Eksekusi III

1410 Words
26 Oktober 2018 Aku sangat lega, aku belum pernah merasakan perasaan senang seperti ini sejak dua tahun terakhir. Akhirnya setelah dua tahun, pelaku pembunuhan keluargaku telah terkuak dan bahkan aku bisa menangkapnya dengan tanganku sendiri. Tapi entah kenapa, aku masih merasa ada sesuatu yang janggal dari Nugraha. Apa motifnya membunuh keluargaku? Atas dasar apa? Kenapa harus keluargaku? Pagi iki Red Coffee masih belum memulai kembali pelayanan pembeli karena kak Nova masih sibuk dengan penangkapan besar kemarin. Aku bangun tidur dengan cukup santai, kemudian aku tidak sengaja memasang earphone The Barista. Aku berpikir tidak akan terjadi sesuatu karena tugasku telah selesai. Tetapi aku salah. "Hey, Rin. Kau baru bangun tidur?" Suara kak Nova dari dalam telingaku. Kak Nova tahu jika aku telah dalam keadaan daring karena ketika seorang agen memasang earphone, maka akan muncul notifikasi pada perangkat milik anggota yang lain. "Umm, iya. Ada apa, Kak?" Jawabku kepada kak Nova sembari aku bersolek di depan cermin. "Setelah ini datanglah ke arena. Salah satu agen memberikan informasi kepadaku jika terjadi kegaduhan di arena, dan kau dicurigai sebagai tersangka utama." Ucap kak Nova dengan nada yang terdengar panik. "Halo, Agen Bianka. Aku akan mengulur waktu selama mungkin. Cepatlah datang ke arena. Jika kau tidak ada di sini, semua akan semakin gawat." Sahut suara lain dari dalam telingaku. "Agen Eka? Baiklah aku akan segera ke sana" Jawabku terburu-buru. "Rin, kau harus tetap berada pada komandoku dan agen SIlva. Jangan bertindak sendirian." Perintah kak Nova. "Baik, Kak." Aku segera keluar dari apartemenku dan berjalan menuju arena. Di depan pintu arena, aku telah merasakan hawa tidak menyenangkan yang aku tangkap dari dalam, tapi aku tetap memberanikan diri untuk tetap masuk ke dalamnya. Ketika aku membuka pintu, tampak beberapa petugas keamanan telah berjaga di sana. "Nona Bianka, kami minta anda ikut dengan kami." Perintah seorang penjaga keamanan di sana. "Rin, kau ikuti saja perintah penjaga itu. Agen Silva dan Eka telah berada di dalam." Ucap kak Nova dari dalam telingaku. "Bianka, kau masih bisa mengenali penyamaranku, bukan? Namaku di dalam arena adalah Amy, dan nama agen Eka adalah Roby. Ingatlah itu. Aku dan Eka mencuri identitas dari dua orang tersebut dan memakainya. Umpankan aku apabila kau berada dalam bahaya. Aku tahu kau mengerti." Tambah agen SIlva kepadaku. Aku mengikuti perintah petugas keamanan arena, dan mereka membawaku menuju sebuah ruangan setelah melewati beberapa lorong. Sebuah ruangan dengan banyak kursi yang aku taksir sebagai ruang pertemuan para anggota arena. Salah seorang petugas keamanan memintaku untuk duduk di salah satu kursi, aku yakin jika kali ini mereka berniat menghabisiku. "Dia adalah orang terakhir yang bersama dengan ketua. Aku yakin ketua menghilang karena wanita jalang satu ini!" Ah, aku ingat suara ini. Ini adalah suara dari salah satu selir Nugraha yang bersamaku ketika aku tengah menonton pertandingan di kursi VVIP. "Aku rasa dia memang memiliki niat buruk kepada ketua sejak awal. Dia sengaja membuat ketua jatuh hati kepadanya sehingga dia bisa memanfaatkan ketua!" Waw, sakit sekali aku mendengar hal itu. Ternyata seseorang di sini memiliki mulut yang lebih berbisa daripada ular. Tapi tunggu sebentar, aku sepertinya ingat suara itu. Ah! Poison Ivy! Lawanku di arena kemarin, bukan? Aku sama sekali tidak terkejut mendengar orang itu berkata sembarangan. Sejak di atas ring aku telah melihat jika dia sangat cemburu terhadap kedekatanku dengan Nugraha. Tapi ruangan gelap di mana aku berada saat ini membuatku tidak bisa melihat dengan jelas siapa mereka. "Sepertinya akan sangat menyenangkan apabila kita mengikat perempuan jalang ini kuat-kuat, kemudian menarik kedua tangannya hingga putus sampai dia mengatakan kepada kita di mana keberadaan ketua saat ini!" Seru Poison Ivy kembali semakin membuat panas arena. Kemudian disusul dengan umpatan kotor dari banyak orang lain di dalam kegelapan ini. "Hei, bisakah seseorang memberikan kesempatan kepadaku untuk berbicara?" Aku memotong pembicaraan mereka. "Apa? Apa yang ingin kau bicarakan, Jalang?!" Poison Ivy berteriak kepadaku. "Apa kau memiliki bukti jika aku memang mengetahui tentang menghilangnya ketua kalian, ha?!" Seruku kepada Poison Ivy. "Bukti? Bukankah sudah jelas? Sebelum kau datang, arena selalu berada dalam keadaan damai. Tapi semenjak kau masuk, selalu ada tragedi yang terjadi di sini. Atau jangan-jangan, penggerebekan yang terjadi di arena yang lama adalah perbuatanmu?!" Sahut Poison Ivy kepadaku. Para anggota yang lain semakin ricuh ketika mendengar hal itu. Poison Ivy terasa seperti mengorek luka lama para anggota agar semakin membenciku. "Bukankah kau hanya