***
Setelah mendapatkan uang jajan 100 juta, Adriana bertemu teman-teman arisannya. Ada cincin berlian yang sedang ditawarkan kawan sosialita-nya. Wanita itu dengan bangga memilih cincin berlian yang sudah memikat hatinya.
"Aku mau cincin ini," kata Adriana sembari menunjuk cincin dengan batu permata yang memesona di tengahnya.
Cincin itu berkilau. Terlihat sangat cantik, sampai Adriana tak mampu menahan diri. Dia harus mendapatkan perhiasan itu apapun yang terjadi.
"Wow. Duitnya banyak banget ya, Ana. Suami kamu tajirnya minta ampun deh. Aku mau dong dikenalin lelaki Malaysia juga."
Alessandra, salah satu teman dekat Adriana selalu iri melihat Adriana mampu membeli barang apapun yang dikenalkan teman mereka.
"Kalau masih ada lelaki lokal, mending pilih yang lokal aja. Setidaknya kalau pria Indonesia, kita masih sepaham, satu pemikiran. Kalau beda negara mah, yang ada perang mulu." Adriana berkata jujur apa adanya.
Namun, teman-teman sosialita-nya selalu tak percaya. Mereka malah menuding Adriana tak mau tersaingi, sehingga selalu melarang temannya dekat dengan pria negeri Jiran. Melalui kaca mata mereka, Adriana adalah salah satu anggota arisan paling aktif membeli barang-barang mewah secara tunai. Gaya hidup Adriana membuat teman-temannya menjadi iri, tak terkalahkan.
"Jawabannya itu melulu. Kenalin pria Malaysia apa susahnya sih, Ana?" Alessandra mencibir.
Adriana tak mau ambil pusing. Dia tetap fokus mengambil cincin berlian yang megah di depan matanya. Perlahan-lahan, Adriana memakai cincin itu. Dia menunjukkan cincin tersebut sambil tersenyum. Aura sosialita yang ada dalam dirinya pun benar-benar terlihat. Penampilannya tak kalah dengan bintang iklan top masa kini.
"Eh, tapi bener enggak sih kalau pria Malaysia itu hasratnya terhadap cewek benar-benar besar? Dari dulu aku penasaran tahu." Alessandra membuka topik baru.
Ada artikel dari sebuah blog yang mengatakan bahwa pria Malaysia menduduki peringkat nomor satu sebagai pria dengan hormon testosteron paling tinggi. Tulisan itu mungkin tidak sepenuhnya benar. Namun, Alessandra terlanjur mempercayai artikel itu. Mumpung Adriana memiliki pengalaman dengan pria Malaysia. Maka dari itulah, Alessandra bertanya sekadar ingin tahu.
Semua mata tertuju ke Adriana. Mereka penasaran. Jawaban apa yang akan diberikan oleh wanita itu.
"Ngapain liat-liat?"
"Jawab pertanyaan tadi dong, Ana." Alessandra menampakkan mimik serius. Dia memandangi Adriana penuh harap. Berharap pertanyaannya tadi dijawab kali ini.
"Mungkin rumor itu memang benar," jawab Adriana.
Secara harfiah, Adriana belum pernah sekalipun berhubungan suami-istri bersama Raihan. Mereka menikah pun karena terpaksa. Meskipun tidur di ranjang yang sama, ranjang mereka memiliki petak. Setengah kasur milik Raihan, lalu setengahnya milik Adriana.
Setelah Alessandra bertanya padanya hari ini, Adriana baru kepikiran. Apakah selama ini Raihan adalah seorang pecinta sesama jenis? Mereka sudah menikah selama lima bulan. Namun, belum ada apapun yang terjadi di antara mereka.
Mereka memang memiliki perjanjian untuk tidak saling sentuh, tetapi jika benar hasrat pria Malaysia besar maka Raihan pasti sudah melampiaskan pada istrinya yang sudah halal baginya. Nyatanya itu tak terjadi. Sepertinya, jiwa lelaki Raihan perlu dipertanyakan.
"Tiap hari kamu puas dong, Ana. Pantas kamu dapat uang jajan banyak. Servis kamu pasti luar biasa." Alessandra dan lainnya mulai menggoda Adriana.
"Tentu saja." Adriana menaikkan alisnya. Dia berusaha membohongi dirinya sendiri. Servis apa? Bertengkar setiap hari iya.
Jawaban Adriana sontak membuat tawa semua temannya pecah. Mereka semakin mengidamkan suami berkewarganegaraan Malaysia. Sayangnya, rata-rata dari mereka sudah berkeluarga sehingga hanya mampu mengagumi. Hanya Alessandra saja yang belum menikah. Itulah sebabnya ia selalu minta saran Adriana agar bisa mendapatkan pria Malaysia seperti Raihan.
