1- Renjana Hati

1413 Words
◍•◍•✿•◍•◍✿◍•◍•✿•◍•◍ “Chef..” panggil seorang karyawan yang bertugas di dapur pagi ini. “Chef Vano.” Panggilnya lagi merujuk pada kepada chef sekaligus pemilik kafe tempatnya bekerja. Ervano yang dipanggil mengerjap seketika. Tangan yang tadinya sibuk memberi sentuhan akhir pada cake Baumkuchen terbarunya terhenti. Fokusnya memang sedang kacau sejak tiga hari terakhir ini, sejak ada salah satu akun sosial media yang mengusik hatinya. “Kenapa Lia?” “Itu chef, toppingnya cakenya... itu.. anu... luber.” jawab karyawannya itu terbata sambil menunjuk cake didepan sang boss. “Kamu lanjutkan aja ya, saya lagi gak fokus.” Ervano meletakkan kantong bening berisi Glace icing diatas meja. “Baik chef,” gadis itu mengangguk lantas mundur satu langkah untuk memberi akses jalan pada atasannya itu. Ervano yang sudah melepas apron dan sarung tangan plastik segera meninggalkan area dapur menuju ruang kerjanya yang berada dilantai dua. Pagi seperti ini cafe masih nampak sepi karena baru saja dibuka. Beberapa karyawannya sibuk menata kursi-kursi kecil dibawah meja pengunjung. Seorang barista beserta dua juru masak terbaiknya juga sudah sibuk dengan bagiannya masing-masing. Setelah masuk dan menutup pintu ruang kerjanya, Ervano lantas mendaratkan bokongnya pada kursi kebesarannya. Menopang dagu dengan salah satu tangan dan tangan yang lain sibuk membuka salah satu akun berbagi foto dan video populer yang sejak beberapa hari lalu marak berlalu lalang di timelinenya dengan salah satu tagar #renjanahati. Tagar yang membuatnya semakin penasaran, karena setelah ia mengikuti tautannya ternyata merujuk pada salah satu nama pena seorang penulis yang tak ia ketahui siapa sebenarnya. Hingga Ervan melihat satu-persatu unggahan karya dari pemilik akun Renjana Hati, benaknya hanya tertuju pada satu nama. Seorang gadis belia yang dikenalnya belasan tahun silam. Seorang gadis yang sempat membuat ceria hari-harinya. Elvin Eleanor. Keyakinannya kian bertambah ketika ia membaca ulasan dari debut n****+ dari si Renjana Hati yang bertajuk ‘Merindu’. n****+ yang diterbitkan delapan tahun lalu. Meskipun Ervano hanya membaca sebagian dari n****+ tersebut, ia sangat yakin penulis dibalik nama pena Renjana Hati itu adalah Elvin. Bagaimana tidak, Ervano banyak menemukan kesamaan antara kejadian-kejadian yang digambarkan pada n****+ tersebut dengan peristiwa yang ia lalui bersama Elvin di masa lalu. Ervano tersenyum tipis ketika benaknya memerintahkan untuk mencari tau tentang akun pribadi milih Elvin. Dan... gotcha, dengan satu jentikan jari Ervan memutuskan untuk mengikuti akun pribadi Elvin yang dikunci untuk publik tersebut. *** Jauh dari tempat Ervano berada, Elvin terperanjat dari tempat duduknya sambil menutup mulut seakan tak percaya dengan notifikasi yang baru saja masuk ponselnya. Nama akun yang baru saja mengikuti akunnya begitu mirip dengan nama seseorang yang sudah belasan tahun menghuni salah satu ruang hatinya. Bukan sekedar mirip, tapi memang orang itulah sang pemilik akun. Elvin sangat yakin begitu melihat foto profil yang dilihatnya sama persis dengan foto yang pernah ia ambil bertahun-tahun yang lalu. Dialah Ervano Bhalendra. “Kenapa kak Vin? Mata lo hampir keluar gitu, abis liat kunti?” tanya Meli, asisten editor yang bekerja padanya selama empat tahun terakhir. “Bukan kunti Mel, tapi sama-sama bikin gue takut, takut gak bisa berpaling lagi dari dia.” jawab Elvin beranjak dari meja kerjanya lantas mendekati Meli yang terpekur pada layar monitor. “Siapa?” Meli yang mulai penasaran menghentikan gerakan jari-jarinya diatas keyboard. “Lo masih inget kan, gue pernah cerita kalo tokoh Revan dalam ‘Merindu’ itu beneran ada?” Revan adalah salah satu nama tokoh utama dalam debut n****+ Elvin yang berjudul ‘Merindu’. n****+ pertama yang melambungkan namanya menjadi penulis ternama, bersanding dengan beberapa penulis tenar lainnya di tanah air. Revan yang tak lain dan tak bukan ia ambil dari dari Ervano Bhalendra. Pun dengan beberapa cuplikan peristiwa dalam n****+ itu adalah peristiwa yang pernah ia alami sendiri ketika mengenal Ervan dulu. "Ervan Ervan itu? terus kenapa?" kening Meli berkerut. "Kenapa, dia tiba-tiba follow IG gue ya? Duh.. Mel, jantung gue mendadak lompat-lompat nih." ucap Elvin salah tingkah. Perempuan itu menunjukkan layar gawainya pada Meli untuk meyakinkan sahabatnya itu lagi. Meli yang tadinya acuh jadi ikut mendekat dan memastikan lagi bahwa akun yang dimaksud Elvin adalah akun Ervano. "Biasa aja napa kak? Bukannya udah lama berlalu?" "Tapi rasa gue ke dia gak pernah berlalu Mel, sejak dulu. Bahkan saat gue masih bareng sama mas Rega, gue sering kepikiran dia." "Sarap lo kak? Udah punya suami juga masih mikirin cowok lain." cibir Meli. "Mantan suami Mel, mantan..." Elvin mengingatkan. Iya, rumah tangganya bersama Rega Sadewo yang sudah berjalan 4 tahun memang sudah berakhir beberapa bulan lalu. Bahkan surat keputusan pengadilan yang memutuskan hak asuh Malika— putri tunggalnya, sudah ia terima. Namun hubungannya dengan Rega sang mantan suami, tetap berjalan dengan baik hingga saat ini. Semua demi sang buah hati tentunya, Elvin tak ingin putrinya yang belum genap tiga tahun itu merasakan kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya. "Aaagh... Iya hampir lupa, mas Rega kan udah jadi duren alias duda keren." ledek meli sambil terkekeh. "Ambil aja kalau mau, dia belum ada calon pendamping tuh kayaknya." seru Elvin tanpa menoleh pada meli yang kembali berkutat dengan komputernya. "Timpang banget kalau gue sama mas Rega kak, dianya kece badai gitu." "Lo kan juga kece?" "Gue? Gak deh... gue gak minat sama bekasan boss." Meli melambaikan tangannya. "Eeeh... kak, jangan-jangan mas Rega belum punya gandengan baru karena belum move on dari elo kak. Gak rujuk aja sih, cowok hawt gitu malah dilepas." Meli mencebikkan bibir bawahnya. "Nggak lah Mel, gue gak bisa terus-terusan bohong sama perasaan gue sendiri kan? Gak adil juga buat mas Rega kalo ternyata hati gue masih terpaut sama Ervan." "Hadeeeh, Ervan lagi Ervan lagi. Dia udah punya istri kak." "Terus masalahnya dimana?" "Lo gak berniat jadi pelakor kan kak?" "Ckk, mikir lo kejauhan Mel, gue sama Ervan udah gak pernah komunikasi sejak sepuluh tahun lalu. Gimana bisa gue jadi pelakor? Mencintai dalam diam udah cukup buat gue." "Diiih... Sok mencintai dalam diam. Yakin kuat nahan?" "Gak yakin sebenernya. Kalau dulu pas masih remaja labil sih mungkin agak malu-malu ya mau ungkapin perasaan. Tapi kalo sekarang mah.. biasa aja. Kalo sayang gue akan bilang sayang, pun sebaliknya. Gak guna juga nutupin perasaan cuma bikin sesek." ceramah Elvin yang disimak serius oleh Meli. "Makanya lo keluarin n****+ 'Merindu' itu kan? Buat ungkapin perasaan lo sama si Ervan. Tapi gak ngaruh juga kalo dia gak baca." "Ya biarin lah Mel, setidaknya gue udah lega karena menumpahkan perasaan gue dalam bentuk tulisan, gak ditahan dalam hati lagi." Mendadak muncul satu pemikiran dalam benak Elvin terkait munculnya Ervan yang tiba-tiba. "Mel, Mel... jangan-jangan malah sebaliknya, si Ervan baca n****+ gue, makanya dia tiba-tiba muncul." wajah Elvin berubah pias saat menatap Meli. "Mampus lo kak? Siap-siap aja kalo dia gak terima lo masukin dia jadi tokoh cerita." "Duuh Mel, jangan bikin cemas deh lo." "Yaa... kali aja kak, secara yaa.. n****+ Merindu udah eksis dimana-mana. Kali aja dia baca. Elo juga siih kebanyakan mikirin dia pas lagi ngetik novelnya." "Gimana gak mikirin dodol, kan emang cerita tentang perasaan gue ke dia. Sedikit banyak pasti gue mikirin dia lah." "Dan ternyata pikiran lo itu nyambung ke dia kayak telepati gitu marimarr. Daaan... taraaa dia muncul deh sekarang. Siap-siap aja makin gak bisa move on." "Iissh... Bukannya bikin tenang, malah bikin otak gue kacau lo Mel." decak Elvi kembali duduk di kursi kebesarannya. "Jangan salah kak, gue yakin otak lo bakal lebih kacau lagi begitu dengar berita seminar bulan depan diadakan dimana. Gue barusan dapet email, karena elo jadi salah satu pembicara disana." ujar meli penuh teka-teki. "Emang dimana?" Elvin menegakkan punggungnya lagi. "Denpasar, Bali. Tempat penuh kenangan lo bareng Ervan. Gue doain elo ketemu dia disana. Dan makin kacau lah hati dan otak lo." Meli terbahak sambil bertepuk tangan melihat ekspresi terkejut dari sang sahabat sekaligus boss nya itu. "Mampus gue." Elvin menepuk keningnya lemah. Dari sekian banyak kota besar di Indonesia, kenapa harus Denpasar yang menjadi tujuan diselenggarakannya seminar besar yang dihadiri Elvin. Bukannya tak suka dengan kota itu, Elvin malah cenderung jatuh cinta pada keindahan pulau Bali. Namun karena banyak kenangan yang sudah ia lewati bersama Ervan disana. Setelah bertahun-tahun tak menjejakkan kaki di Bali, Elvin khawatir hatinya kembali goyah karena banyak mengingat memori dengan pria yang sudah memenjarakan hatinya itu. . . *Bersambung 23/3/2021 ➜➜➜➜➜➜➜➜➜➜➜➜➜ Hollaa... Alhamdulillaaah ketemu lagi di n****+ ku yang ke empat. Semoga suka ya, jangan lupa masukin library. Peluk satu-satu, mbak Li ( ˘ ³˘)♥
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD