When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Umi tengah sibuk dengan desain barunya, senyumnya merekah saat melihat desain yang ada di tangannya kini. Warna-warna pastel yang sederhana membuat dirinya yakin kalau desain yang dibuatnya akan memenangkan lomba kali ini. Setelah yakin dengan karyanya itu, kini Umi memasukkan dua lembar kertas itu ke dalam sebuah plastik agar karya itu tidak rusak, lalu memasukkannya lagi ke dalam map yang sudah bertuliskan nama, alamat dan nomor telepon Umi yang baru. Nomor telepon yang hanya dirinya yang mengetahui, tidak untuk Gibran karena ia merasa Gibran bukanlah pegangan, apalagi pasangan untuk meraih mimpi. Jadi, ia putuskan meraih mimpinya sendiri. Dihembuskannya napas perlahan dan tersenyum lagi. Ponsel dengan nomor yang diketahui oleh Gibran kini dibiarkan tidak aktif. Ia sudah pasrah dengan