"Totalnya 100 juta ya?" Adriana memastikan harga cincin berlian yang kini terpasang di tangannya. Dia merogoh tas LV merahnya.
"Iya dong. Totalnya 100 juta. Tapi kalau mau tambah 50 juta juga enggak masalah."
Adriana semringah. Dia mengambil amplop berwarna coklat yang tebal sembari menyodorkannya. "Maaf ya. Tambahannya mungkin cuma 10 juta. Jadi, totalnya cuma 110 juta ya?"
Teman-teman Adriana tampak syok atas kemurahan hati wanita itu. Mulut mereka terbuka lebar. Belum sempat berkomentar, Adriana lebih dulu pamit pergi dari pertemuan tersebut.
"Guys, aku cabut duluan ya. Aku ada urusan sebentar. Dah." Adriana cipika-cipiki dengan teman-temannya.
"Dah, Adriana. Lain kali jangan buru-buru dong."
Lambaian tangan teman-temanya menjadi akhir perjumpaan hari ini. Adriana puas karena berhasil dapatkan cincin berlian mahal yang kini terpajang di tangannya.
Di tengah keseriusannya memandangi cincin itu, Adriana teringat obrolan Alessandra hari ini. Mendadak, terlintas ide gila di kepalanya. Dia harus mempermainkan Raihan malam ini. Mungkin akan sangat lucu jika Adriana memancing gairah suaminya.
Adriana tidak langsung pulang ke rumah mewahnya. Dia mampir ke mall terlebih dahulu. Wanita itu membeli beberapa pakaian dengan kain tipis, dan sedikit transparan. Memikirkan wajah Raihan penuh keinginan berhubungan intim pasti sangat lucu. Terdengar tidak biasa. Ya, memang begitu, Adriana tidak sabar melihat ekspresi suaminya nanti. Dia ingin mengerjai Raihan.
Ponsel Adriana berdering tiba-tiba. Ada nama Raihan di layar itu. Tampaknya pria itu sudah pulang kerja. Tidak diragukan lagi, ia akan memarahi Adriana yang sudah menghancurkan meeting hari ini hanya karena masalah sepele.
"Halo. Apa?" Adriana berseru dengan garangnya. Kalau dia melembutkan suaranya, yang ada Raihan akan meledeki dirinya sampai mampus.
"Ketusnya! Tak salam dulu ke? Awak ni islam atau ape? Assalamu Alaikum."
Selalu begitu. Bisa dikatakan Raihan memang cukup religius. Selama berumah tangga, pria itu sering mengajarkan tata krama dalam agama Islam. Kadangkala Adriana membangkang di hadapan pria itu. Tetapi di belakang suaminya, Adriana berusaha berubah.
"Wa'alaikumussalam."
"Ya. Kalau mau jadi bini saya, awak perlu religius. Harus patuh bila suami sedang bercakap." Adriana bisa membayangkan suaminya tengah tersenyum sekarang. Senyuman yang membuat Adriana tak senang.
"Aku jawab salam kamu karena Allah. Bukan karena aku patuh dengan dirimu." Adriana memutar bola matanya.
Dia menambahkan, "Memangnya apa yang buat kamu menelepon aku malam-malam begini, Hah?"
"I want to talk something. Saya ade perkara yang nak cakapkan dengan awak. Ini serius. Awak pulanglah cepat."
Persoalan serius. Dalam satu menit Adriana tertegun. Harusnya Raihan mengomel padanya, bukannya bicara serius seperti ini. Jika dipikirkan kembali, memang Adriana keterlaluan kepada Raihan hari ini.
"Perkara apa?"
"Ada-lah. Awak pulang je cepat. Saya tunggu kat rumah. Saya dah buatkan awak bakpau kesukaan awak."
Ah, manisnya. Andai bukan suami kontrak, mungkin Adriana akan sangat bahagia memiliki suami macam Raihan. Adriana langsung menggeleng keras. Bisa-bisanya ia memikirkan betapa manisnya seorang Raihan?
"Paling bakpau-nya sudah kamu racuni 'kan?" tuduh Adriana.
"Astagfirullah. Saya dah baik sama awak. Mane ade saya racunkan awak? masuk penjara-lah saya. Jom balik lah cepat. Emergency."
"Oke. Aku pulang sekarang."
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Setelah berbelanja beberapa pakaian, Adriana menarik pedal gas kembali ke rumah. Dia cukup penasaran dengan apa yang akan dibicarakan Raihan.