri mu. Aku tak bisa melihat pria lain memiliki mu, menyayangi mu bahkan menyentuh tubuh indah mu ini, Dominnique" ucap Mark bertubi-tubi.
"Deg..."
Jantung Dominnique tiba-tiba terasa berhenti berdetak mendengar perkataan Mark barusan. Ia tak bisa membayang kan jika sampai Mark tahu dia dan Katty sudah menghabiskan malam pertama mereka di Madrid dengan melakukan persetubuhan konyol tersebut, lalu kemudian melakukan hal gila dengan menghajar atau bahkan membunuh pria misterius itu?
"Oh Tuhan, ini tak boleh terjadi." pikir Dominnique dalam hatinya. Akan tetapi belum juga Dominnique menjawab semua pertanyaan yang dilontar kan oleh Mark, pria itu sudah lebih dahulu mendaratkan bibir sexynya ke bibir Dominnique. Mark melumat bibir manis Dominnique dengan rakus. Pria itu sudah tidak sabar menanti jawaban dari Dominnique atas pertanyaannya. Ia kemudian berfikir untuk mencari jawaban atas segala kegundahan hati nya dari bahasa tubuh Dominnique. Hal itu juga ia lakukan agar Dominnique tahu bahwa apa yang sudah menjadi milik seorang Mark Rodriguez, tak akan bisa dimiliki oleh orang lain.
⚽️⚽️⚽️
"Ooouuugghhhh... Please..." rengek Dominnique setelah mereka berdua melakukan beberapa pergulatan foreplay panas tadi.
"Kau ingin ini, Sayang?" desah Mark sembari menggesek-gesekan kepala kejantanan lnya tepat di depan kewanitaan Dominnique yang di tumbuhi sedikit bulu-bulu halus.
"Masukiii akuu... Ku mohonnn..." racau Dominnique sembari memejamkan kedua matanya.
Mark terkekeh puas penuh kemenangan mendengar rintihan nikmat Dominnique saat ia mengesek ujung kejantanannya di kewanitaan itu. Akan tetapi Mark ternyata salah menerka.
Dominnique meracau dan menikmati setiap adegan foreplay dan adegan-adegan lainnya yang akan mereka lakukan nanti dengan membayangkan jika yang bercinta dengan dirinya saat ini adalah Ralph Sergio, lelaki misterius dari balik bilik kayu.
"Yeeeachhhh... Faaasssteeerrr... Beeeibehhh!" teriak Dominnique saat Mark sengaja memaju mundurkan kejantanannya dengan pelan di kewanitaan miliknya.
"Sabar, sayaaanggg! Aku suka melihat wajah mu seperti ini." ujar Mark sembari menikmati permainannya.
"Ssssttt... aaachhhh..."
"Ooouugghhh... Uuuuucchhh..."
Desahan demi desahan bergema diseluruh ruang kamar itu. Mark akhirnya memacu permainan nikmat itu dengan cepat. Ia pun mencapai orgasmenya, ia memuntahkan seluruh cairan kentalnya diwajah cantik si wanita. Sedangkan Dominnique berkali-kali mencapai orgasmenya dengan membayangkan permainan nikmat yang Pria Misterius itu berikan dalam bilik Crazy Fantasy. Mark terus saja memaksa Dominnique untuk terus bergulat panas di atas ranjang hingga beberapa kali. Dominnique pun hanya bisa pasrah sembari menikmati setiap kegiatan panas mereka berdua dengan bayangan percintaan konyol si pria misterius itu.
Sementara itu ditempat lain, Ralph mengumpat dan memaki-maki Madame Alice didepan Antonio yang sedang berada di Mansionnya.
"Wanita tua b******k! Lihat saja apa yang akan aku lakukan pada rumah m***m mu itu nanti" geram Ralph membanting tangannya yang sedang memegang selembar kertas.
"Hei! Tenangkan dirimi, Brotha! Ceritakan apa yang terjadi denganmu, hingga kau datang ke rumah ku dengan muka kusut mu itu, hem?" tanya Antonio tak mengerti dengan sikap Ralph barusan.
"Aku tidak kenapa-napa. Oh yah! Dimana Dominnique, Brotha. Bukannya ia sudah pulang dari Barcelona?" ucap Ralph yang berpura-pura bertanya pada Antonio tentang keberadaan Dominnique.
Ia sengaja menanyakan hal itu pada Antonio karena hasil dari selembar kertas data yang di beri kan oleh Madame Alice tadi tak menunjukkan nama Dominnique Miguel tertera disana. Hal itulah yang membuat ia naik darah pada seorang Madame Alice. Sebab ia telah mengorban kan dirinya untuk menjadi bahan pemuas nafsu hyper seks wanita tua itu, namun hasil yang ia dapatkan tak sesuai dengan harapannya.
"Apa kau sedang berkhayal tingkat tinggi, Ralph? Dominnique tidak ada di sini. Ia masih berada di Barcelona mengurus perkuliahannya, Brotha." jawab Antonio sedikit terkekeh.
"Hemmm... Begitukah? Aku pikir Dominnique sedang berada disini sekarang?" tanya Ralph kikuk.
"Lagi pula untuk apa kau mencarinya, Ralph? Bukankah dalam Crazy Fantasy kemarin malam itu kau kalah bertaruh dengan ku?" kekeh Antonio
"Kau!" teriak Ralph memperlihatkan wajahnya yang sudah merah padam.
"Hahaha... Kau kalah, Ralph. Kau bahkan mengerang hingga beberapa kali saat kau mendapat kan o*****e mu dengan perempuan yang sama." tawa Antonio semakin keras.
"Diam kau, Antonie! Cepat kau cari perempuan yang kemarin aku tiduri itu, Antonio Miguel! Cari dia di setiap sudut Kota Madrid ini. Bila perlu keseluruh Spain. Sebuah tatto berbentuk buluh terdapat dipinggul kirinya."
Kau yang membawa ku bermain dalam bilik Crazy Fantasy itu, jadi jangan perlihatkan wajah mu sebelum kau membawa perempuan itu kehadapan ku!" teriak Ralph frustasi lalu melengos pergi dari kediaman Antonio.