Laurent mengemudikan mobilnya dengan cepat. Aifa memasang raut wajah khawatir. Baru di pertengahan jalan mendadak Aifa menyuruhnya berhenti.
"Stop Kak Laurent stop!"
Terpaksa Laurent menepikan mobil lalu mematikan mesinnya.
"Ada apa nona Aifa?"
"Aifa belum masak untuk Rex hari ini. Pasti Rex kelaparan dirumah sakit."
"Apakah nona yakin masak untuk Rex?"
Aifa mengangguk. "Aifa yakin. Ah kita kepasar dulu Laurent. Kamu harus membantuku membawa semua bahan-bahan sayuran. Oke?"
Laurent hanya mengangguk. Menuruti perintah sang nona muda yang keinginannya hampir tidak pernah bisa di tolak. Karena itu Laurent segera mengamudikan mobilnya sampai akhirnya tiba di pasar tradisional.
"Ayo kak Laurent. Waktu kita tidak banyak."
Laurent sampai tergopoh-gopoh mengikuti langkah Aifa yang cepat lalu menyamakan posisinya dengan Aifa.
"Kenapa kita tidak ke minimarket aja nona Aifa?"
"Aifa tidak mau."
"Kenapa?"
"Kata Angel dipasar tradisional sini banyak pria tampan."
"Maksud nona muda si nona Aulia?"
"Oh iya lupa."
"Tapi tetap aja Rex yang sudah melekat di hati Aifa. Ah kalau gak percaya ayo kita ke tukang sayur. Siapa tau kak Laurent bisa bertemu jodoh disini."
Laurent hanya menggelengkan kepalanya karena tingkah Aifa yang kelewat aneh.
"Om saya mau beli sayur. Hari ini mau masak capcay. Buat calon suami saya. Pilihkan yang segar ya Om Penjual sayur yang baik hati."
Dan Aifa benar. Ternyata penjual sayur itu memang tampan berkulit putih. Bahkan saat ini tersenyum ramah dengan nona mudanya sambil memasukan bahan-bahan membuat capcay kedalam plastik.
"Berapa semuanya Om?"
"Gratis buat mbak."
"Kok gratis?"
"Anggap saja rezeki." Pria itu mengedipkan salah satu matanya kearah Aifa hingga akhirnya Aifa tersipu malu sambil memeluk kresek yang berisi sayur tadi.
"Huaaaaaa makasih Om. Semoga Om banyak Rezeki ya. Aamiin."
"Aamiin. Makasih mbak."
"Ini kak Laurent. Tolong bawa ya."
Laurent hanya mengangguk dan kembali mengikuti Aifa. Aifa terlihat semangat dan berkeliling dalam pasar seolah-olah semua ini adalah aktivitas terbaru yang ia sukai semenjak menjadi pengangguran.
Ponsel Aifa berdering. Aifa menerimanya. Lagi-lagi nama Daddy terpampang.
"Asalamualaikum Daddy?"
"Wa'alaikumussalam. Aifa kamu dimana? Cepat pulang!"
"Aifa lagi dipasar. Belanja. Mau masak buat calon suami Aifa."
"Kalau begitu cepat selesaikan. Ada pengamen pinggir jalan nemukan dompetmu Aifa. Dia mengantarkan kerumah."
"Dompet Aifa yang mana?"
"Mana Daddy tahu! Emangnya dompet kamu ada berapa?"
Aifa terlihat berpikir meskipun saat ini ia tengah berjalan menuju keluar pasar.
"Ada 15 Daddy."
"Ya ampun Aifa banyak sekali! Cepat pulang. Kamu ini semenjak pengangguran ada-ada aja hal-hal aneh yang datang kerumah."
"Iya Daddy iya iya. Sudah jangan marah-marah lagi atau Aifa akan adukan ke mommy kalau ada wanita lain yang mengedipkan salah satunya pada Daddy tadi malam."
"Ha? Kapan? Astaga Itu tidak benar!"
"Kemarin malam Daddy! Aifa melihatnya waktu kita singgah di restoran sepulang Aifa temani Daddy ke tukang urut karena malam kemarin encok tidur di teras."
"Awas saja kamu laporkan hal itu pada mommy. Biar bagaimanapun Daddy tidak pernah meladeni wanita-wanita lain diluar sana oke?"
KLIK.
Dan Aifa mendengus kesal. Ia pun segera pulang kerumah bersama Laurenti. Sesampainya di rumah ternyata benar. Pintu rumah terbuka. Begitu Aifa memasukinya ternyata sosok pria muda berkulit putih berwajah manis pun duduk diruang tamu dengan gitarnya.
Fandi menggelengkan kepalanya.
