“Kamu mau ke mana lagi, Dim? Bukankah kamu sudah dipecat dari bank dan toko mebel pun sudah sepi?” Ibu Mirna kembali mengomel. Ia menatap sebal Dimas yang melangkah buru-buru keluar dari kamar. Tangan kanan Dimas berusaha menjejalkan dompet dan juga ponsel ke saku sisi kanan celana cino panjang yang membuat penampilannya jauh lebih rapi, daripada ketika mereka masih berada di rumah sakit. Dimas yang baru saja keluar dari kamarnya, berangsur balik badan hingga membuatnya mendapati sang mamah yang langsung ia tatap dengan saksama. Di depan pintu kamar ibu Mirna yang tidak tertutup rapat, ibu Mirna yang duduk di kursi roda dan memang akan menghabiskan waktunya menggunakan alat bantu tersebut, menatap Dimas dengan kemarahan yang menyala. Tatapan yang sudah menjadi pemandangan tunggal semenjak