When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Cup "Emmhh," Gabby menggeliat saat bibirnya bertemu dengan sesuatu yang kenyal. Sean melepaskan ciuman nya dengan paksa, lalu kembali menenggelamkan kepalanya Gabby sambil menggosok rambut dan seluruh wajah Gabby. Sean langsung menarik kembali tubuh Gabby dan menggendongnya, membawa tubuh basa Gabby duduk di wastafel dengan menghadap ke arahnya. "Katakan, di bagian mana saja tubuhmu yang disentuh p****************g hah?" Tanya Sean dengan memberi tatapan yang menusuk sampai kedalam dalamnya mata Gabby "Apa aku se benci itu sama pak tua, kenapa wajahmu mirip sekali dengan pria yang menjadi musuh terdalam ku, tapi kamu tidak kalah tampan dari pak tua ku, hahaha." Gabby berceloteh sendiri seperti bercerita dengan payung karena Sean diam saja "Apa kamu membiarkan pria lain menyentuh ini?"