Awal Mula

1425 Words
Jakarta 2019 Suasana dikampus hari ini sangat ramai. Semua mahasiswa menuju ruang auditorium untuk mengikuti seminar untuk fakultas Bisnis dan Manajemen yang diadakan oleh pihak kampus. Seminar adalah kegiatan yang wajib diikuti dikampus karena menjadi bagian dari syarat untuk mengajukan sidang. Tamu yang hadir pada seminar kali ini adalah Pemilik kampus sekaligus CEO dari Hartasanjaya Grup. Para mahasiswi terlihat antusias untuk mengikuti seminar ini karena foto sang CEO yang ada di billboard kampus masih sangat muda dan jelas tampan. Banyak mahasiswa fakultas bisnis dan manajemen yang pergi menuju ruang auditorium. Tidak terkecuali Anika, dan teman-temannya. Anika Djasa Saputra. Seorang mahasiswi berusia 19 tahun yang sibuk dengan dunia perkuliahannya. Anika termasuk salah satu mahasiswi dengan prestasi yang memuaskan. Nika biasa dia dipanggil teman – temannya termasuk tipe gadis periang dan mudah bergaul sehingga Nika memiliki banyak teman dikampusnya. Anika merupakan anak ketiga dari pasangan Devano Djasa Saputra dan Diandra. Anika yang dirumah dipanggil Ika, memiliki satu orang kakak laki – laki yang sangat sayang padanya yang bernama Angkasa Djasa Saputra dan satu orang kakak perempuan yang begitu mencintainya Anggita Djasa Saputra. Anika sangat dimanja dirumahnya karena Anika anak bungsu dikeluarga Saputra. Anika bukan tipe wanita yang feminim, sehari – hari Anika suka menggunakan kaos dilapisi kemeja oversize dan celana jeans dilengkapi dengan sepatu kets kesayangannya. Anika bersyukur karena Tuhan menganugrahinya tubuh yang diidam – idamkan oleh banyak wanita. Tubuh Anika tinggi langsing tanpa harus susah – sudah melakukan diet dan olahraga berat. Wajah Anika juga cantik karena gen yang diturunkan oleh Mamanya yang mantan seorang model. “Gila, rame banget yang dateng” kata Nella sambil menatap horor ruang auditorium yang sudah penuh sesak dengan mahasiswa fakultas bisnis dan manajemen. “Gimana gak rame Nika, tamu yang dateng ganteng gitu” jawab Nella sambil melihat banner yang ada dipanggung auditorium. “Udah penuh Bro, berdiri disini aja. Gara – gara lo nih Nik, lelet banget sih lo tadi pas makan” kata Devan sambil mendengus kesal. “Sialan lo. Kok lo jadi nyalahin gue.”jawab Anika sambil menoyor kepala Devan. “Anjir. Minta ditabok nih bocah, pake toyor – toyor kepala gue” “Berisik lo pada! Uda mau mulai diem!” Hardik Nella membuat Anika dan Devan diam dalam sekejap. Seminar pun dimulai dengan sambutan dari pihak kampus yang diwakili oleh Kepala Jurusan Bisnis dan Manajemen. Semua mahasiswa hening tapi bisa berubah heboh seketika ketika tamu yang hadir dipersilahkan maju keatas panggung untuk memulai seminar. “Selamat Siang mahasiswa dan mahasiswi Kampus Taruma. Perkenalkan saya Alvino Hartasanjaya CEO dari Hartasanjaya Grup. Saya merasa terhormat bisa menggantikan Papa saya William Hartasanjaya untuk berdiri disini dan membagi pengalaman saya dengan anda semua. Saya harap apa yang saya bagikan hari ini bisa menginspirasi setiap yang hadir untuk terus fokus pada tujuan sehingga apa yang anda inginkan bisa tercapai.” Ucap Alvino disambut tepuk tangan riuh oleh semua yang hadir dalam seminar itu. Alvino Hartasanjaya. Seorang CEO muda berusia 26 tahun yang baru saja menggantikan Papanya karena Papanya mengalami serangan jantung namun beruntung Papanya langsung mendapat penanganan sehingga bisa terselamatkan. Alvino merupakan anak tunggal dari pasangan William Hartasanjaya dengan Binar Sanjaya. Vino biasa ia dipanggil oleh kedua orang tuanya. Kedua orang tua Vino sangat menyayangi Vino sebagai anak tunggal mereka namun hal itu tidak membuat Vino menjadi anak yang manja karena Vino sadar ia tidak bisa menjadi pribadi yang manja dengan segala tanggungjawab yang akan dia pegang nantinya. Alvino, biasa dia dipanggil Alvin oleh lingkungan sekitarnya. Alvino merupakan CEO Muda dari Hartasanjaya Grup. Hartasanjaya Grup sendiri merupakan Grup dengan banyak bidang usaha dibawahnya. Alvin yang notabene masih berusia 26 tahun harus mengemban tanggungjawab yang sangat berat. Sering kali dia diremehkan namun sesering itu juga dia membuktikan kemampuannya. Alvin dikenal dengan sosok yang dingin dan tegas dalam bekerja. Semua mata berfokus pada Alvin selama seminar berlangsung dan selama dua jam berlangsungnya seminar itu juga Anika, Nella dan Devan berdiri karena tidak mendapatkan tempat duduk. Ketika seminar selesai, dilanjutkan dengan sesi foto bersama namun Nika, Nella dan Devan tidak pernah ikut dalam sesi tersebut dan memilih menandatangani absen pulang dan keluar dari ruang auditorium. Anika, Nella dan Devin pun pergi menuju ke kantin kampus. Dikantin Anika membeli es kopi langanannya di kampus, Nella membeli teh pucuk botol dan Devan membeli kebab. Selesai dengan incaran mereka, mereka berjalan berjejer beriringan di lorong kampus bermaksud menuju ruang kelas mereka selanjutnya. “Nik, lo gak bosen minum tuh es kopi?” tanya Devan heran. “Nggak lah, kenapa gue mesti bosen? Emang gue kayak lo yang bosenan? Gue mah setia” BRUK! Seseorang menyenggol Anika dari belakang dengan langkah terburu – buru dan Anika pun terdorong dan minumannya tumpah mengenai baju yang ia kenakan. “Aduh!” pekik Anika kaget dan kesal menyadari es kopinya tumpah mengenai bajunya. Anika mengangkat wajahnya dengan tatapan marah ingin mengetahui penyebab kesialannya itu. “Jalan itu jangan beriringan nutupin jalan!” ucap orang yang , menyenggol Anika dengan tatapan dingin. Anika kaget mendengar ucapan pria itu langsung membulatkan matanya dan emosi memuncak. “Ini jalanan luas! Lo yang nyenggol sampe baju gue gini malah elo yang marah! Harusnya lo minta maaf! Dasar Sakit!” ucap Anika sinis dan meninggalkan pria itu yang mematung dengan ucapan Anika. Nella dan Devan kaget setengah mati melihat reaksi Anika dan segera mengejar Anika. “Nika, pelan - pelan dong! Gue capek Nih!” ucap Nella sambil berusaha menetralkan nafasnya yang memburu karena mengejar Anika. “Anjir gue kesel banget! Dia yang nabrak gue kok dia yg sewot!” ucap Anika sambil mengibas – ngibaskan tangannya ke wajahnya karena kesal. “Nik, fix lo cari penyakit. Tadi itu Pak Alvin yang punya kampus ini!” ucap Devan sambil bergidik. “Bodo! Gue mau pulang!” ucap Kia sambil mendengus kesal. “Lo gak ikut kelas Pak Darma?” ucap Nella heran. “Nggak, gue bete banget mana baju gue kotor gini. Gak betah gue!” ucap Kia sambil bersungut – sungut. Nella dan Devan sudah tidak bisa apa – apa kalau Anika sudah pada titik badmoodnya. Anika periang namun sangat keras kepala. Nella dan Devan sangat mengenal Anika karena mereka sudah berteman semenjak SMA. Anika pun pulang ke rumahnya dengan wajah ditekuk. Kia sampai dirumah setelah mengendarai mobil jazz warna biru kesayangannya. “Ma. Nika pulang” ucap Anika ketika melihat Bundanya ada di teras rumah sambil menyiram tanaman. “Loh kok anak Mama uda pulang? Bukannya ada kelas sampe sore Ka?” “Harusnya gitu Ma. tapi lihat nih baju Ika kotor. Ika masuk dulu ya Ma mau ganti baju, Ika gak betah” “Ya udah. Bentar lagi juga Mama selesai. Nanti Bunda buatin s**u coklat ya” “Asik. Makasih Mama sayang” Diandra tau Anika sedang badmood dan s**u coklat adalah minuman kesukaan Anika. Diandra penasaran apa yang membuat baju Anika ketumpahan noda seperti itu, ia khawatir Anika mempunyai masalah dikampusnya. Anika turun dari kamarnya yang berada dilantai dua. Pakaian Anika sudah berganti dengan pakaian santai yang biasa Anika gunakan selama ia berada dirumah. “Ma.” Ucap Anika memanggil Mamanya. “Mama disini sayang” ucap Diandra sambil mengaduk s**u coklat di tangannya. Anika duduk di meja makan sambil menerima s**u coklat buatan Diandra untuk Anika. “Terima kasih Mama.” Ucap Anika sambil tersenyum pada Diandra. “Sama-sama. Kok baju kamu bisa kena noda gitu sih Ka?” tanya Diandra berhati – hati. “Tadi tuh Ika ditabrak orang dari belakang Ma. Minuman Ika sampe kena baju kayak tadi. Ika kesel banget Ma. Itu orang bukannya minta maaf sama Ika malah marahin Ika, katanya Ika uda ngalangin jalan. Padahal ya Ma tadi tuh Ika jalan di lorong kampus itu lega loh Ma, Ika beneran gak ngalangin jalan. Ika kesel banget” Anika bercerita sambil memegang gelas s**u coklat buatan Mamanya. Diandra mendengarkan cerita putrinya sambil tersenyum geli dan mengelus rambut putri kesayangannya itu. “Ya sudah, gak usah marah – marah begitu ah. Nanti anak Mama yang cantik jadi gak cantik lagi” “Ish Mama, Ika gak marah – marah” ucap Anika sambil tenggelam dalam pelukan Mamanya yang sangat Anika sayangi. “Ka, nanti malam ikut Mam sama Papa ya. Papa mau ketemu teman lamanya. Mas kamu sibuk sendiri padahal ini temen kuliahnya dulu,” Anika mengerutkan alisnya, “Temen kuliah Mas Asa?” Diandra mengangguk. “Mas lagi sibuk akhir-akhir ini. Jadi kamu aja ya yang ikut pergi,” Anika mengangguk pasrah lalu meminum s**u buatan Diandra tadi. Diandra pun tersenyum melihat jawaban Anika. Bersamaan dengan itu terdengar bunyi bel. Diandra yang mendengar suara bel pun pergi meninggalkan Anika untuk pergi membukakan pintu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD