“Tidak! Tidak! Bukan aku! Bukan aku pelakunya!”
Rubyza Andara berteriak histeris seperti orang gila ketika kedua lengannya diseret paksa oleh dua polisi pria.
Teriakan kencang dari wanita berparas sangat cantik itu pecah di udara, menulikan orang-orang yang mendengarkannya.
Langit malam yang mendung seolah ikut berduka cita atas apa yang sedang menimpanya.
Lampu flash para reporter menghujani tubuh menyedihkan wanita ini.
Walaupun berpakaian mahal dengan gaun warna merah muda lembutnya, tapi sudah kusut dan kotor.
Itu karena sejak tadi, Rubyza Andara sudah berlutut lama di depan gerbang mansion, menunggu sang suami mendengarkan penjelasannya. Tapi, pria itu terus mengabaikannya, dan hanya berdiri di depan jendela kaca tinggi. Raut wajahnya di balik tirai sangat dingin dan datar menyaksikan sang istri dipermalukan di depan banyak orang.
Ruby tidak berhenti untuk memohon, dia mengguncangkan tubuhnya kuat-kuat menolak untuk diseret, tidak peduli dengan keributan orang-orang di sekitarnya.
“Suamiku! Suamiku! Percayalah! Bukan aku pelakunya! Aku tidak mungkin ingin membunuhmu! Lepaskan aku! Lepaskan aku! Kalian salah menangkap orang!”
Tindakan kejam suaminya yang mengabaikannya seperti orang asing, benar-benar sangat tidak masuk akal!
Air matanya meluruh dahsyat dengan rasa panik menggigit otaknya. Dia yang dulunya terkenal sangat pintar, seketika saja tidak bisa berpikir apa pun selain meronta dan berteriak nyaring seperti orang bodoh.
Ketakutan merangkak naik ke dadanya, dan membuat semua darah Ruby mendingin. Walaupun kedua kaki dan tangannya terasa lemas oleh kejadian mengejutkan tiba-tiba ini, dia masih mencoba tegar dan tidak menyerah. Masih tidak bisa percaya dengan apa yang menimpanya.
Tubuhnya sekuat tenaga menahan seretan kedua polisi di kedua sisi tubuhnya, lampu flash dengan kejamnya terus mengambil gambar dirinya yang memalukan.
Tentu ini adalah berita yang sangat bagus dan sangat dijamin akan langsung trending di media sosial!
Wajah Ruby memucat kelam, darah surut di wajah cantiknya hingga terlihat bagaikan mayat berjalan.
Semangatnya masih belum redup. Dia kembali berjuang demi keadilan untuk dirinya sendiri.
Itu adalah haknya!
“Aku mencintaimu, suamiku! Aku sangat mencintaimu, Alaric Jiang!” teriaknya histeris, dia mencoba mendorong para polisi untuk lepas darinya, tapi tidak berhasil.
Suara jeritan putus asanya kembali memekik lantang di udara, membuat bulu kuduk siapa pun yang mendengarnya merinding hebat.
“Aku tidak bersalah! Tidak bersalah!”
Namun, mau sekuat apa pun Rubyza Andara berteriak, tidak ada yang mau mendengarkannya.
Semua orang yang mendatangi tempat itu dengan sengaja hanya memiliki satu tujuan, yaitu demi melihat wanita cantik setara supermodel kelas dunia itu ditangkap. Mereka memberikan reaksi macam-macam. Ada yang mencacinya diam-diam, ada pula secara terang-terangan.
Ruby tidak menyerah, begitu hampir dimasukkan ke dalam mobil polisi, dia mendapat kesempatan untuk melepaskan diri.
Dengan cepat dia menyundul dan menggigit para polisi yang tengah memeganginya.
Semua orang terkejut!
Kamera dengan flash mereka mengikuti arah berlarinya yang dikejar oleh para polisi di belakang.
“Alaric! Alaric! Tolong dengarkan aku! Ini semuanya salah! Salah!”
Ruby sampai di teras depan, memukul-mukul pintu dengan tangannya, sangat panik dan hatinya gemetar. Tubuhnya berguncang, kedua kaki dengan tidak sabarnya dihentak-hentakkan gelisah secara bergantian bagaikan anak kecil. Air mata terus mengalir membasahi pipi lembutnya.
Beberapa detik kemudian, ketika para polisi tadi hendak menangkapnya kembali, pintu utama mansion mewah itu terbuka.
Kelegaan menyiram hatinya. Tapi, seketika muram dengan sangat cepat. Hawa dingin menusuk hati Ruby.
Pria yang dipikirnya sangat mencintainya, ternyata sudah berubah hanya dalam sekejap mata.
Alaric Jiang menatapnya dingin. Tatapannya penuh dengan kebencian. Sama sekali tidak ada tanda-tanda atau jejak di dalam pria itu pernah mencintainya begitu tulus.
“Alaric...” gumam Ruby berbisik rendah dengan nada setengah putus asa, air matanya meluruh dalam diam.
Ini adalah pernikahan kelimanya setelah melalui 4 pernikahan dengan 4 pria berbeda.
Dipikirnya, pria yang berdiri di depannya ini semuanya berbeda dari mereka berempat.
Dipikirnya, dia adalah cinta sejatinya, pria yang pantas mendapatkan cintanya yang selalu disia-siakan dan diremehkan oleh cinta pertama yang dicintainya.
Tapi, ternyata dia salah. Salah besar!
Kesadaran menarik Ruby kembali pada kenyataan ketika melihat pakaian formal yang dipakai oleh sang suami. Jas putih indah dan mahalnya, membuat aura sang suami bersinar dan terlihat sangat menawan. Tampan dan elegan. Begitu tinggi bagaikan Ruby seonggok kotoran yang tengah menengadahkan kepalanya ke langit indah bertabur bintang gemerlap. Hanya bisa dilihat, tidak boleh disentuh.
Perasaannya langsung tidak enak.
“Ka-kamu mau ke mana, Alaric?” tanyanya gugup, pikirannya tiba-tiba kacau.
Dia berdiri bagaikan orang bodoh di depan pria tampan dan dingin itu, tapi sang pria tidak menjawabnya, hanya melirik ke arah para polisi dan berkata datar tanpa perasaan, “kenapa berdiri saja di situ? Bawa dia.”
Kedua bola mata Ruby membesar syok, segera meraih sebelah lengan sang suami.
“Aku tidak bersalah! Ini salah paham! Alaric! Aku tidak mungkin mau mencelakaimu! Kamu tahu aku sangat mencintaimu, kan?!”
Pria itu mengabaikannya, malah menghempaskannya hingga jatuh terduduk ke lantai.
Ruby syok! Tertegun dengan hati bagaikan diiris-iris.
Dia memperlakukannya kasar? Kenapa?
Awalnya, dua hari sebelumnya, Ruby mengira sikap dingin sang suami ketika tuduhan percobaan pembunuhan dialamatkan kepada dirinya, hanya murni karena rasa syok sang suami semata, tapi sepertinya tidak begitu.
“Alaric!”
Ruby menggertakkan gigi, meraih sebelah kakinya dengan cepat, menghentikan pria itu berjalan menjauh darinya.
Dia sudah berlutut di halaman selama hampir 3 jam, tidak bisa menyianyiakan kesempatan ini!
“Aku mohon! Aku mohon! Dengarkan aku dulu!” pinta Ruby penuh isak tangis.
Dari jauh, para reporter bergegas berlarian untuk menangkap gambar menarik itu.
Para polisi yang ada di sana, tidak bisa bergerak banyak karena wanita itu seperti orang gila yang kerasukan, dan aura Alaric sangat menekan siapa pun meski hanya berdiri di sisinya. Lebih-lebih lagi, kini fokus mereka harus menghalangi para reporter yang mulai terlihat mengganggu.
Alaric yang berdiri tinggi, menatap dingin kepada sang istri di lantai, suaranya dingin dan tajam, “hentikan kebodohanmu ini, Ruby. Jika kamu mau bekerjasama dengan polisi, mungkin aku tidak akan memberatkan tuntutan kepadamu.”
Usai berkata demikian, Alaric menghempaskan tubuh Ruby sekali lagi, dan bergegas meninggalkannya menuju sebuah mobil hitam yang baru saja memasuki pekarangan luas itu.
Ruby panik, otaknya seperti terbakar! Dia pun dengan segera menyusulnya meski jatuh bangun karena tubuhnya mulai terasa lemas dan kelelahan.
“Alaric! Alaric! Kenapa kamu tidak percaya kepadaku?! Aku sangat mencintaimu melebihi apa pun di dunia ini! Kenapa kamu memperlakukanku tidak adil!”
Alaric hampir saja memasuki mobil, tapi segera Ruby muncul untuk menghentikannya. Menarik pintu mobil, dan membalik paksa tubuh sang suami. Napas Ruby terputus-putus, suara tercekat dan mulai terasa sakit. Keringat dingin menghiasi wajahnya.
“Alaric! Apa kamu tidak ingat semua hal manis kita bersama? Bagaimana bisa kamu berpikir aku hanya ingin mengincar hartamu? Bagiku, kamu adalah orang yang paling berharga di dunia ini!”
Hati Ruby meradang, dia masih belum bisa menerima kenyataan pahit ini.
Wajah Alaric menggelap bagaikan awan mendung, kekejaman muncul di mata hitamnya yang tenang.
“Sudah cukup bohongnya?”
“A-apa?!”
Ruby merasa salah dengar.
“Bo-bohong apa maksudmu? Aku tidak pernah berbohong kepadamu!” pekiknya tertahan, mencoba meraih lengan sebelah sang suami. Ada ‘nyut’ di hatinya, membuatnya terasa lemas kehilangan tenaga.
Alaric menampilkan raut wajah jijik, menatapnya penuh hina.
Suaranya datang bagaikan pisau dingin yang tajam, “menikah 4 kali, bercerai 4 kali.”
Ruby tertegun kaget.
Wanita ini tergagap dengan bibir sulit untuk digerakkan normal. Kedua pupilnya bergetar sedih dan linglung.
Dirinya memang sudah menikah 4 kali, dan 4 kali pula bercerai sebelum menikah dengan pria di depannya ini. Tapi, semua pernikahannya itu sangat kacau dan tidak benar!
Lagi pula, dulunya Alaric sendiri yang bilang kepadanya kalau masa lalunya bukanlah masalah besar. Tidak perlu menceritakannya, dan menyuruhnya fokus dalam membangun cinta mereka semata.
Kenapa baru sekarang membahasnya?
“Sudah cukup sandiwara memuakkanmu. Ikuti semua prosedur hukum, dan jangan membuatku semakin marah,” desisnya, mendorong Ruby menjauh dari pintu mobil.
Ruby menggelengkan kepala cepat-cepat, panik bukan main.
“Tidak ! Kamu salah paham! Kamu sendiri yang bilang tidak perlu membahas masa lalu kita berdua, kan? Kenapa baru membahasnya sekarang? Memang benar aku sudah menikah 4 kali, tapi semua pernikahan itu tidak bermakna sama sekali!”
Alaric mendengus geli, tampak jijik.
“Benarkah? Bagaimana dengan pernikahan pertamamu? Bukankah seluruh dunia tahu kalau kamu sangat mencintai dia? Mengejarnya siang dan malam? Ataukah, kamu seperti itu pada semua pria? Lalu mengeruk hartanya? Aku menyesal mengenalmu, Rubyza Andara.”
Ruby sangat terpukul melihat wajah penuh hina dari suami tercintanya itu. Nada suaranya bagaikan goresan silet di hatinya. Sangat perih.
Benar. Itu juga benar.
Pernikahan pertamanya memang bersama cinta pertamanya. Pria yang dicintainya begitu gila hingga merendahkan harga dirinya sebagai wanita. Tapi, dia tidak pernah menduga kalau Aidan Huo adalah iblis yang berjalan di muka bumi ini. Dia menghancurkan dirinya bersama dengan pernikahan mereka di masa lalu.
Ketika dia sudah merasa menyerah dengan pernikahan keempatnya, Alaric Jiang muncul dalam hidupnya. Menerimanya apa adanya dengan begitu tulus tanpa perlu menjelaskan dirinya. Maka dia pun perlahan membuka diri dan mulai merasa jatuh cinta seperti dulu lagi. Merasa cintanya kali ini jauh lebih indah dan manis. Tapi, rupanya sekali lagi hanyalah fatamorgana.
Dipikirnya, karena Alaric yang baru datang dari luar negeri dan tidak begitu mengikuti kabar tentang dirinya, adalah pria gentleman dan sangat lembut. Sangat pengertian, sangat dewasa, pemikirannya berbeda dari yang lain.
Tidak mendapatkan Aidan Huo, maka tidak masalah bersama dengan pria sepertinya asalkan dia bahagia, bukan?
Tapi, kenapa begini?
Kenapa begini?!
Rasa sakit menusuk tajam hadir kembali menyiletnya dari dalam. Air matanya kembali tumpah.
Dengan susah payah dia memberikan hatinya yang terluka, tapi hanya untuk disakiti kembali.
“Sayang, cepatlah. Pestanya sebentar lagi akan dimulai.”
Rubyza Andara yang terbodoh segera menegakkan pandangannya, mendorong Alaric untuk melihat sumber suara dari dalam mobil.
Tubuhnya mendingin hebat, pucat bagai mayat, tubuh kaku bagai kayu. Isi kepalanya seketika menjadi berat.
Paula Mahameru!
Bukankah dia adalah sahabat Alaric? Kenapa dia memanggil suaminya dengan sebutan sayang?
Mata Rubyza Andara melirik cepat penuh tuduhan ke arah sang suami dengan tatapan tidak percaya.
Keheningan jatuh di antara kedua pasangan suami-istri ini. Keduanya saling pandang dengan sorot mata berbeda. Ruby menatapnya marah dan kecewa, sedangkan Alaric tampak tenang dan begitu dingin.
Ini tidak adil!
Di dalam mobil, wanita bergaun merah seksi itu tersenyum licik, mendekat dengan gaya centil yang genit, suaranya sangat seksi menggoda, “sayang, jangan terlalu mendekat kepadanya lagi. Sudah kubilang kamu itu terlalu baik, makanya gampang ditipu olehnya.”
Paula Mahameru meraih sebelah lengan Alaric, memeluknya erat terang-terang dengan mesra di depan Ruby. Pemandangan itu menusuk mata sang istri. Dalam hatinya terdengar ada yang retak. Panas dan menusuk.
Dunia seolah-olah jatuh di sekitar Ruby.
“Alaric.... kamu—”
Ruby menatap suaminya dengan tatapan tidak percaya. Kata-katanya tersumbat di tenggorokan. Berharap semua tidak benar.
Sekujur tubuh Ruby menggigil dengan perasaan sulit untuk dijelaskan, rasanya dia mengecil dan ingin menjerit lebih histeris daripada sebelumnya.
Dunianya mungkin belum runtuh saat tuduhan salah mengarah kepadanya, tapi saat menyadari suaminya dan sahabat pria itu ternyata memiliki hubungan spesial, hatinya seperti ada yang mati.
Bagaimana mungkin?
Bagaimana mungkin pria yang dikenalnya sangat lembut dan romantis penuh cinta bermain belakang dengan wanita lain selama ini? Lebih-lebih dengan wanita yang katanya hanya sahabat semata dan tidak ada perasaan khusus terhadapnya? Dia bahkan mati-matian meyakinkannya di masa lalu dengan banyak cara. Sekarang?
“Sayang... ayolah.... cepat kita ke hotel itu. Di sana, kebetulan adalah tempat tinggalku, jadi kita berdua bisa sekalian istirahat ‘hanya berdua’ setelah pesta selesai.”
Kata ‘hanya berdua’, sengaja ditekankan olehnya dengan sangat nakal. Ini membuat otak Ruby bagaikan terpanggang hingga hangus.
Sejauh apa hubungan mereka berdua?
Dia sendiri sebagai istri, belum pernah melakukan kontak fisik yang melewati batas dengan suaminya!
Pandangan Ruby mulai kacau, pupil gemetar tidak fokus. Dengan bibir gemetar, dia menatap sang suami yang begitu dingin dan tanpa rasa bersalah sedikit pun di depannya.
“Sejak kapan?” bisik Ruby lemah, air matanya meluruh dengan nada dadanya naik turun. Menatap sang suami tanpa kedip. Bibir gemetar.
“SEJAK KAPAN KAMU BERSAMA DENGAN WANITA JALANG ITU, ALARIC?!” jeritnya marah, dan mulai memukul-mukul dadanya yang bidang dengan gilanya, membuat jas putih formal pria itu mulai kusut.