Nugraha Si Gila

2080 Words
28 Oktober 2018 Kasus yang aku tangani belum selesai. Masih banyak misteri yang harus aku ungkap demi mencabut sebuah duri langsung dari akarnya. Perlahan namun pasti aku mulai masuk ke dalam sarang penyamun yang menjadi salah satu penguasa dunia bawah tanah. Di sisi lain, proses interogasi kepada Nugraha juga sedang jalan di tempat. Nugraha sama sekali tidak membuka mulutnya kepada para agen. Pagi ini, kak Nova memintaku untuk datang ke Red Coffee karena aku akan diajak ke lokasi interogasi. Dan aku masih sangat kesal ketika mengetahui jika kak Nova masih menggunakan mobilku untuk pergi ke tempat tersebut. Karena kali ini aku tidak terburu-buru, kak Nova memintaku untuk belajar mengemudi. Menurut kak Nova, aku harus segera belajar mengemudi karena kak Nova khawatir jika dalam waktu dekat aku harus melakukan misi pengejaran. Beberapa kali aku hampir menabrak ketika baru memasuki jalan raya, beruntung kecerdasan buatan di mobil ini sangat membantuku dalam belajar mengemudi sehingga tidak butuh waktu lama untukku beradaptasi di belakang roda kemudi. Program kecerdasan buatan membuat kaca depan mobilku memiliki tampilan bak layar komputer. Fitur ini juga memungkinkanku menggunakan perintah suara. Kak Nova memintaku untuk mendaftarkan suaraku, kemudian aku diminta untuk menggunakan perintah suara ketika suaraku telah dikenali oleh kecerdasan buatan mobil ini. Perintah "Tunjukkan lokasi ruang interogasi" aku coba keluarkan kepada mobilku. Kecerdasan buatan mobilku langsung mengenali perintah yang aku berikan, dan dia langsung menunjukkan lokasi serta petunjuk arah menuju ke sana. 15 menit aku mengikuti petunjuk arah itu hingga akhirnya aku tiba di salah satu pusat perbelanjaan yang cukup terkenal di pusat kota. Dari permukaan tidak akan ada yang tampak mencurigakan dari pusat perbelanjaan ini. Tapi ketika kita memasuki salah satu pintu yang berada di gedung parkir yang berada di bawah tanah, di mana pintu itu bisa dilewati oleh mobil, maka kita akan menemui sebuah tempat yang memiliki atmosfir yang sangat berbeda jauh jika dibandingkan dengan apa yang kita lihat di permukaan. Sebuah tempat yang merupakan pusat penyiksaan bagi kriminal kelas kakap sebelum mereka diserahkan kepada kepolisian. Para agen The Barista sangat memahami jika hukum yang berlaku di negara ini bersifat tajam ke bawah namun tumpul ke atas sehingga para agen sangat hafal apabila banyak dari para kriminal ini yang tidak mendapatkan hukuman sebagaimana mestinya karena ada dukungan pemerintah dan mafia hukum di belakangnya. Sehingga ketika para kriminal menjalani siksaan di sini, diharapkan ada efek jera yang mereka dapatkan sehingga ketika mereka dikembalilkan kepada masyarakat, kejadian yang membuat mereka ditangkap tidak akan terulang kembali. Aroma anyir darah mulai tercium ketika aku dan kak Nova mulai memasuki deretan ruang tahanan di tempat ini. Bukan, bukan ruang tahanan dari jeruji besi, melainkan ruang tahanan yang terbuat dari kaca dan kedap suara. Meskipun ruangan tersebut kedap suara, namun banyaknya darah yang telah ditumpahkan di dalam tempat ini membuat aroma darah itu terasa sangat pekat hingga ke seluruh penjuru. Kak Nova tersenyum sinis ketika melihatku menutup hidung karena tidak tahan dengan aroma darah busuk yang terasa menusuk hidungku. "Apakah tempat ini tidak memiliki petugas kebersihan? Aku merasa ingin pingsan berada di dalam sini." Protesku kepada kak Nova. "Hahaha, nanti kau akan terbiasa dengan tempat ini, Rin. Sebelum kau terbiasa, nikmatilah aroma siksaan ini." Jawab kak Nova. "Ternyata kau benar-benar seorang psikopat, Kak." Tidak berapa lama aku berjalan melewati beberapa sel yang berisi manusia tidak sadarkan diri di dalamnya, aku tiba di depan sebuah ruangan kaca yang ditempati oleh Nugraha. Aku bisa melihat ada beberapa orang yang berjaga di depan sel milik Nugraha. Kak Nova menyapa beberapa orang tersebut, kemudia para penjaga itu menjelaskan situasi yang terjadi kepada kak Nova. Para penjaga mengatakan jika Nugraha sama sekali tidak membuka mulutnya meski sudah beberapa kali disiksa. Aku melihat di dalam sel terdapat banyak darah yang masih cukup segar mengalir di lantai, aku juga melihat banyak luka sayatan tercetak di badan Nugraha. Semua kuku jari kaki dan tangan Nugraha juga telah terlepas namun dia masih bersikeras tidak membuka mulutnya. Para penjaga juga mengatakan jika Nugraha justru tertawa terbahak-bahak ketika para petugas menyiksaya dengan siksaan fisik. Menurut para penjaga, kemungkinan Nugraha adalah psikopat, masokis, atau justru dia tidak bisa merasakan rasa sakit. Aku hanya menyimak obrolan yang terjadi di antara kak Nova dan para petugas yang berjaga. Kak Nova juga memperkenalkan aku kepada para penjaga di sana. Kak Nova mengatakan jika aku adalah agen yang menyusup ke garis depan dalam operasi penangkapan Nugraha. Para petugas itu mengapresiasi kinerjaku, namun juga bertanya kepadaku tentang cara interogasi yang harus dilakukan demi mengorek informasi kepada Nugraha. Aku berpikir keras sementara kak Nova mengobrol dengan para petugas. Setelah beberapa saat, aku ingin mencoba satu cara demi mengorek iinformasi kepada Nugraha. Aku meminta para petugas untuk mematikan kamera yang terpasang di dalam sel. Aku memberikan instruksi kepada kak Nova untuk membuka laptop miliknya dan menghidupkan perekam suara untuk merekam suara yang berasal dari earphone yang terpasang pada telingaku. Aku juga meminta kepada para petugas untuk merekam semua akifitas interogasi yang aku lakukan menggunakan kamera ponsel mereka. Seluruh petugas dan kak Nova menyetujui ideku dan menyerahkan proses interogasi kepadaku. Aku kemudian meminta kepada petugas tentang gambaran kasar informasi apa saja yang harus aku dapatkan dari Nugraha. Setelah poin-poin penting informasi telah aku dapatkan, aku mulai memasuki sel yang dihuni oleh Nugraha. Baru saja aku memasuki ruangan itu, aroma anyir darah tercium semakin pekat jika dibandingkan saat aku berada di luar ruangan. Dari sini aku bisa melihat jelas Nugraha yang terikat pada kursi yang disatukan dengan lantai sehingga tidak dapat diangkat. Mata Nugraha juga ditutup sehingga ia tidak dapat melihat apapun. Sungguh malang aku lihat kondisi Nugraha saat ini, tapi aku juga masih merasa marah karena dia telah membunuh seluruh anggota keluargaku. Aku mendekati Nugraha perlahan, suara langkah kakiku terdengar oleh Nugraha sehingga membuatnya mengangkat kepalanya dan menoleh ke arahku. "Ah, Bapak Penjaga. Sudahlah, Pak. Lebih baik kau menyerah saja. Tidak ada gunanya kau mencoba mencari informasi kepadaku, aku tidak akan membocorkan apapun kepada kalian karena aku sayang dengan anak-anakku di bawah tanah." Ucapnya. Aku menoleh ke arah kaca tempat kak Nova dan para petugas lain berdiri. Aku terkejut ketika mengetahui jika kaca tersebut adalah cermin satu arah di mana ketika kita berada di dalam ruangan, kita tidak dapat melihat apa yang terjadi di luar. Suara dari dalam telingaku memberikan informasi bahwa kamera yang berada di dalam ruangan ini telah dimatikan seluruhnya. Aku semakin mendekati Nugraha, mengelus pelan rambutnya, mendekatkan wajahku ke arah telinganya, kemudian berbisik kepadanya, "Hai, Sir. Kau merindukanku?" Sontak Nugraha terkejut dan berteriak, "Rin?! Apakah kau Rin Abriana Lee?! Aku masih mengingat dengan jelas seperti apa suaramu. Apakah aku benar-benar Rin?! RIN!! AH!! Buka mataku! Buka mataku sekarang juga! Aku tahu jika itu adalah kau, Rin! Buka mataku sekarang juga!!" Aku berbalik melihat ke arah cermin, kemudian aku angkat kedua bahuku seakan memberikan isyarat "Tidak sesulit itu, Kawanku." Aku berbalik, berdiri membelakangi cermin, kemudian aku lepas penutup mata yang terpasang di kepala Nugraha. Nugraha membelalakkan matanya ketika melihatku di depan matanya. Badannya bergetar hebat, kedua tangan dan kakinya meronta meminta untuk dilepaskan, dia benar-benar seperti orang kesetanan melihatku di depan matanya. "Sir Nugraha, kau adalah pria yang sangat kuat, Sir. Aku sangat menyukai pria kuat sepertimu. Para petugas mengatakan kepadaku jika kau bisa menahan seluruh rasa sakit yang diberikan. Kau sangat kuat, Sir Nugrahaku sayang." Rayuku kepada Nugraha sambil mengelus wajahnya dan mendekatkan wajahku pada telinganya. "Rin, kau terdengar sangat menjijikkan. Rasanya seperti bukan Rin yang aku kenal." Ucap suara di dalam telingaku. "AHH!! RIN!!! RIIN!! RIIINNNN!!!! Selama aku menunggumu, aku tidak akan merasakan sakit, RIN!!" Nugraha meracau di depanku. "Benarkah? Kau tidak merasakan sakit? Wah, kau benar-benar kuat, Sir. Aku semakin menyukaimu. Kau tahu, sebenarnya aku ingin berterima kasih kepadamu, Sir. Aku sangat membenci keluargaku, aku ingin membuat mereka sengsara. Tetapi kau tiba-tiba datang dan membunuh mereka semua. Hal itu membuatku mencarimu selama bertahun-tahun, Sir. Aku ingin mengetahui, siapakah orang kuat yang sanggup membunuh semua anggota keluargaku. Setelah aku tahu jika orang itu adalah dirimu, aku ingin mengejarmu kemanapun kau pergi! Aku ingin mendapatkan perhatianmu! Aku ingin kau hanya melihat ke arahku, Sir!" Aku ikut meracau di depan Nugraha. Nugraha tertunduk, terdiam, badannya berhenti bergetar dan tiba-tiba berubah begitu tenang. Aku sedikit khawatir dengan perubahan ini dan menantikan hal selanjutnya yang akan keluar dari mulut Nugraha. "Benarkah? Hah, kau sudah pernah berbohong kepadaku, Rin. Aku tidak akan terjatuh pada jebakanmu lagi kali ini. Aku tahu kau bekerja sama dengan semua orang di sini untuk mengungkap informasi kepadaku, bukan? Maafkan aku, Rin. Tapi kau tidak akan mendapatkan apapun, sama seperti yang lain." Ucap Nugraha dengan tenang. Tatapan matanya terlihat dingin dan mematikan. Dia benar-benar berubah dalam sekejap. "Benarkah demikian, Sir Nugrahaku sayang? Benarkah aku bekerja sama dengan mereka? Kau yakin?" Ucapku dengan nada menggoda sambil aku tanggalkan perlahan pakaian yang aku gunakan. Aku berpikir, Nugraha telah melihat badanku sebelumnya, jadi aku tidak merasakan apapun ketika aku membuka pakaian di depan Nugraha. Aku juga telah meminta petugas untuk mematikan kamera, sehingga mereka hanya akan melihat bagian punggungku dari luar ruangan ini. "HEI RIN! APA KAU SUDAH GILA? UNTUK APA KAU MELEPAS PAKAIAN DI DEPAN NUGRAHA! RIN!!" Seru kak Nova dari dalam telingaku. "Apakah kau yakin tidak ingin memilikiku, Sir?" Godaku sambil menggoyangkan badanku yang telah tidak mengenakan apapun di bagian atas. "AHHH!! RIIIINNN!! KEMARILAH RIIN! KEMARILAH!" Nugraha kembali meracau ketika melihatku. Aku kembli berjalan mendekat ke arah Nugraha perlahan, kemudian sengaja melepas celana yang Nugraha kenakan sehingga tampak sesuatu yang telah mengeras di bawah sana, tepat di depan mataku. Jujur saja baru kali ini aku melihat seorang laki-laki tanpa celana, dan aku merasa sangat geli dan dan jijik melihat bagian paling pribadi dari seorang laki-laki. Tapi aku harus bisa menahannya kali ini demi mendapatkan informasi dari Nugraha. Sengaja aku gerakkan tanganku di udara, bergerak memainkan udara sekitar bagian bawah Nugraha tanpa menyentuhnya, sembari menatap mata Nugraha dengan tatapan sayu dan menggigit bibir bawahku. Nugraha terlihat tidak bisa menahan dirinya dan menggerakkan seluruh tubuhnya agar bagian bawahnya dapat tersentuh olehku. Beruntung aku bisa menghindari gerakan dari Nugraha sehingga tanganku tidak menyentuh langsung area pribadi miliknya. "RIIIIINNN!! AKU TIDAK MENYANGKA KAU SELIAR INI, RIN!! KEMARILAH, RIN. KEMARILAH!" Nugraha semakin meracau di depanku. "HEI RIN! KAU SUDAH GILA RUPANYA! RIN! HENTIKAN!" Kak Nova berusaha menghentikanku tapi aku tidak menghiraukannya. "Sir Nugraha, Aku ingin menjadi seperti dirimu. Aku sangat ingin tidak memiliki rasa sakit seperti dirimu. Aku lelah, Sir. Aku lelah dengan semua sakit hati yang aku rasakan selama ini." Racauku manja kepada Nugraha. "POISON IVY! MINTALAH KEPADA POISON IVY! DIA AKAN MEMBERIKAN APA YANG KAU INGINKAN! AAHHHH! RIIINN!! RIIIINNN!!!" Nugraha semakin meracau tidak jelas di depanku. "Ah! Nona Poison Ivy. Lalu apakah kau bunuh keluargaku juga atas perintah Poison Ivy, Sir?" Aku terus menggoda Nugraha dengan memainkan tanganku di udara sekitar bagian bawah Nugraha. "POISON IVY!! POISON IVY!! POISON IVY MEMBUATKU KUAT!! TAPI AKU JATUH CINTA KEPADAMU, RIN!!" Aku berdiri, aku tatap Nugraha dengan mata dingin dan tajam, kemudian mengenakan pakaianku kembali seraya berkata, "Kau membuatku kecewa, Sir." Aku melangkah menjauh dan keluar dari sel milik Nugraha, meninggalkan Nugraha yang masih meracau bebas di dalam sana tanpa celana. Para petugas menoleh ke arahku dengan tatapan kecewa, mereka menganggap aku telah gagal melaksanakan tugasku meski aku sudah melakukan hal memalukan di dalam sana. Aku tutup kembali sel milik Nugraha, kemudian aku balas tatapan mereka dengan tatapan yang tidak kalah dingin. Aku paham, mereka pasti berpikir aku meninggalkan ruangan itu tanpa mendapatkan apapun. Tapi sayangnya mereka salah besar. "Kak Nova, aku telah mendapatkan poin penting dari Nugraha. Aku ingin bertemu dengan agen Silva dan yang lain." Ucapku tegas kepada kak Nova. "Kau yakin? Aku tidak menangkap informasi apapun dari Nugraha." Kak Nova merasa ragu terhadapku. "Sudahlah, Kak. Percayalah kepadaku. Aku tahu apa yang kita kejar saat ini. Nugraha hanyalah seorang bidak catur yang sedang dimainkan oleh seseorang. Ada seekor ikan besar yang menunggu untuk kita pancing." Aku menatap kak Nova dengan tatapan yang sangat dingin, mengisyaratkan kesungguhanku dalam berucap. "Maksudmu, Poison Ivy?" "Benar, Kak. Dia adalah kunci dari segalanya. Kasus yang kita tangani bukanlah sebuah kasus pembunuhan sederhana." "Baiklah, kita tunggu mereka di Red Coffee." Ucap kak Nova sebelum berpamitan dengan para petugas di sana. Aku dan kak Nova bergegas menuju Red Coffee. Aku mengemudikan mobilku ke sana sambil belajar memperlancar kemampuan mengemudiku. Kak Nova menghubungi agen Silva yang tengah berada di dalam Arena serta Adam di Spice Coffee dan meminta mereka datang ke Red Coffee. Aku merasa kisahku semakin ke sini semakin berbelit tapi sangat menegangkan dan menyenangkan untuk diceritakan. Tapi semakin tegang kisah yang aku tulis di dalam buku harianku, tanganku terasa semakin lelah menulisnya. Aku akan melanjutkan kisah hari ini di lembar selanjutnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD