Ch-2

1287 Words
Erlin Joe kembali bekerja seperti biasa di hotel Larosse. Gadis itu memiliki lebih banyak waktu karena tidak ada jadwal kuliah lagi. Di sisi lain, Derent sedang berada di dalam ruangan kerjanya. Pria itu baru datang lima menit yang lalu. Karena dia tidak begitu memperhatikan karyawannya di hotel miliknya, sosok Erlin yang menyapa di belakang meja resepsionis beberapa saat lalu tidak dikenali olehnya. Derent masih gelisah, ucapan Erlin semalam membuatnya tidak bisa tenang sama sekali. "Kamu ingin membuangku!? Hah?! Lihat saja, aku akan membuatmu berada di dalam genggamanku!" Ucapnya. Derent kembali masuk ke situs online tempat dia bertemu dengan Erlin pertama kali. Pria itu melhat Erlin mengajukan daftar kencan buta. Derent syok sekali. Pria itu dengan segala cara berusaha menyabotase semua penyedia jasa di sana. Sampai-sampai Derent menyewa jasa haker untuk mencegah Erlin mendapatkan teman kencannya. Derent menggunakan akun lain dan masuk. Pria itu mengambil tawaran kencan buta dari Erlin! Entah sudah berapa ribu dolar yang dia habiskan hanya semata-mata untuk kesenangan tersebut. "Apakah tugas saya sudah selesai Mr?" Tanya seorang haker melalui telepon di seberang sana. "Lacak alamat wanita bernama Erlin Joe, keseharian apa saja yang dilakukan oleh wanita itu!" Perintahnya pada haker yang dia sewa. Tidak butuh waktu lama, Derent segera mendapatkan biodata lengkap Erlin Joe. Mata Derent melotot saat melihat data tersebut. Erlin Joe adalah karyawannya sendiri! Beberapa kali Erlin sudah menceritakan padanya tentang pekerjaan yang wanita itu kerjakan selama ini. Namun Derent tidak pernah berpikir kalau hotel tempat kerja Erlin adalah hotel Larosse miliknya. "Berarti sekarang, Erlin ada di lobi hotel ini?" Derent meremas tengkuknya sendiri berkali-kali. Hal gila namun membuat pria itu berkeras untuk tidak segera mengakhirinya! Derent menghenyakkan tubuhnya di kursi kerjanya. Pria itu masih belum ingin membongkar siapa dirinya di depan Erlin. Lantaran dia juga yakin kalau Erlin tidak mengenal dirinya selama ini. Derent tidak pernah mengurus karyawan hotel. Masalah gaji karyawan dan lainnya adalah tugas untuk asistennya. Akhir pekan pria itu akan bertemu dengan Erlin Joe tanpa topeng wajahnya. Erlin mengira bahwa acara pertemuan akhir pekan ini akan berjalan lancar. Dia berharap bisa menemukan sosok yang diidolakan dalam angannya selama ini. Bahkan gadis itu berharap kalau hubungan dari pertemuan kencan buta tersebut akan berakhir ke jenjang serius, berlanjut dalam ikatan pernikahan. Itulah harapan Erlin Joe. Di sisi lain.. Derent sudah bersiap, pria itu menunggu kedatangan Erlin di sebuah atap restoran. Pria itu melakukan reservasi satu atap hanya untuk janji temu mereka berdua. Erlin Joe baru tiba di restoran tersebut. Tanpa ragu Erlin naik ke atap. Dan gadis itu kembali terkejut lantaran pria yang dia temui adalah Mr. D. "Kau? Bagaimana mungkin?" Tanyanya sambil bersiap untuk memutar tubuhnya berbalik pergi. "Tunggu!" Derent menahannya. Erlin masih berdiri memunggungi Derent di ujung anak tangga. Jemari tangan kanan Erlin meremas kesal teralis pembatas tangga. Pria itu berjalan mendekat, lalu berdiri tepat di belakang punggungnya. Derent mengambil tangan Erlin Joe, membawanya menuju tempat duduk yang sudah dia siapkan untuknya. "Biarkan aku pergi Mr, please!" Pintanya saat Derent menekan kedua bahunya agar duduk di kursi. "Kamu harus memenuhi janjimu, kamu lupa sudah menyetujui untuk kencan buta denganku? Atau kamu ingin aku membawanya ke meja hukum karena kamu mengingkarinya?" Tawar Derent dengan nada mengintimidasi. Tentu saja Erlin Joe cemas dan takut. Selama ini dia tidak pernah melakukan kesalahan apapun, apalagi sampai dilaporkan kepada pihak berwajib. "Jangan! Aku mohon jangan!" Ucapnya sambil menggenggam jemari tangan Derent dengan tatapan memohon. "Kamu ingin melihat wajahku kan?" Ucap Derent seraya bersiap untuk melepaskan topeng yang masih membingkai wajahnya. Erlin segera berdiri untuk menahannya. "Jangan Mr. Tidak perlu! Aku mungkin tidak akan bisa membayar harga yang kamu ajukan padaku." Serunya sambil memalingkan wajahnya dengan kedua mata terpejam rapat. Erlin tidak mau melihat wajah Derent, gadis itu cemas jika Derent kembali meminta ganti rugi padanya. "Bukankah kita resmi menjadi pasangan kekasih mulai hari ini?" Tanya Derent untuk memastikan kembali hubungan antara mereka berdua. Erlin Joe perlahan membuka kedua matanya, lalu menoleh menatap wajah pria yang selama ini belum pernah dia lihat sama sekali. "Aku, aku.." Erlin gugup sekali. Selisih usia mereka berdua terlampau sedikit jauh. Dan dia masih belum tahu seluk-beluk sosok pria tersebut. Bagaimana mungkin dia berpacaran dengan pria yang tidak jelas asal-usulnya! Hatinya menjerit! "Kamu ingin menolak ku? Meskipun sudah melihat wajahku? Terima hubungan antara kita. Aku masih pria yang sama, bukan pria gila yang membabi buta!" Serunya kembali menegaskan bahwa dia tidak akan bertindak di luar batas meski resmi menjalin hubungan sebagai kekasih Erlin. "Baiklah, Mr. Aku setuju." Erlin kembali terduduk di kursi. Tubuhnya terasa lemas. Tatapan pria yang kini tengah menatap dirinya sepanjang beberapa jam lamanya membuatnya sulit menebak apa yang sedang dipikirkan oleh sosok pria tersebut. "Bagaimana pekerjaanmu? Apa berjalan lancar?" Tanya Derent sambil menuangkan minuman pada gelas Erlin Joe. "Lancar Mr. Pemilik hotel tempatku bekerja sangat baik, dia membayar penuh gajiku setiap bulan, walau kami tidak pernah bertemu tapi aku yakin pria itu pria yang baik." Sejenak Erlin teringat ketika melihat punggung Derent berlalu masuk ke dalam ruangan tempat atasannya tersebut mengurung diri sepanjang hari. Derent meremas tengkuknya, pria itu nampak gelisah dan cemas kalau sampai ketahuan tentang identitas dirinya yang sebenarnya. Derent memulai hubungan antara mereka berdua hanya berbekal dengan surat kontrak kencan buta tersebut. Hubungan itu terasa begitu manis baginya, jika dibandingkan dengan pernikahan antara dirinya dengan Evrina Marloy. Erlin Joe segera berpamitan padanya untuk kembali ke rumah. Mereka berdua bertemu selama beberapa jam. "Mr, aku mau pulang dulu. Sudah sore." Ucapnya pada Derent. "Kamu buru-buru sekali, apa ada hal yang mengganggumu?" Tanyanya seakan enggan melepas kepergian Erlin Joe sore itu. "Tidak ada Mr. Hanya saja aku ingin membuat surat lamaran kerja di sebuah perusahaan. Aku tidak mungkin bekerja paruh waktu seumur hidup, bukan?" Ucapnya sambil mengukir senyum. "Ah, iya, kamu benar. Ah..tapi kenapa kamu tidak mencoba untuk mengajukan permohonan sebagai karyawan tetap di hotel Larosse? Mungkin saja atasanmu yang baik itu bersedia untuk menerimamu sebagai karyawan tetap di sana." Ujar Derent dengan sengaja, padahal dia ingin lebih leluasa untuk mengawasi Erlin Joe. "Kamu benar, tapi aku kuliah di bidang manajemen bisnis. Dan aku memilki cita-cita menjadi karyawan kantoran. Bukan resepsionis." Erlin menundukkan kepalanya. Gadis itu tidak berani membalas tatapan mata tajam Derent saat ini. "Jika kamu mengajukan lamaran dengan ijazah jurusan manajemen bisnis. Mungkin saja atasanmu menempatkan dirimu bukan di belakang meja resepsionis. Tapi bisa saja menjadi asisten pribadinya!" Sahut Derent yang sudah sangat geram lantaran dia merasa kalau Erlin hanya menggunakan alasan melamar menjadi pegawai kantoran untuk terlepas dari perjanjian kontrak antara mereka berdua. "Itu. Aku.." Ucap Erlin ragu-ragu. Dia sampai terkejut karena sepertinya Derent sangat memaksa agar dia tetap bekerja di hotel Larosse. "Mungkin saja dia akan memberikan gaji pokok dengan nilai fantastis! Jika dibandingkan bekerja di perusahaan?!" Lanjut Derent sambil memaksa senyum. "Kenapa kamu memaksa sekali?" Tanya Erlin segera. "Aku hanya cemas kamu kecewa setelah benar-benar bekerja sebagai karyawan tetap di kantor. Karena gajinya yang kecil dan pekerjaan yang sangat sibuk, lalu kamu mengabaikan ku!" Seru Derent tiba-tiba. "Hah!? Astaga! Mr, kamu lucu sekali. Hahahhahhaha!" Erlin tertawa terpingkal-pingkal. Dia tertawa lepas menatap raut wajah Derent begitu gusar saat ini. Erlin terlena dan merasa dirinya begitu dicintai oleh pria tersebut. Hanya dia wanita satu-satunya! "Kenapa? Apa bagimu aku sebuah lelucon? Hai wanita?" Sahut Derent tidak sabar. "Hmm, kamu memang lucu Mr. Kita baru saja memulai, dan kamu seolah sudah berpacaran denganku selama bertahun-tahun." Seru Erlin padanya. Tanpa sadar waktu sudah berlalu begitu cepat, senja sudah berlalu menjadi malam. Derent Jake dan Erlin Joe masih berbicara panjang lebar di sana. Keduanya menikmati nuansa mentari terbenam dari lantai atas restoran sambil bertukar pandang satu sama lain. Derent menggenggam jemari tangan Erlin Joe. Memastikan hubungan antara mereka berdua adalah nyata dan resmi menjadi sepasang kekasih hari itu. "Kamu kekasihku sekarang." Ucap pria itu sambil mencium punggung telapak tangan Erlin Joe. "Iya Mr." Erlin menyahut ucapannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD