Pria asing, kita tidak akan bertemu lagi

1203 Words
Setelah mereka pergi. Aline langsung menangis dan akhirnya dia mengeluarkan seluruh kelemahannya. Dia menutupinya agar dia tidak disebut wanita lemah. "Hiks … hiks … hiks, akhirnya kita berpisah Al, kamu bebas sekarang bersama dia!" Ucap Aline, tubuhnya bergetar dan air mata pun terus mengalir membasahi seluruh wajahnya. Hatinya sangat sakit bahkan sudah hancur bersama dengan pengkhianatan Aldo yang sudah membuat Aline benar-benar merasa sangat kecewa. Untuk pertama kalinya, dia melihat wanita yang menangis dan terlihat sangat menderita, apalagi dari yang dia tangkap dari semua kejadian yang terjadi didepan matanya. Darren mengetahui jika wanita cantik dalam pelukannya adalah korban sebuah pengkhianatan dari suaminya yang menikahi wanita lain. Tiba-tiba Darren mengingat tentang kedua orang tuanya. Ibunya meninggal karena serangan jantung mendadak. Itu karena ibunya mendengar jika ayahnya memiliki banyak wanita diluar sana bahkan dia berselingkuh berkali-kali hingga dia mendapati dua wanita yang hamil olehnya. Darren yang masih kecil hanya bisa melihat ibunya menangis, dia menahan semuanya saat ayahnya menikahi dua wanita sekaligus dan memiliki tiga wanita dalam satu atap. Rasa sakit kembali mengalir didalam hati Darren, dia membenci makhluk bernama wanita, selain ibunya tidak ada wanita yang baik di dunia ini. Semua wanita untuknya adalah w************n, itulah yang membuat Darren menganggap wanita hanya sebuah mainan dan hanya uanglah yang mereka cari. Tapi hari ini, dia melihat ada satu wanita yang benar-benar sangat menderita dan dia terlihat persis seperti ibunya. Darren memeluk Aline dan dia merasakan semua kesedihan dalam dekapannya, kesedihan Aline yang membangkitkan rasa sedih Darren yang dia kubur dalam-dalam didalam hatinya. "Hiks … hiks, kenapa dia setega itu? Dia membohongi aku dan selama hampir satu tahun dia berselingkuh dengan sahabatku, orang yang aku percayai semuanya mengkhianati aku. Apakah karena aku miskin jadi mereka bisa melakukan ini padaku? Hiks … hiks …, aku sangat membenci mereka, sangat!" Teriak Aline didalam pelukan Darren. Dia menangis sepuasnya dan menumpahkan rasa sakit hatinya. Darren membelai lembut rambut Aline dengan lembut. Dia merasakan sesuatu yang hilang di masa lalunya kini terungkit kembali, masa lalu yang membuatnya membenci wanita selain ibunya. "Sejahat itu kah dia? Apakah dia bodoh?!" Ucap Darren dengan nada tinggi. Rasanya dia ingin menghabisi pria semacam Aldo. Dia juga b******k tapi tidak sebrengsek Aldo yang mengkhianati pernikahannya dan menyakiti wanita yang sudah mencintainya begitu tulus. Aline tidak menjawab, dia terus menangis tiada henti. Dadanya terasa sesak menahan semua penderitaan yang harus dia alami. Suami, mertua dan sahabatnya sudah mengkhianatinya bahkan sudah secara terang-terangan mereka begitu bangga dan ingin menyingkirkan dirinya. Seperti saat ini, Aline tahu jika dirinya sudah jatuh dalam jebakan ibu mertuanya dan mungkin Meta juga terlibat. "Hiks … hiks, terima kasih sudah menolong aku!" Ucap Aline yang masih menangis tiada henti. Wajahnya basah dipenuhi oleh air mata, pipi dan hidungnya memerah dan matanya terlihat bengkak. Membuat Darren semakin kasihan saat melihatnya. Dia menyesal karena sudah mengambil kesempatan saat dia tidak sadarkan diri. Darren menghela nafas berat, dia sudah berbuat kesalahan dan gara-gara dia, Aline semakin berada dalam jurang kehancuran hidupnya. Darren menutup matanya sejenak dan merasakan kepedihan wanita cantik yang berada dalam pelukannya, dia benar-benar merasa sangat simpati. Saat Darren ingin melihat wajahnya lagi, Darren merasakan jika suara Isak tangis Aline tidak terdengar lagi. Darren mencoba mendorong sedikit tubuh Aline dan melihat jika dia menutup matanya. Darren merasa panik, dia takut Aline pingsan atau yang lebih menyeramkan jika dia mati. Darren menyentuh hidungnya dan Aline masih bernafas. Merasakan hal itu, Darren tersenyum lega, karena Aline hanya tertidur saja. "Kamu membuatku panik saja, Aline!" Ucap Darren. Dia membantu Aline untuk berbaring di tempat tidur dan Darren melihat seluruh tubuh Aline yang masih polos tanpa memakai apapun. Tubuh indah yang begitu menggoda membuat Pai hasrat dalam hati Darren mulai bangkit. Keinginnnya untuk menyentuh tubuh Aline datang kembali. Namun Darren langsung menggelengkan kepalanya berkali-kali. "s**t! Jangan memiliki pikiran kotor kamu Darr, dia sedang bersedih," Ucap Darren yang berusaha menenangkan api hasrat dihatinya. Padahal ini untuk pertama kalinya dia menginginkan seorang wanita hingga berkali-kali, hanya pada Aline dia benar-benar memiliki keinginan untuk menyentuhnya. Darren menatap wajah Aline yang sedang menutup matanya. Wajah yang penuh dengan noda air mata bahkan dalam tidurnya dia masih saja menangis. "Aline, kamu memiliki sihir apa? Bisa-bisanya kamu membuat aku seperti ini!" Ucap Darren, dia mengecup bibir Aline dan menyentuh sebentar dua gundukkan kenyal miliknya. Darren tertawa sendiri, karena tangannya yang nakal ingin selalu menyentuh tubuh Aline. "Ahhh … sepertinya aku sudah terkena candu tubuh kamu Aline!" Ucap Darren, dia tertawa sendiri sambil mengusap wajah Aline. Setelah puas menyentuh Aline. Darren pun berbaring di sampingnya. Menarik tubuhnya Aline dan Darren memeluknya sangat erat, mematikan lampu dan dia pun ikut tertidur. **** Keesokan harinya. Pagi hari pukul 06.00 WIB. Aline mulai membuka matanya, matanya terasa berat dan sulit sekali untuk membukanya. Semalam dia menangis dan tanpa sadar dia pun tertidur karena kelelahan. Aline menggosok matanya berkali-kali dan merasakan jika kepalanya bukan diatas bantal lembut tapi ini terasa sangat keras. Aline menyentuh nya dan melihat jika dia kembali berada dalam pelukan pria asing yang semalam menolongnya dan juga mau meminjamkan pelukan untuknya. Aline menatap pria tampan yang sudah menolongnya walaupun sempat mengambil kesempatan saat dia tidak sadarkan diri. Aline baru menyadari jika pria yang bersamanya ternyata sangat tampan dan terlihat jika dia bukan pria baik. Wajah tampannya bisa membuat semua wanita tergila-gila dan membuat semua wanita rela menjadi cinta satu malam dengannya asalkan bisa bersamanya. Aline tersenyum kecil. Dia merasa jika sudah tidak memiliki hutang Budi pada pria ini, dia sudah menolongnya dan dia sudah mengambil keuntungan dari tubuhnya. "Aku sudah tidak memiliki hutang Budi dengan kamu, jadi cukup sampai disini saja! Terima kasih karena akhirnya Aldo mau menceraikan aku!" Ucap Aline, dia mengusap pipi pria Asing yang Aline tidak tahu asal usulnya bahkan nama pun dia tidak tahu. Aline bangun dari tempat tidurnya dan mencari pakaiannya. Saat dia mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai, Aline hanya bisa menghela nafas panjang karena pakaiannya robek dan sudah tidak bisa dia kenakan lagi. "Se sadis ini kah dia?" Ucap Aline sambil menatap kearah Darren yang masih tertidur pulas. Setelah menatapnya sebentar, Aline langsung mencari pakaian yang bisa dia kenakan. Dia menemukan satu set pakaian wanita yang ternyata Darren menyiapkannya tadi malam. Satu set pakaian mahal yang harganya bisa menebus hingga jutaan rupiah. Aline langsung mengenakkannya. Dia harus segera pergi dan mengambil seluruh barang-barangnya. Dia sudah tidak mau menginjak rumah yang penuh kenangan indah bersama Aldo dan juga rumah yang jika dia terus tinggali maka akan menjadi neraka dalam hidupnya. Setelah mengenakkan pakaiannya dan mengambil tas nya Aline menatap kembali kearah pria tampan yang masih tertidur pulas dan tidak tahu jika dia akan pergi meninggalkannya. Aline mengambil secarik kertas dan menuliskan beberapa kata. Setelah selesai, dia menyimpannya di meja nakas sebelah ponsel miliknya. Aline menatap sekali lagi wajah pria tampan itu dan berkata, " selamat tinggal, semoga kita tidak bertemu lagi!" Aline tersenyum kecil dan segera pergi meninggalkan Darren yang masih tertidur dan dia masih merasa jika Aline masih berada dalam pelukannya. Aline menutup pintunya secara perlahan dan pergi meninggalkan hotel itu. Setelah ini, dia harus memulai hidup baru. Kembali ke rumah lamanya bersama ibu dan adiknya. Aline bingung harus mengatakan apa pada ibunya, karena ibunya masih memiliki trauma terhadap perceraian dan juga perselingkuhan. Aline menghentikan taksi dan dia pun masuk ke dalamnya. Tujuan pertamanya adalah rumah Aldo, dia akan mengambil semua barang yang ada disana dan setelah itu akan mencari pekerjaan untuk kehidupan barunya kelak, kehidupan tanpa kemewahan dan dimanjakan oleh Aldo. Sambil menatap jendela, Aline merasa jika ini masih seperti mimpi. Pria yang mengatakan jika dia mencintainya, sabar, lembut dan selalu memanjakannya ternyata mengkhianatinya. Menghela nafas panjang tanpa terasa air mata pun mengalir deras. Cintanya sudah mati, mati bersama dengan hancurnya perasaannya karena telah dikhianati seperti orang bodoh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD