Torture

1084 Words
Maxime melirik wanita-wanita itu tidak berminat, jika bukan karena undangan dari teman-temannya ia malas kemari. Meminum sedikit vodka tak membuat dirinya berselera di tempat ini. Tiga wanita itu sedari tadi menggodanya, tapi hari ini ia benar-benar tak ingin melakukan itu. Ia hanya ingin pulang dan istirahat. Kepalanya hampir pecah karena tumpukan dokumen dan masalah yang terjadi di perusahaan miliknya. Ia melihat-lihat sekeliling tempat ini, tak ada yang menarik. Hingga ia melihat wanita itu. Wanita yang menggoyangkan tubuhnya liar seakan sengaja membuat pria mendekatinya. Ia bisa melihat wajah cantik itu, sangat cantik. Apalagi kulit putih yang menurutnya terlalu putih di antara temaram lampu membuatnya mencolok. Wanita itu menatap kearahnya hingga membuat tatapan mereka bertemu. Tak terduga Wanita itu bergoyang begitu sensual dengan menatapnya menggoda, membuat jiwa kelakiannya membara. Tapi Max tak mau gegabah kali ini, ia meneliti penampilan seksi wanita itu bukan sepertinya dia tidak setua itu untuk disebut wanita. Maxime mengabaikan pemikirannya dan berjalan menuju gadis yang menggodanya itu lalu memeluknya dari belakang. Penilaian Max sebagai pria tak akan salah, perempuan dipelukannya ini memilki tubuh yang indah dari bentuk sudah pasti. Tetapi tiba-tiba ia merasa b****g gadis ini sengaja digesekkan ke selangkangannya yang dimana junior sudah bangun. "Gadis nakal." Geramnya tepat ditelinga gadis itu. Tapi si gadis tak memperdulikannya dan terus saja bergoyang. Pelukan Max mengerat dan sengaja semakin menempelkan dirinya ke tubuh gadis itu. Satu tangan meraba perutnya dan yang satu ke arah paha mulusnya. Aroma tubuh gadis ini membuatnya gila, tanpa izin bibir Max mencecapi leher serta telinganya. Sesekali digigitnya bahu dan punggung. Tetapi lagi lagi godaan dilancarkan dengan menekan dan menggoyang memutar b****g yang sialnya seksi itu di junior Max. "Siapa namamu?" Tatapan mereka bertemu dan Max semakin tergila-gila dengan manik cokelat madu itu. "Gwen."Entah sengaja atau tidak, tetapi itu terdengar seperti desahan menurut Max. "Just Gwen?" Gadis itu mengangguk dan langsung menyerang bibir bibirnya. Dari ciuman mereka Max tau gadis ini berpengalaman, jadi tanpa menunggu dibalas juga ciuman itu dengan brutal pula, panas dan menggelora. Tangan Max masuk kedalam baju seksi gadis itu meremas payudaranya yang sialannya tanpa bra. "No bra? Apa kau berniat menggodaku?" Max mendegus setelah melepas ciuman mereka sebentar, Max sedikit kesal dengan apa yang dihadapinya. Bagaimana gadis ini berkeliaran tanpa bra. Oh f**k! Respon membalik badan dan menempelkan tubuh mereka bukanlah hal yang terpikir oleh Max. "Untuk apa dipakai jika nanti dilepas?" Emosi mendengar jawaban itu Max langsung menciumnya lagi tanpa ampun yang bisa diimbangi gadis ini. Lenguhan gadis itu membuatnya semakin gila. "Kita butuh kamar sekarang." Segera Max membawa gadis ini menuju parkiran dimana mobilnya berada. "Ke mana kita?" Max sedikit melirik gadis itu dan menjawab, "Apartemen ku." Lalu fokusnya kembali pada jalan, tetapi juniornya sudah menjerit minta keluar jadi ia hanya bisa melirik gadis itu yang sialannya begitu seksi. Tiba-tiba tangannya dibawa kearah paha mulus itu. "Jika ingin menyentuhnya sentuh saja tidak perlu meliriknya terus menerus." Seketika Max menjadi gugup, tapi tak ayal tangannya terus mengusap lembut paha gadis itu. "Berapa usiamu?" Tanyanya membuka pembicaraan sekaligus mencari informasi. "18 tahun." Max sudah duga ini. Tapi mengapa gadis ini sudah seliar ini diusia muda? Apa dia butuh uang? "Masih sekolah?" Max dapat melihat anggukan kepalanya. Max sedikit tak yakin atas penglihatannya. Jadi malam ini ia akan bermain dengan anak sekolah? "Kamu jangan khawatir. Aku sudah ahli dalam hal ini jika yang kamu khawatirkan aku adalah seorang amatir." Max tidak mengkhawatirkan itu sungguh, melihat gaya gadis ini Max tau gadis ini berpengalaman. Saat lampu merah gadis itu menciumnya cukup lama hingga lampu kembali hijau. Seakan memperlihatkan ke agresifannya. "Aku tidak pernah mencobanya bersama anak sekolah." Ujar Max jujur. Tiba-tiba gadis itu mendudukan diri dipangkuannya. Mengecup, menghisap dan menjilat di leher serta bawah telinganya Max jadi semakin tak sabar ingin sampai ke apartemennya. Belum lagi p******a no bra yang di gesekkan serta b****g yang bergerak maju mundur semakin membuat Max menggila. "Kalau begitu. Biarkan anak sekolah ini memberi pelayanan." Bisik gadis itu sensual. "Sialan!" Max segera memarkirkan mobilnya asal di basement. Memeluk gadis ini erat dalam gendongannya dan keluar dari mobil. Max menahan wajah gadis itu yang sedari tadi menyerangnya dan berbalas menyerang dengan ciuman kasar. Menabrakkan punggung gadis ini di dinding lift dan melanjutkan ciuman panas mereka. Setelah menekan tombol tujuan lantai, lift segera berjalan dengan kegiatan mereka yang masih berlangsung. "Aku ingin segera memasukimu. Kau membuatku gila." Max mengembuskan nafas memburunya dieher gadis itu. Tanpa menunggu lama, Max memasuki apartemennya dan menuju ke kamar. Di bantingnya gadis itu ke ranjang empuk miliknya yang tidak pernah ditiduri wanita mana pun. "Wow, slown down beibh." Ujar gadis itu mencoba menenangkan dirinya yang sudah tak tahan. Ia segera menindihkan tubuhnya ke tubuh gadis itu. Melumat kembali bibir yang sudah menjadi candunya. Tangannya pun tak bisa diam, terus meremas p******a yang agak kebesaran ditangannya. Tak menyangka tenaga Gwen begitu besar hingga bisa membalik keadaan. Gadis itu yang kini berada diatasnya. Membuka kemejanya kasar dan mulai melancarkan aksinya membuat Max menahan desahan. Sialan ia merasa seperti perempuan sekarang, tapi sungguh apa yang dilakukan gadis ini membuatnya merasa kenikmatan. Shirtless sudah dirinya, kini celananya pun hendak ditelanjangi. Diusapnya lembut celana dalam Celvin Klein yang sudah menggembung itu membuatnya menggeram. Tak menunggu lama gadis itu langsung membuka celana satu-satunya Max pakai tanpa canggung, sangat terlihat ini sudah biasa. Miliknya sudah berdiri dengan gagah di depan wajah gadis itu. Max tentu saja bangga pada miliknya yang bisa membuat para wanita memuja dan meraung kepuasan. Tapi gadis ini terlihat biasa saja, sedikit membuat Max kecewa dan bertanya-tanya. "Besar. Sungguh menakjubkan." Hanya kata itu lalu digenggamnya junior milik Max dan dikulum ujung nya. Membuat perut Max terasa diterbangi kupu-kupu dan nikmat bersamaan. Awalnya Max ingin menarik gadis itu dan langsung ke intinya saja, karena jika handjob atau blowjob Max tidak akan bisa sampai puncak. Perlu waktu lama. Tetapi saat pertama gadis itu menghisap dirinya membuat Max tak berdaya. Dan tak butuh waktu lama sepeti biasanya, cairan putih itu keluar cukup banyak dan langsung dilahap habis oleh gadis itu tanpa rasa jijik. Hanya butuh sepuluh menit dan dirinya sudah keluar. Max tak percaya ini. Segera ia raih tubuh gadis itu dan membuka paksa bajunya. Memperlihatkan bukit besar yang begitu indah. Max langsung menyusu seperti bayi dengan cara bergantian di p******a gadis itu. Tapi lagi-lagi gadis itu melepasnya dan membiarkan junior milik Max diapit oleh p******a yang belum membuat Max merasa puas. Max menggeram merasakan kulit lembut dan kenyal itu bersentuhan dengan dirinya. Sungguh gadis ini menyiksanya. Ia hanya ingin intinya saja, tapi lagi lagi hanya desahan yang keluar dari bibirnya. Sial! Vote and Comment!! Gwen❤
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD