O N E
"s**t!!!" Umpat Amber tanpa sengaja. Ia menarik rambutnya pelan, frustasi melihat tampilan Camila. Memang gadis itu cantik, tapi kenapa harus berpakaian seperti itu untuk ke Club malam?
Camila berputar, "kenapa kau terlihat kaget? Ada yang salah dengan pakaianku?" Tanya Camila.
Anne melongo, mengangguk dengan mulut yang masih terbuka.
"Lihat kami, lihat pakaian kami." Ucap Amber.
Camila mengangguk ragu, "yeah, pakaian kalian em ..., cukup menggoda."
Anne menjentrikan jarinya, membuat Amber dan Camila kaget. "Itu dia, kau harus berpenampilan cantik dan menggoda."
Camila memutar bola matanya,ia duduk di salah satu sofa apartemennya. Camila memang tinggal sendiri, semenjak ibunya menikah lagi dengan seorang pengusaha sukses asal Milan.
"Aku tak punya pakaian seperti itu," ucap Camila santai. "Sudahlah, yang penting aku ikut."
Anne menggeleng, ia membawa hasil belanjaannya tadi siang karena tahu Camila akan berpakaian seperti ini. Camila mengernyit, mendekati belanjaan yang di bawa oleh Anne.
"Apa ini?"
"Pakai itu, aku belikan untukmu." Kata Anne bangga.
Camila terkekeh, "tak perlu Anne, aku baik baik saja memakai pakaian seperti ini."
"Yang ada kau akan di ejek bodoh," celetuk Amber kesal melihatnya. "Berhenti berbicara dan coba lah."
Camila mendelik, berdiri dan berjalan menuju kamarnya. 10 menit cukup untuk Camila berganti pakaian menjadi dress yang lumayan seksi menurutnya.
"Guys," panggil Camila pelan.
Kedua temannya yang sedang menscroll i********: itu menoleh kompak. Sontak kedua orang itu berdiri menghampiri Camila.
"Astaga Cami, kau cantik sekali memakai dress ini." Amber terpukau, wanita itu memutari Camila takjub.
Anne mengangguk, "tak kusangka pilihan Regan cocok untukmu." Kata Anne menyebut salah satu pacarnya.
"Regan? Siapa lagi dia?" Heran Camila.
"Pacarku," balasnya enteng.
Camila bergerak risih, "apa ini tak terlalu terbuka? Aku risih punggungku terpampang nyata."
Anne dan Amber menggeleng, "kau cantik sungguh, ayo berangkat."
**
Camila berjalan lunglai ke arah toilet, ia beberapa kali menolak godaan dari beberapa pria yang ingin mengajaknya bermalam. Setelah membuka bilik toilet, Camila duduk di kloset. Menghela nafasnya pelan, sepertinya ia hanya meneguk 2 gelas vodka. Tapi kenapa efeknya sedahsyat ini?
Camila tersentak kaget, kala suara pintu toilet tertutup dan ia rasa di kunci di dalam. Saat camila hendak keluar, ia mendengar suara yang membuatnya merinding.
"Ahh ... faster," kata si wanita saat si pria menusukan miliknya dari arah belakang.
Camila menegang, ia mengintip dari bilik toilet. Mata Camila melebar kala melihat bukan hanya 2 orang di sana melainkan 3 orang. Membekap bibirnya, Camila melihat Seniornya ada di sana. Ia tengah tertawa puas sambil mengarahkan camera ke arah kedua orang yang tengah bercinta tanpa malu itu.
Menggeleng, Camila mulai mual saat si pria itu menunduk di depan milik si wanita dan membuka pahanya lebar lebar. Lalu bermain di v****a si wanita. Membuat Camila bergerak mundur tanpa tau ia salah langkah dan terjatuh.
suara terjatuh seseorang membuat mereka yang tengah beraktifitas berhenti.
"s**t! ADA ORANG!" Teriak si wanita buru buru membenarkan pakaian minimnya.
"Aku akan cari kamar," umpat si pria mengangkat si wanita pergi dari toilet.
Sedangkan pria satunya lagi menyugarkan rambutnya kesal, "sialan! Siapa sih?" Pria itu berjalan menghampiri bilik Camila.
Pria itu mengetuk bilik Camila tidak sabaran, "buka atau ku dobrak?" Ancam pria itu.
"aku tak melihat apapun, sungguh." Camila gelagapan panik.
Pria itu tersenyum miring, jelas sekali wanita itu berbohong.
"Buka sekarang, atau ku--"
"Ma-maaf, aku tak akan membocorkannya." Ucap Camila menunduk saat ia sudah membuka bilik toilet.
Pria itu menunjukan smirknya mengangkat dagu Camila agar melihat ke arahnya.
"Mundur," perintah pria itu.
Reflek Camila mundur karena pria itu maju.
"kau mau a-apa?" Tanya Camila gugup saat pria itu memunggunginya hanya untuk mengunci pintunya kembali.
Wajah datar pria itu membuat Camila takut, padahal saat di kampus Camila ingat betul pria itu sangat suka tersenyum.
"Coba tebak," pria itu menggeser tubuh Camila dan duduk di kloset, "apa yang akan di lakukan jika wanita dan pria berada di toilet?"
Camila menggeleng takut, buru buru ia berbalik tapi kedua tangannya di tarik oleh pria itu membuat Camila duduk di paha pria itu.
"Lihat? Milikku bahkan mengeras saat kau duduki." Kata pria itu.
Camila berdiri, namun lagi lagi pinggangnya di tahan oleh si pria.
"Te-temanku mungkin sudah mencari ku." Alibi Camila.
Pria itu tertawa, "aku yakin teman temanmu sedang mendesah keenakan di salah satu kamar di club ini."
Camila mulai gelisah, memang benar kata pria itu. Anne dan Amber tadi izin sebentar dan Camila tau itu tidak akan sebentar karena kedua orang itu membawa pasangan.
Tangan besar pria itu menggerakkan dagu Camila agar melihat ke arahnya, dan saat Camila menoleh, bibir kenyal pria itu sudah mendarat di bibir Camila.
Camila melebarkan matanya kaget, memukul mukul pundak pria itu.
"lepaskan," ucap Camila disela sela ciuman mereka.
Tangan kanan pria itu menekan tengkuk Camila, dan tangan satunya lagi berusaha menyibakan rok yang di kenakan Camila.
Camila berhasil menjauhkan bibir mereka, matanya menatap tajam pria di hadapannya. Ia marah. Tangan kanan Camila terangkat menampar pipi kiri pria itu sampai kepala pria itu tertoreh ke samping.
Berdiri, Camila merapihkan pakaiannya dan hendak membuka bilik toilet. Tapi lagi lagi, pria gila itu memeluknya dan mengangkatnya ke atas bahu. Membuat Camila melotot kaget dan memukul mukul punggung pria itu.
"Sialan, kau sudah membangunkan juniorku tapi tidak ingin bertanggung jawab?" Ucap pria itu, keluar dari toilet, menuju kamar yang tadi ia pesan.
·͜·♡
Camila terhempas ke belakang kala pria yang mengangkatnya tadi menjatuhkan tubuh Camila di atas ranjang. Kamar tersebut remang-remang dan membuat Camila takut.
Bergerak mundur saat Camila lihat orang itu naik ke atas ranjang. Camila memekik kaget, kakinya di tarik mendekat.
"B-b******k, berhenti!" Umpat Camila, melepaskan tangan pria itu di kakinya.
"Kau harus bertanggung jawab, mengerti?" Rahang pria itu mengeras.
Camila menggeleng, air matanya sudah mengalir deras, "tanggung jawab apa sialan??"
Pria itu terkekeh, "kau hanya perlu mendesah dan membuka lebar pahamu. Sisanya aku yang akan mengambil alih." Ucap pria itu menyeringai.
Camila menggeleng keras, ia berbalik untuk melarikan diri. Tapi pria itu justru naik ke atas tubuh Camila, mengangkat dress hitam yang ia kenakan sampai ke perut.
"APA YANG KAU LAKUKAN, MINGGIR b******k!" Camila berusaha menyingkirkan Pria itu dari atasnya.
Tapi karena tenaga pria itu kuat, Camila hanya bisa menangis.
Ia tak mau keperawanannya di ambil seperti ini, ia tak kan sudi.
Satu tangan pria itu menarik kedua tangan Camila ke atas agar wanita itu tidak meronta ronta ingin di lepaskan. Satu tangannya lagi berusaha melepas g-string hitam yang Camila kenakan.
Kaki Camila meronta ronta, "berhenti atau aku teriak?" Ancam Camila.
"Berteriak lah, lagi pula tak akan ada yang menolong mu." Kekeh pria itu, ia melepaskan tangan Camila membuat Camila memukul mukul badan pria itu.
Dengan gerakan cepat pria itu mencium Camila, dan tangannya turun ke bawah, bermain main di kewanitaan Camila. Memasukan 1 jari dan kemudian 2 jadi, membuat Camila melenguh dan mendesah.
"Kau sudah basah," bisik pria itu.
Beberapa menit kemudian Camila mendapatkan o*****e pertamanya karena jari sialan milik pria itu. Mengatur nafas, Camila pening karena orgasmenya tadi.
Tanpa tau pria itu sudah melepaskan semua pakaiannya, dan manarik paha Camila untuk terbuka lebar.
"Kau tak akan menolak?" Kata pria itu saat Camila tidak lagi memberontak.
Sialan! Kenapa rasanya sangat nikmat? batin Camila.
Camila membuang mukanya ke samping, ia benar-benar merasa munafik, "k-kalau kau bermain lembut dan pelan, aku akan coba menikmatinya." Ucap Camila pelan, ini pertama kalinya ia mencoba hal baru dan ia ingin merasakannya walaupun ia tahu Seniornya itu tidak akan mengenalinya.
Senyum miring milik pria itu mengembang, dengan gerakan menggebu ia membuka dress Camila dan bra milik Camila, menyerbu dua gundukan yang sedari tadi menggodanya.
"Ahh stt ... pelaahhh, aw ahhh," desah Camila, meremas rambut pria itu.
"Noah, panggil aku Noah, Babe." Kata Noah, mencium bibir Camila liar.
Camila benar bener gila, sensasi aneh yang baru saja ia rasakan membuatnya terbang ke awan awan, apalagi yang ada di atasnya sekarang senior yang paling di minati kaum wanita.
"Noahhhh,"
"Yes babe,"
Noah mencium leher, perut dan milik Camila, sebelum akhirnya mensejajarkan miliknya dengan milik Camila, sebelum itu ia mengocok batangnya dulu dan mulai memasukan miliknya kedalam milik Camila.
"OUH s**t, KAU VIRGIN?!" Teriak Noah kaget.
"Y-yeah,"
Noah mengigit bibir bawahnya, "aku memberikan dua pilihan kepadamu, kau ingin lanjut atau berakhir di sini?" Tanya Noah, seumur hidupnya ia belum pernah memperawani seorang gadis dan ini pertama kalinya untuknya.
Camila melarikan matanya gelisah, milik Noah yang belum masuk sepenuhnya membuat Camila bergerak gelisah.
Ia menarik lembut tengkuk Noah, mencium pria itu liar.
"Lanjutkan,"
Noah tersenyum miring, "tahan sebentar, awalan memang sakit, tapi kau akan menikmatinya." Kata Noah dan berhasil memasukan semua miliknya kedalam milik Camila yang benar benar sempit.
Bahkan Noah meringis sakit karena milik Camila mencengkram batangnya kuat, sungguh ini sangat nikmat.
Camila menjerit, kesakitan. Ia menggeleng beberapa kali, "sa-sakit." Tangisnya.
Noah mengusap pipi Camila, "sebentar lagi, kau akan merasa nikmat."
Noah mulai bergerak lambat, dan ia mengatur temponya sampai desahan merdu Camila membuatnya hilang akal dan bergerak cepat.
"Ouhhh ahhh ahh ..., lebih cepat," racau Camila.
Mata Noah menjuling nikmat, menapa tidak dari dulu saja ia mencari seorang perawan kalau sensasinya berbeda dan sangat nikmat?
Tangan Noah meraih p******a Camila, menghisap dan mengigit p****g Camila yang menegang.
Desahan dan suara penyatuan mereka terdengar jelas di penjuru kamar, membuat semangat Noah membara.
Setelah Camila mendapatkan pelepasannya lagi, Noah membalikan tubuh Camila agar ia bisa melakukan doggy style, Noah langsung meluncurkan miliknya masuk kedalam milik Camila.
Ia meracau gila karena nikmat.
Sampai beberapa menit kemudian Noah o*****e.
Mengubah posisi lagi, Noah menyuruh Camila untuk berbaring terlentang.
"What your name?"
Camila memejamkan matanya, mengatur nafas, "Cala."
"Tubuhmu benar benar membuatku candu Cala," puji Noah, ia menjilat dan menghisap milik Camila layaknya es krim.
Dan percintaan mereka terus berlanjut sampai pagi datang.
**
Camila pov
"Kau kemana saja kemarin?" Tanya Anne dan Amber saat kedua orang itu memasuki apartemenku, aku memang tak bercerita tentang kejadianku dengan Noah kemarin.
Aku menggeleng, "aku pulang duluan karena mengantuk." Alibi ku, aku tak ingin memberi tahu mereka dulu, terlebih ku tahu Anne mengincar Noah.
Oh, tentang kemarin.
Noah benar benar hebat memanjakan milikku, kami melakukannya beberapa kali dengan posisi yang berbeda beda. Bahkan saat aku akan membersihkan tubuhku, Noah malah masuk dan kami melakukannya lagi di kamar mandi dengan liar dan gila.
Jangan lupakan Noah yang menyuruhku blow job miliknya, sungguh gila bukan? Tapi itu enak.
"Maaf kan kami Cami, kami yang mengajakmu tapi kami juga yang malah meninggalkanmu sendiri." Ucap Amber.
Aku mengangguk, "kalian tidur dengan siapa kemarin?" Tanya Camila frontal.
"Aku jelas dengan Regan, dia ada di club saat itu jadi aku mengajaknya tidur bersama. Dan kau tau kami bercinta di mobil." Ucap Anne bangga, aku meringis membayangkannya.
Lalu menoleh kepada Amber, "aku melayani 2 orang, Steve dan William, mereka membuatku melayang beberapa kali, kalian tau aku sampai kesulitan berjalan karena permainan kasar mereka," kekeh Amber. Lagi lagi aku melihatnya tak percaya.
"Tapi aku tak melihat Noah," celetuk Anne, s**t. Tubuhku menegang mendengar namanya.
Amber terlihat cemberut, "Noah?"
Anne mengangguk, "iya teman Regan, William dan Steve."
Aku mengangguk, kalau sampai ketahuan bisa mati. Aku harus menghindari Noah.
"Cami, kau sudah masak?" Tanya Amber, wanita kecil itu berdiri menghampiri dapurku.
"Yeah, aku berniat membawa bekal ke kampus."
pov end
·͜·♡