"Kamu ini gimana sih? Teledor!"
Aifa menundukan wajahnya. "Maaf Daddy."
"Ini kak dompetnya."
Aifa pun menerima dompet tersebut. Lalu menatap anak muda itu. "Disini ada kartu nama Aifa. Kenapa tidak telepon saja daripada adek repot-repot kesini? Aifa minta maaf ya.."
Anak muda itu tersenyum. "Maaf kak. Saya tidak punya ponsel. Tapi saya ikhlas kok antarkan dompet kakak. Alhamdulillah sudah sampai dengan selamat."
"Beneran nih tidak apa-apa?"
"Iya kak. Saya ikhlas."
"Ah kalau gitu tunggu disini sebentar."
Lalu Aifa pamit pergi ke kamarnya hingga beberapa menit kemudian ia kembali hadir membawa beberapa koleksi ponselnya. Sebuah ponsel merek apel gigit yang dibandrol harga 10juta.
"Ini adek silahkan pilih ya. Ada 4 warna. Alhamdulillah kondisi bagus semua kok. Aifa bosan pakai. Jadi Aifa simpan."
Dan anak muda itu melongo. Bahkan jika bisa dibilang air liurnya hampir saja menetes kalau ia tidak memiliki rasa malu.
"Em. Kak. Maaf ini berlebihan. Saya-"
"Loh tidak apa-apa. Anggap aja rezeki."
"Terima saja dek." Suara Fandi kembali terdengar. "Anggap saja ini permintaan maaf dari putri saya akibat kebodohannya karena teledor."
Anak muda itu bingung. Aifa menyodorkan ponselnya kearah pria muda itu sampai akhirnya pria muda itu memilih ponsel smartphone Aifa yang softcasenya berwarna abu-abu dengan canggung dan malu.
Day 2
Capcay Cinta Made in Aifa.
Rex bergidik ngeri menatap Aifa yang kini menyodorkan seporsi capcay kuah kearahnya. Bayangan keraguan terhadap kualitas cara memasak Aifa membuatnya menolak.
"Makan saja sendiri."
"Kenapa? Itu enak kok."
"Aku tidak mau mati muda setelah makan masakanmu lagi."
"Kok gitu?" Aifa menundukan wajahnya. Kedua matanya berkaca-kaca. "Nyawa Rex kan Allah yang nentukan. Bukan makanan dari Aifa."
"Tapi aku tidak mau sakit lagi. Oke?"
"Tapi-"
"Dan aku akan menikah 9 hari lagi. Jadi tolong jangan mengacaukan semuanya."
Aifa hanya mengangguk. Ia pun berdiri. Perasaannya hancur. Seharian ini ia lelah terlalu banyak aktivitas sampai-sampai ia rela tidak beristirahat demi ke WK Group.
"Maafin Aifa. Aifa gak bermaksud bikin Rex sakit."
"Sana pulang!"
Aifa pun sedih. Hatinya sesak. Rex mengusirnya dengan kasar. Air mata meluruh di pipinya. Rex masih diam dan sok sibuk mengetik sesuatu di laptop.
"Iya Aifa pulang. Rex jangan capek-capek ya. Kalau lapar Rex bisa makan masakan buatan Aifa."
"Besok Aifa akan kesini lagi. Antar makanan hari 3 buat Rex. Semoga Rex berubah pikiran dan mulai menerima Aifa lagi."
"Asalamualaikum Rex."
Dan Aifa keluar dari ruangan Rex. Raut wajahnya muram. Berharap bahwa Rex memangilnya lagi meskipun itu semua hanya di angan-angan belaka.
Ponsel Aifa kembali berdering. Aifa melihat lagi-lagi nama Daddynya kembali terpampang jelas di layarnya.
"Asalamualaikum. Iya dad ada apa? Apakah Aifa buat kesalahan lagi?"
"Wa'alaikumussalam tidak. Cepat pulang."
"Iya ini Aifa mau pulang kok."
"Dirumah ada banyak kiriman mawar."
Aifa menghentikan langkahnya. Sedikit terkejut.
"Siapa?"
"Dari Ray. Putra Tante Luna. Daddy cukup terkejut karena jumlahnya begitu banyak. Ah bukankah dia pria yang baik Aifa?"
Waw. Lampu hijau kah ini buat Ray dari Daddy Fandi? Wkwkw. Makasih sudah baca. Semoga kalian betah author Baperin.
Jangan jengkel lihat Aifa. Karena karakter dia emang unik dari karya Author sebelumnya
Sehat selalu buat kalian.
With Love
LiaRezaVahlefi
Instagram
lia_rezaa_vahlefii