Harus mengatur strategi, itulah yang terus Kenanga tegaskan pada pikirannya. Semuanya telanjur terungkap, nasi telah menjadi bubur. Meski pak Mustakim mungkin tak memiliki fisik idaman karena pria itu terlalu tua, pak Mustakim masih memiliki harta yang mampu menopang sekaligus menjamin kebahagiaan Kenanga. Tak peduli apa kata orang-orang nanti. Tak peduli pada ibu Mirna yang mungkin akan makin menggila, juga ... tak peduli pada Dimas yang masih mendiamkannya. Mengendus kesal dan terus melirik emosi pak Mustakim, Kenanga mantap dengan keputusannya. Awas kamu ibu Mirna. Akan aku buktikan bahwa aku memang madu idaman seperti anggapanmu. Jangankan kamu, Arunika yang masih muda sekaligus cantik saja bisa aku tendang! Terimalah pembalasanku! Batinnya. Ia melepas sarung pak Mustakim yang masih m