Ayu merasa senang sekaligus sedih saat ini. Dua menit yang lalu, setelah ia mengaktifkan ponselnya yang sempat mati. 2 pesan secara berturut-turut masuk ke dalam ponselnya.
Dan yang membuat Ayu senang, 2 pesan itu di kirim oleh suaminya 1 jam yang lalu.
Ada kata sayang, suaminya memanggilnya sayang, berarti amarah, dan mood suaminya yang kacau akhir-akhir ini karena kehilangan pekerjaannya, semoga saja membaik, dan stabil. Tidak meledak-ledak, tidak tempramen, dan melukainya lagi dengan tatapannya yang dingin dan tajam ataupun dengan kata-katanya yang sangat tak enak di dengar. Membuat Ayu merasa sakit, dan terluka, dan Ayu kasihan juga pada anaknya di dalam sana.
Tapi, Ayu lebih senang. Maksudnya lebih besar rasa senang yang ia rasakan saat ini. Suaminya ijin padanya untuk keluar kota selama 1 minggu. Ada proyek di luar kota, dan bos suaminya mengajak serta suaminya untuk ikut. Artinya, apakah tenaga suaminya masih di butuhkan, dan suaminya di panggil kembali untuk bekerja?
Dan kalau, ya....
Ayu sangat senang kalau begitu, dan Ayu ingin menghubungi suaminya. Bertanya, apakah suaminya sudah kembali lagi bekerja, tapi giliran ponsel suaminya yang tidak aktif saat ini.
Dan Ayu merasa sedikit sedih? Suaminya harus meninggalkan diri dan anaknya yang ada dalam kandungannya selama seminggu. Dan juga, suaminya tidak tahu kalau ia dan anaknya sedang sakit saat ini, dan Ayu yang berniat menelpon suaminya agar menjemput dirinya, urung. Suaminya pasti sedang bekerja, dan tidak ingin membuat suaminya khawatir.
Dan ingin menelpon mama mertuanya, urung. Selain mengabari dirinya yang ingin ke luar kota seminggu. Suaminya juga berpesan agar jangan menelpon atau menganggu mamanya atau Mama mertua Ayu. Karena kesehatannya sedang terganggu saat ini, dan jangan membenaninya dengan banyak pikiran.
Dan, ya. Salah satu yang membuat Ayu sedih juga saat ini, siapa yang harus ia mintai tolong? Ayu ingin segera pulang.
Ayu tau, ruangan Dokter Arya bukan tempat untuk rawat inap. Ranjang yang ia gunakan saat ini, tidak seharusnya ia masih berbaring terus di atasnya. Pasti ada pasien lain juga yang ingin memeriksa kehamilannya.
Dan Ayu tidak ingin merepotkan dokter Arya lagi. Dokter Arya yang sudah menyelamatkan anaknya yang utama.
Dengan pelan-pelan dan hati-hati, Ayu bangun dari baringannya. Tak ada yang sakit. Malah, Tubuhnya terasa segar setelah 1 botol infus masuk ke dalam tubuhnya.
Dan Ayu tersenyum, di saat ia sudah berhasil duduk, dan kedua kakinya sudah melayang di udara, siap untuk turun dari ranjang dengan hati-hati.
Tapi, belum sempat kedua kaki Ayu menyentuh lantai.
Bruk
Suara pintu yang di buka dengan sangat kasar, menganggetkan Ayu, dan Ayu sontak menatap keasal suara.
Dan melihat pelaku yang membuka pintu ruangan Dokter Arya dengan kasar barusan, Ayu reflek memilin ujung baju pasien yang melekat di badannya itu, dan bahkan Ayu seketika menunduk.
Ayu sangat ngeri mendengar ancaman dari Mahesa tadi pagi. Dan, ya. Yang membuka pintu barusan adalah Mahesa.
Tapi, tunggu dulu. Nafas siapa yang terdengar memburu, dan ngos-ngos saat ini.
Membuat Ayu yang menunduk sontak menatap kearah Mahesa. Mahesa yang wajahnya basah, entah basah oleh keringat atau laki-laki itu baru selesai mencuci muka, tapi tunggu dulu...
Wajah laki-laki yang mengancam dirinya dengan kejam tadi, terlihat pucat saat ini.
Ada apa dengan laki-laki itu?
"Hoek..."
Ayu membulatkan kedua matanya tak percaya, melihat... melihat Mahesa yang barusan memuntahkan cairan kental putih di atas lantai bersih ruangan Dokter Arya.
"Kenapa hanya menatapku!!!!"Bentak Mahesa kuat dengan wajahnya yang sangat lemas.
"Bantu papah aku, Ayu. Kepalaku pusing, dan perutku rasanya nggak nyaman di dalam sana. Mual...."ucap Mahesa dengan nada lemahnya.
Ya, laki-laki itu sangat lemah saat ini. Bahkan untuk melangkah mendekati Ayu agar ia bisa berbaring di atas ranjang sana, Mahesa tak mampu.
Dan kedua tangannya yang kekar, dan berotot, mengulur, menanti Ayu yang akan menuntun, dan memapahnya.
Mahesa tidak lebay, dan lemah. Pernah merasa kepala pusing kan? Atau pernah pandaganmu berputar-putar? Perut bagai di kocok oleh blender jus, itu yang di rasakan oleh Mahesa saat ini, membuat ia tak berdaya saat ini. Benar-benar tak berdaya.
Dan Ayu? Wanita itu dengan pelan dan hati-hati sudah turun dari atas ranjang, dan berjalan dengan pelan mendekat pada Mahesa. Mahesa yang langsung meraih tubuhya, dan laki-laki itu membuat Ayu sangat kaget karena wajah laki-laki itu dengan kurang ajar sudah tenggelam di ceruk lehernya.
Dan Ayu bergidik, di saat hembusan nafas panas mahesa menerpa kulit lehernya, di saat Mahesa juga menghirup rakus aromanya membuat Ayu semakin bergidik sekaligus kegelian. Dan Ayu hanya terpaku dengan jantung yang perlahan tapi pasti mulai berdebar dengan laju yang tak normal di dalam sana..
Tapi, kesadaran Ayu kembali di saat Mahesa....
"Cueeeeh...."Mahesa meludah dengan sangat jorok di lantai, membuat Ayu reflek ingin melepaskan diri dari pelukan Mahesa. Tapi, tak bisa. Mahesa mendekap tubuhnya sangat kuat saat ini.
"Lepaskan tubuhku....lepaskan pelukanmu di tub----,"
"Tidak. Tidak akan. Biarkan seperti ini sebentar. Kepalaku sudah tak berputar, tapi perutku masih bergejolak di da----,"
"Apa yang sedang kalian lakukan?!"Bentak suara itu keras, membuat pelukan antara Ayu dan Mahesa bahkan terlepas.
Ayu.... Ayu menundukkan kepalanya dalam, sedangkan Mahesa terlihat tenang, mendapat tatapan penuh curiga dan tajam dari Om Arya-nya saat ini.
"Ingat dengan Safira, Mahesa. Jangan macam-macam kam-----,"
"Berikan Mahesa obat mual, dan pusing, Om. Sejak kemarin, perut dan kepala Mahesa nggak enak. Ini saja, tubuh mahesa mau rubuh ke lantai. Apakah... Apakah aku kena penyakit lambung saat ini? Dan kalau, ya.... berikan obat termahal. Agar aku tidak merasakan rasa mual, dan pusing sialan ini!!!!"Ucap mahesa panjang lebar, dan di akhir ucapannya di ucap dengan nada frustasi oleh laki-laki itu.
Bagaimana tidak frustasi? Sejak kemarin malam. Ia tidak bisa makan, tidak bisa tidur dengan enak, bawaannya ingin meludah terus, kepalanya pusing, dan sering berputar, perutnya mual, dan jangan lupakan dengan muntahan.... makanan apapun yang masuk ke dalam perutnya pasti akan Mahesa muntahkan kembali, membuat Mahesa enggan makan hingga saat ini.
Bahkan Mahesa....
Cueeehhh
Meludah sekali lagi dengan gumpalan ludah yang sangat besar di lantai, tepat di depan kaki Ayu, membuat Ayu yang melihatnya seketika bergidik jijik...
Sedangkan Dokter Arya. Mulutnya menganga lebar
Jangan bilang.... si ayah atau Mahesa yang akan mengalami masa ngidam atau yang di namakan dengan morning sickness?
Oh tidak, kalau iya.... ini sangat bahayaa... Mahesa atau terlebih Mbak Widya yang pintar dan licik bisa curiga dengan apa yang di rasakan oleh anak sematawayangnya Mahesa....
Memikirkan hal itu, bahkan membuat kedua lutut Dokter Arya bergetar kecil, dan pikirannya langsung tertuju pada keponakan kesayangannya, Safira.....
tbc