Bard menyandarkan punggungnya di tembok. Sesekali pria itu menatap pintu di sampingnya. Dengan doa yang ia panjatkan diam diam. Pria itu berharap wanita didalam sana mau keluar dan memaafkan dirinya. Bard tidak tau. Bahwa Nadia pernah keguguran. Bard tak pernah mau mendengar apa yang Nadia katakan. Bard kira, jika dirinya tak perduli pada Nadia. Semua akan lebih baik, daripada dia memberi harapan palsu untuknya. Namun ternyata, salah. Semua malah menjadi sangat buruk. PRANG Bard menoleh kaget, lalu pria itu menendang pintu dengan tenaga besarnya. Bard langsung berlari menghampiri Nadia yang tengah memungut pecahan gelas sembari sesenggukan. "Biar aku saja." Nadia langsung menjauh. Membiarkan Bard mengambil pecahan kaca itu. Pikirannya kosong. Matanya sembab. Sedari tadi ia tak