Bab 6 Harapan Terakhir Ruby 3

1902 Words
Perawat yang berdiri di depan pintu bersama seorang pria berpakaian hitam, tampak saling pandang sejenak dalam diam. Sang pria berjas hitam ala bodyguard ini mengedikkan kepala ke arah pintu, sebuah kode agar sang perawat memeriksa keadaan Ruby di dalam. Perawat itu kemudian mengintip sejenak, lalu menutup pintu kembali. “Dia hanya sedang menelepon, mungkin yang diajaknya telepon orang yang menyebalkan?” jelasnya, tertawa canggung, dan ditanggapi dengan sebelah kening dinaikkan oleh sang pria. Kembali kepada Ruby. Tangan dinginnya yang gemetar, mencoba sekali lagi sebuah nomor lain. Pupilnya yang menyusut kalut mencoba tetap terlihat tenang. Dia menarik napas dan menghembuskannya kembali, memejamkan mata beberapa detik agar akal sehatnya tetap waras. Kali ini yang dicobanya adalah nomor mantan suami keempatnya, Sagara Baskara. Seorang pengacara tampan dan berkharisma, irit bicara, dingin, dan sangat sukses dalam dunia hukum. Tipe pria dewasa yang memakai kacamata tebal dan terlihat super intelek dengan gaya rambut formal elitnya. Pria yang sekali bertemu, sudah membuat siapa pun jadi segan dan terintimidasi meski hanya diam saja. Namun, hubungan rumah tangga mereka tidak sesukses dengan karir sang pria yang super duper gila kerja. Pria itu menikahinya demi keuntungan pribadi semata karena status duda yang diincarnya. Ya! Benar! Dia menikahi Ruby hanya untuk mendapatkan status itu agar terbebas dari tekanan keluarganya dan bisa fokus pada pekerjaannya! Pria aneh dan gila! Tentu saja saat itu Ruby menerima tawaran menikah dengan Sagara Baskara dengan iming-iming imbalan uang yang tak sedikit. Dia terpaksa setuju. Keluarganya terlilit hutang lagi gara-gara terlibat dan masuk jebakan yang dibuat oleh mantan suami ketiganya yang adalah seorang pria super berengsek dan playboy, Andy Ozkana, pria yang berprofesi sebagai aktor dan model nomor satu di dalam dan luar negeri. Kenapa Ruby sampai mau menikah dengan Andy? Alasannya sama, yaitu butuh uang untuk keluarganya, dan Andy Ozkana adalah pria yang dulu sangat mencintai Ruby tapi ditolak mentah-mentah olehnya dengan penuh hinaan. Mereka setuju menikah dengan asas saling bantu. Di saat itulah Ruby dibodohi oleh Andy dengan memanfaatkannya habis-habisan untuk menutupi skandal dirinya yang membuat ayah pria itu murka karena membuat reputasi perusahaan mereka dalam bahaya. Sambungan telepon terus berbunyi sibuk. Ruby terus mencoba menghubungi Sagara, tapi hanya nada sibuk yang terdengar. Apakah dia keluar negeri lagi? Selama menikah, pria itu terlalu sibuk jadi pengacara internasional sampai saat mereka menikah dulu, dia bisa menghitung jari pertemuan mereka di rumah. “Sagara, angkat teleponnya!” gumam Ruby, berbisik gugup sembari menggigiti kuku ibu jarinya. Semakin keringat gelisah menunggu dengan tidak sabaran. Sagara Baskara sebenarnya adalah pengacara keluarga Andara di masa lalu saat mereka terkena kasus pelik, khususnya kasus Ruby yang terkait dengan Andy Ozkana. Setelah bercerai, mereka melakukan perjanjian perceraian dengan poin utama untuk tidak saling ganggu lagi di masa depan, tapi Ruby melanggar hal itu hari ini. Dia tahu kalau Sagara sikapnya lebih dingin daripada Aidan. Benar-benar es! Jadi, sangat mustahil meminta bantuan