cemburu kepadaku, Poison Ivy? Aku akan menebak sesuatu di sini. Aku tebak, sebelum aku hadir di sini kau adalah petarung kebanggaan Sir Nugraha, hingga suatu saat aku datang dan merebut posisi itu. Sehingga kau sangat membenciku hingga menuduhku macam-macam seperti ini." "Hei! Jaga mulutmu! Wanita Jalang!" Poison ivy terlihat tidak senang dengan apa yang aku katakan kepadanya. "Asal kalian tahu, semalam aku telah mengalami malam yang paling indah dalam hidupku. Sir Nugraha begitu perkasa dan membuatku sangat puas. Aku juga berhasil memuaskan hasrat Sir Nugraha. Dia bilang, aku adalah wanita yang bisa memberikan pelayanan terbaik untuknya dibandingkan para wanita jalang di tempat ini. Aku sangat terpesona dengan permainan ganas yang dilakukan oleh Sir Nugraha semalam." Aku sengaja membuat suasana semakin panas di sini. "HEI!!" *Plak! Sebuah tamparan keras mendarat di wajahku dari seorang Poison Ivy. Sebenarnya tamparan Poison Ivy terasa sangat sakit, namun aku berusaha menahan dan berlagak kuat di depan semua orang. "Wah, beginikah tindakan seorang petarung arena? Menampar? Lemah sekali! Ahahahahaha!" Seruku semakin membuat panas suasana. "KAU!" Poison Ivy terlihat semakin tidak terima atas perkataanku. "Tunggu dulu, Poison Ivy yang terhormat. Bukankah aneh jika semua orang di sini bisa termakan dengan omongan wanita jalang bernama Poison Ivy yang tiba-tiba menuduhku atas menghilangnya Sir Nugraha? Apakah kalian semua tidak curiga? Aku justru curiga terhadap Poison Ivy. Aku pikir, dia adalah dalang di balik menghilangnya Sir Nugraha, kemudian memutar balikkan fakta seakan aku adalah orang yang bertanggung jawab atas hal itu karena dia cemburu posisinya sebagai jalang tersayang Sir Nugraha telah berpindah kepadaku. Coba kalian semua berpikir sejenak. Bukankah apa yang aku bilang ini masuk akal?" Semua orang terdiam mendengar ucapanku. "Wah, kau luar biasa, Rin. Aku tidak menyangka jika kau memiliki kemampuan memanipulasi sebaik itu. Tidak salah aku menjadikanmu seorang agen, Rin" Sahut kak Nova dari dalam telingaku. "Dasar, sepertinya aku mendapatkan seorang bawahan yang sedikit merepotkan. Dari mana kau menemukan seseorang seperti ini, Agen Nova?" Jawab agen Silva dari dalam telingaku. "Entahlah, sepertinya aku memungut Rin di tempat sampah pinggir kota, hahaha." Aku sebenarnya geram kepada para agen di dalam telingaku. Kak Nova dan agen Silva masih bisa bercanda, padahal aku tengah berada pada situasi antara hidup dan mati. Semua orang di ruangan gelap ini terdiam, suasana menjadi sangat tegang. Aku melihat Poison Ivy tidak bisa berkata apapun karena telah terpojok dengan argumenku. Aku merasa menang atas Poison Ivy. "Lagipula aku memiliki saksi tentang apa yang terjadi kepadaku semalam. Aku diantar menuju ke luar arena oleh dua orang. Aku sempat berkenalan dengan mereka. Nama mereka, sebentar, aku sedikit lupa. Ah aku ingat, nama mereka adalah Amy dan Roby. Tapi sayangnya aku tidak bisa mengingat wajah mereka karena semalam aku terlalu lelah setelah diberi kenikmatan oleh Sir Nugraha. Apakah mereka ada di sini?" Semua orang saling menoleh dan mencari di mana Amy dan Roby. Seseorang yang mengenal nama itu kemudian mengatakan jika mereka berdua tidak berada di sini. Roby tengah berjaga di luar sedangkan Amy tengah membantu mempersiapkan arena karena kompetisi akan tetap dilaksanakan meski ketua mereka menghilang. Aku tidak menyangka jika mereka cukup profesional dalam menjalankan pekerjaan mereka meski tanpa Nugraha. "Kalian tahu, ketika meninggalkan arena kemarin, Sir Nugraha tengah terlelap dalam tidurnya. Kalian bisa menanyakan hal itu kepada Amy dan Roby." Aku melanjutkan kalimatku. "Dan untuk Poison Ivy tersayang, jika kau memang kalah saing denganku, jangan mencoba mangambil simpati dengan cara kotor seperti ini, Sayangku" Imbuhku. "Sekarang bagi siapa saja yang ingin mencari jejak Sir Nugraha bersamaku silakan tetap di sini, dan bagi kalian yang tidak percaya kepadaku serta ingin mengikuti Poison Ivy silakan meninggalkan ruangan ini!" Aku sengaja memancing keributan di sini untuk membelokkan isu yang menyudutkanku. Siapa sangka, banyak di antara anggota yang tetap setia berada di ruangan ini. Hanya ada beberapa orang yang mengikuti Poison Ivy meninggalkan ruangan ini. Para anggota tetap loyal kepada Nugraha meski Nugraha telah menghilang, dan mereka mempercaiku sebagai orang terdekat Nugraha. Untuk sementara, semua keributan di tempat ini bisa aku redam. Dear diary, apakah langkahku untuk masuk ke dalam dunia seperti ini sudah benar? aku merasa lakahku sudah terlalu jauh dan aku te tenggelam semakin dalam di lautan hitam dunia bawah tanah pusat kota. Semoga aku bisa keluar dengan selamat dari segala kekacauan yang akan terjadi di sini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD