“Jangan lupa sarapan, Mas.” Arunika menatap dokter Arland penuh kepedulian. Ia masih mengangsurkan kantong pecel lontong yang ia siapkan khusus untuk dokter Arland, pada yang bersangkutan. Dokter Arland menatap ragu sekaligus bingung pada Arunika dan juga pecel lontongnya, tanpa menerima apa yang wanita itu angsurkan kepadanya. “Kamu mau bantu aku jaga istriku? Pastikan dia tidak kepanasan, kedinginan, apalagi kehujanan. Aku akan memberimu upah yang setimpal!” Mata sayu dokter Arland menatap Arunika penuh keyakinan. Namun, setelah ia menatap Arunika lebih teliti, ia merasa salah sasaran. “Sepertinya kamu masih di bawah umur ....” Ia kembali tak bersemangat, padahal tadi ia sempat menggantungkan harapannya pada wanita muda di hadapannya. Wanita muda yang membuatnya sempat bingung rasa hany