When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Ayudya terjaga dengan pening yang masih menyerang kepalanya, dia melihat Mamanya ada di sana menatapnya dengan khawatir, namun wajah kecewa Ayudya langsung terlihat begitu dia tidak mendapati Dipta di sampingnya. “Di mana Dipta, Ma?” Tanya Ayudya dengan raut yang sedih, merasa sangat kehilangan karena biasanya Dipta selalu ada di sisinya jika dia sakit. Dulu, saat pria itu masih berpacaran dengan Dara, Ayudya ingat Dipta akan selalu langsung berlari saat dirinya terluka, entah jatuh karena kecerobohannya, asam lambungnya yang naik atau hal lainnya. Dipta akan berada di sampingnya, menggenggam tangannya hingga Ayudya membuka mata, dan pria itu baru akan beranjak meninggalkannya di saat Ayudya telah membaik. Mengetahui kenyataan tidak ada Dipta saat dia membuka mata membuat Ayudya keta