darinya. Memikirkannya saja adalah sebuah kesalahan dan kemustahilan yang luar biasa! “Sagaraaaaaa~ Tolong angkat teleponnya~ Aku mohon!” gugup Ruby, mulai gemetaran karena gemas. Suaranya bergetar seiring air matanya kembali meluruh. Sudah beberapa menit dia mencoba, tapi teleponnya tetap dalam mode sibuk. Dia pun akhirnya membeku, teringat satu hal penting. Sialan! Ruby lupa kalau mantan suami keempatnya itu adalah tipe yang tidak mau menerima telepon yang tak dikenal di nomor pribadinya! Sudah pasti akan diabaikan begitu saja! Merasa meneleponnya adalah metode sia-sia, Ruby segera mengetik pesan pendek untuknya, dan mengirimnya beberapa kali agar hatinya tenang. Dia pun menunggu beberapa menit sekali lagi, jantung berdebar kencang. Sayang, hanya keheningan yang didapatinya di ruangan serba putih itu. Mata Ruby gemetar menatap layar ponsel pintar sang perawat. “Sagara~ tolong aku sekali ini saja... Jangan seperti Aidan... aku mohon~~” isak Ruby perih, bibir gemetar hebat. Air matanya menetes-netes seperti mutiara putus. Karena tidak ada balasan, dia pun mencoba mengirimkan sebuah pesan ke alamat email pribadi dan kerjanya, tapi dia tahu butuh beberapa saat baru emailnya dibalas. Malah, sudah sangat beruntung kalau dibaca oleh pria itu sendiri. Berurusan dengan Sagara, tidak ada bedanya dengan sebuah taruhan! Sepuluh menit pun berlalu, tapi hasilnya tetap nihil. Hati Ruby tenggelam hebat, memucat kelam dan tak ada semangat hidup lagi. Kalau begini keadaannya, apakah dia harus minta tolong kepada Andy Ozkana? Mantan suami ketiganya? Mantan suami super sialan itu? Ruby menatap profil Andy di layar ponsel, bibirnya digigit gugup. Kedua tangannya tidak berhenti dingin dan gemetar. Sejujurnya, Ruby ingin menyerah saja, tapi dia masih belum tahu reaksi Andy, kan? Dengan modal nekat, dia pun mencoba menghubungi nomor pribadi pria itu. Andy Ozkana memang adalah seorang aktor dan model, tapi bisnis keluarga pria itu adalah grup yang berjalan di bidang keuangan dan investasi paling sukses di mata Internasional. Pria sialan itu sudah pernah memanfaatkannya sebagai kambing hitam atas skandal yang dibuatnya, bukankah dia tidak ada salahnya meminta balas jasa akan hal itu sekali saja? Meskipun kala itu Andy menikahinya juga karena ingin balas dendam atas penolakan cintanya di masa lalu, tapi apa yang diterima Ruby selama pernikahan dan setelah perceraian, dipikirnya sama sekali tidak sepadan! Bersama Andy kala itu, malah semakin menghancurkan reputasi Ruby di mata publik dengan memaksanya membuat skandal seolah-olah dirinya adalah perempuan murahan agar sang pria terlihat bersih dan suci. Hal itu juga bertujuan agar memperbaiki citra bisnis keluarga Andy yang hampir rusak gara-gara ulahnya sebagai aktor penuh sensasi. Dengan kata lain, Ruby dijadikan sebagai kambing hitam dan pengalihan issu akan semua masalah Andy di masa lalu. Rubyza Andara sangat benci kepada mantan suami ketiganya itu gara-gara semua jebakannya itu! Tapi, di dalam hatinya, kini yang paling dibencinya adalah Aidan Huo! Cinta pertamanya yang super kejam dan sangat keji! Dia tanpa rasa bersalah dan ragu-ragu mendorongnya jatuh dari tangga! Bukankah itu artinya Aidan ingin sekali melenyapkannya saking tak sukanya pria itu kepadanya? “Halo?” sahut sebuah suara semerdu lonceng, agak malas-malasan dan terdengar sedikit serak nan seksi. Sepertinya pria itu baru saja bangun, mungkin langsung menerima teleponnya tanpa mengecek siapa yang mengontaknya. Tubuh Ruby macet ketika mendengar suara pria sialan itu, menelan saliva susah payah seiring genggamannya pada ponsel diperkuat. “Andy?” balas Ruby super tenang, tapi wajahnya sangat gelisah. Keringat di punggungnya makin banyak. “Ruby?” Entah dia harus bersyukur atau tidak dengan kenyataan Andy mengenali suaranya. Hening sesaat, lalu Ruby mencoba membuka suara lagi, “A-apa kabar?” Sungguh basa-basi yang membosankan. Suara tawa mengejek terdengar di seberang telepon, “kamu sungguh Rubyza Andara? Mantan istri menyedihkanku itu?” DEG! Hati Ruby bagaikan ditusuk jarum panas, tangannya yang mengepal di atas pangkuan gemetar luar biasa. Pria di telepon ini adalah tipe manusia dengan otak super licik dan jahat. Sudah benar dia menolak cintanya di masa lalu! “Sayang... siapa yang menelepon...?” sebuah suara wanita super lembut dan halus terdengar di telinga Ruby. Hati Ruby membeku sesaat, matanya sedikit membesar. “Bukan siapa-siapa, hanya orang bodoh yang salah nomor. Tidurlah kembali,” balas Andy dengan suara sama lembutnya, terdengar penuh cinta dan kasih sayang. Suara kecupan mesra menutupi percakapan itu. Wajah Ruby tercoreng malu, meringis gelap dengan wajah terluka. Selama mereka menikah, meski pria itu dulu pernah mencintainya, tidak pernah sekali pun dia berlaku baik kepadanya. Dendamnya mungkin begitu dalam sampai hanya kekasaran dan perlakuan tidak adil yang diberikan kepadanya. Meskipun Andy menikahinya karena balas dendam dan untuk dimanfaatkan, mereka berdua tidak pernah melakukan kontak fisik apa pun. Ciuman saja tidak pernah! Tapi pria itu selalu menggodanya dengan sangat nakal dan genit. Tujuannya hanya satu, yaitu agar membangkitkan nafsu Ruby untuk membuatnya jadi wanita yang haus belaian. Tentu saja rencana Andy tidak berjalan lancar, malah membuat Ruby jadi pemberontak, sulit untuk dikendalikan. Dingin dan sangat menjaga jarak. Mungkin karena idenya tidak berjalan mulus, ditambah sangat kesal, maka aktor berengsek itu merancang ide untuk semakin merusak reputasinya yang sudah jelek. Ruby mengabaikan percakapan kedua orang itu, lalu mencoba berbicara baik-baik. “Andy—,” “Mau apa meneleponku?” potongnya dingin, acuh tak acuh, “jangan bilang kalau kamu mau minta uang lagi? Apa kamu begitu sangat murahan dan masokis berada di sisiku untuk disiksa terus? Kecanduan, ya? Maaf, slot sudah penuh. Rubyza Andara sudah tidak bisa masuk dalam daftarku untuk selamanya. Kamu sudah tidak ada menariknya sama sekali. Bekas yang sudah dipakai oleh banyak pria dan gila harta sepertimu, sudah sepantasnya tidak mendapatkan cinta apa pun. Tempat sampah lebih cocok untukmu. Bukan, begitu? Hahaha!” Tut tut tut.... Jantung Ruby membeku dingin. Dia bagaikan disambar petir tepat di wajahnya. Dunia wanita ini bagaikan jungkir balik sekali lagi. “A-andy? ANDY?! HALO?! HALOOO?!!” Wajah Ruby sudah pucat pasi seperti mayat, semakin gemetar sekujur tubuh. Bukan karena rasa takut seperti tadi, melainkan amarah yang naik ke ubun-ubun! Berengsek! Apa-apaan semua orang mengecapnya wanita mata duitan dan gila harta?! Dengan menggertakkan gigi penuh amarah dan kebencian, nomor itu kembali dihubungi olehnya, tapi hanya suara operator wanita yang menjawab, pertanda kalau teleponnya dimatikan dengan sengaja. “ANDY OZKANA!!! KAMU SUPER BAJINGAAANN!!!! MENYEBALKAAANN!!! AKU BENCI KAMU, PRIA KOTOOOR!!!” jerit Ruby menggila, memekik nyaring super tinggi di udara sembari menatap layar ponselnya dengan wajah menggelap mengerikan seolah-olah sudah benar-benar ingin membunuh seseorang saja. Suara ribut itu membuat kedua orang di depan pintu panik buru-buru masuk ke dalam ruangan, kontan saja langsung terkejut melihat Ruby melempar semua apa yang ada di atas meja nakas sebagai pelampiasan hatinya. “Mba! Mba! Jangan mengamuk! Tolong tahan diri Anda!” bujuk sang perawat panik, menghentikannya untuk mencabut selang infus, dan di sebelahnya sang penjaga tengah menghubungi seseorang melalui sambungan telepon dalam mode serius dan tegang. Selang beberapa menit Ruby tenang sedikit, meski masih tampak terpukul dengan perlakuan buruk yang diterimanya, dia mencoba kembali mempertahankan kewarasannya. Ponsel sang perawat masih berada dalam genggamannya. Dia... dia mungkin bisa mencoba meminta bantuan kepada ayahnya, kan? Belum dicoba, mana tahu hasilnya? Wawancara di TV yang dilihatnya sebelumnya, mungkin saja tidak sepenuhnya benar. Mungkin saja ayahnya hanya berkata begitu agar menjaga reputasi perusahaan mereka yang baru saja membaik, kan? Bukankah dia telah menikah dengan Alaric Jiang dari keluarga kaya raya? Ayahnya seharusnya membelanya sedikit meski tidak ada ketulusan di dalamnya! Kalau kehilangan menantu hebat seperti Alaric, bukankah itu adalah kehilangan yang besar? Air mata Ruby meluruh kembali, membasahi wajah merahnya yang sembab dan kacau. Suara isak tangisnya terdengar pilu samar-samar. Kening dikencangkan, wajahnya penuh tekad sekali lagi! Ini adalah harapan terakhirnya. Benar-benar harapan terakhirnya! Saat sambungan itu berhasil meraih lawan bicara di seberang sana, suara dingin dewasa dan berat kebapakan terdengar. “Halo?” Lidah Ruby sangat kelu. Semenjak menikah dengan Alaric, dia tidak pernah bertemu dengan keluarganya lagi. “A-ayah....” ucapnya gugup. Hening. Ruby keringat gelisah, kedua telapak tangannya dingin. “Ruby?” Wanita dengan kepala diperban ini segera mengangguk cepat seperti orang bodoh. Kedua bola matanya memancarkan harapan. Biar bagaimana pun naik-turun hubungannya dengan keluarga Andara, dia tetaplah anak kandung mereka, bukan? Sekalipun sudah diusir begitu kasar, buktinya ketika Alaric melamarnya, ayahnya sangat antusias menyambutnya. Jika dia menjelaskan kepada ayahnya, mungkin bisa meyakinkannya untuk membantunya menjelaskan salah paham yang menimpanya! Ya! Benar! Tidak boleh menyerah! Ayah dan anak punya kekuatan tak terlihat yang tak bisa diabaikan, bukan? Tidak ada masalah soal wawancara di TV yang tidak mengakuinya itu, setidaknya kalau ditolong diam-diam, dia sudah bersyukur! Belum sempat Ruby mengutarakan niatnya, sang ayah segera melanjutkan kalimatnya dengan nada tak menyenangkan, “kamu di mana sekarang? Segeralah menyerahkan diri, Ruby. Tingkahmu sudah semakin di luar batas. Apa kamu tahu kesulitan apa yang kami hadapi dari Alaric dan Aidan? Jika kamu tidak menyerahkan diri juga dalam kurun waktu 24 jam, jangan menyesal!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD